Imajinasi masyarakat pada umumnya jika menemukan  kalimat  "siraman rohani"  maksudnya sudah lumrah difahami secara umum  adalah mengikuti atau bisa saja mengisi pengajian,  apakah bentuknya pengajian umum atau sekedar pengajian tujuh menit bahkan bisa jadi hanya lima menit saja.
Siraman rohani bermakna memberikan input Ilahiyah pada hadirin yang sempat datang ke Majlis -- majlis rutin atau majlis yang spontanitas seperti kajian pendalaman ayat -- ayat tertentu.
Penulis pernah mengamati dibeberapa Masjid Pemerintahan,  kultum itu  menjadi program rutin bakda dzuhur,  meskipun jamaah  ada yang menyimak serius,  ada yang menyimak separuh mengantuk dan ada yang mengobrol sesama rekan disampingnya. Apakah kultum itu efektif atau tidak bergantung pada nara sumber,  pendengar ( Mustamik)  dan penyelengaranya juga. Â
Lazimnya input Illahiyah yang membudaya berbentk salah satunya populer dengan kata  siraman rohani  kepada jamaah istimewanya pasti  membahas ayat -- ayat    Al Quran yang mulia atau hadis yang berupa ucapan,  perbuatan dan juga diamnya  Nabi Agung  Muhammad Saw.
Membahas kata rohani banyak versi para ahli mengurainya dengan cukup jelimet,  akan tetapi  penulis mencoba meringkas bahwa Kita sebagai Makhlukbernama manusia dikenal memiliki tiga dimensi :
Dimensi Jasmani, makhluk membutuhkan makan, minum, nikah ( bersaudara, berterangga dan bersahabat) dst.
Dimensi Aqal, sebagai makhluk hidup yang berfikir umum disebut juga dalam ilmu tauhid sebagai  hayawanun natiq (hewan yang beraqal) butuh ilmu pengetahuan,  butuh berkembang,  butuh kepandaian, skill atau ketrampilan pada gugusan ini ia berkembang.
Dimensi Rohani, adalah dimensi yang butuh keimanan yang juga harus terus ditumbuhkan.  Shaum Ramadan hanya satu aspek pemenuhan dahaga rohani.Â
Jika dimensi jasmani dan aqal akan musnah  menjadi tanah,  adapun dimensi roh kembali kepada Allah.Â
Belajar Memanfaatkan Media Daring
Bagi penulis secara pribadi, Â belum memanfaatkan media daring secara lebih optimal untuk berbagai kegiatan media dakwah, Â masih sifatnya offline atau luring. Â Empat bulan terakhir ini dengan adanya pandemi COVID - 19 Â kondisi ini menjadi landasan yang kokoh untuk belajar memanfaatkan media digital dengan berbagai keterbatasan yang ada.Â
Kekuatan signal, Â harus dicari solusi dan jalan keluar yang cerdas mengingat lokasi berada di Bandung Utara. Â Pada akhirnya Kami memanfaatkan salah satu ruang Perpustakaan di Pondok Pesantren untuk berbagai kegiatan dakwah Islam hampir sebulan penuh jadwal padat. AlhamdulillahÂ
Kekuatan kuota, pada akhirnya dana istimewa dan khusus membeli kuota internet menjadi prioritas yang sangatlah tidak mungkin kami abaikan begitu saja.Â
Kekuatan ketrampilan dan pengetahuan terkait  media digital,  ini tantangan yang paling mendasar bagi kami para guru,  Ustadz dan Ustadzh untuk lebih care memanfaatkan berbagai macam aplikasi untuk menembus dunia maya yang  dikenal juga dengan media digital.
Salah satu episode kultum yang disampaikan penulis pada kesempatan kali ini dan bertepatan dengan 23 Ramadan, Â membahas tentang tiga level saum :
Tujuan puncak pelaksanaan ibadah saum adalah menjadi orang yang bertaqwa,  bagi ahli Sufi  level ini menjadi tangga - tangga penting saat seorang Hamba ingin meningkatkan martabat dirinya dihadapan Allah Swt.Â
Maka penting kita sedikit fahami, tiga level ahli saum :Â
Saum Ahli Syare'at; Â adalah mereka yang menahan dirinya untuk tidak berbuka (makan, minum dst) dari sejak terbit fajar hingga terbenam Matahari. Mereka menahan diri dari haus, lapar, dahaga dan nafsu seks. Sebatas ini saja ! Â Adapun pada level berikutnya . . .
Saum Ahli Thariqat;Â Hamba Allah yang berjuang menahan rasa haus, lapar dan nafsu seks plus menjaga panca indranya untuk tidak berbuat maksiat. Mereka akan menjaga lisannya dengan sebaik - baik penjagaan, Â hanya kalimat - kalimat terpuji yang diproduksi. Â
Mereka akan menjaga pendengarannya hanya karena Allah semata, sehingga jika ada dalam satu komunitas yang kurang kondusif sang  hamba lebih maik menghindar pergi. Â
Penciumannya dan kulit sebagai alat perasanya dilatih ketat agar tidak bertindak maksiat, Â jadi ukuran batal tidaknya saum hamba pada level ini ukurannya adalah panca indra.
Shaum Ahli Hakikat, Â adalah saumnya hamba Allah pada level puncak, mereka yang melatih niat, aqal dan fikirannya semua tertuju hanya pada Allah semata. Â Butuh riyadah (latihan) berkesinambungan dengan bimbingan Mursid (Pelatih, Murabbi)
Latihan berbicara di depan kamera adalah semacam sesuatu nilai yang baru dan  menantang, berbeda dengan cara mengajar plus  menyampaikan kajian secara tatap muka, cara ini rasanya lebih nikmat dan nyambung.
Pada akhirnya situasi yang asing ini membuat kita harus  berani mencoba sesuatu yang jarang kita manfaatkan, kecuali bagi orang - orang tertentu dan segelintir orang yang memang ada dilingkar dunia daring,  yuuks akh . . . berani mencoba dimulai denganÂ
BismillahirrahmaanirrahiimÂ
Ahad, Â 17 Mei 2020 M Â / Â Senin, Â 25 Ramadan 1441 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H