Unggahan gambar keindahan puncak gunung Himalaya cukup viral ba’da hebohnya pandemi Covid – 19 di beberapa Negara bahkan diberitakan dalam salah satu media daring sebagai berikut:
“Kamis (9/4/2020), beberapa penduduk di India bagian utara mengaku dapat melihat pemandangan langka, yakni pemandangan Pegunungan Himalaya. Pemandangan ini langka, sebab Pegunungan Himalaya sudah tidak bisa dilihat selama lebih kurang 30 tahun dari India bagian utara.”
Fenomena kemunculan kembali Gunung Himalaya menampakkan keindahannya nyaris melewati waktu hingga 30 tahun lamanya seakan merupakan isyarat kembalinya alam semesta menjadi pulih dari sakit panjang karena udara kotor, bisa jadi salah satu sebabnya adalah keangkara murkaan Makhluk - Nya yang bernama manusia.
Demikianpun dengan kondisi bernama Indonesia beberapa wilayah kembali terkesannya cukup menakjubkan khususnya setelah hujan yang terjadi beberapa hari terakhir dan di beberapa tempat pula bertepatan dengan masa penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan work from home (WFH) juga membuat partikulat tercuci, sehingga arah angin yang juga bisa mengusir masalah partikulat tadi keluar dari Jakarta juga berkontribusi membuat udara menjadi lebih bersih. Sumber
![https://www.covid19.go.id/2020/04/26/infografis-covid-19-26-april-2020/](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/fb-shaum-ke-4-5ea6867bd541df438f352a64.jpg?t=o&v=770)
Perasaan Horor yang Melanda
Sejak Februari dua ribu dua puluh, lanjut Maret hingga masuk bulan April 2020 Pandemic Covid – 19 bergerak melesat meluruhkan korban satu demi satu diberbagai lokasi dengan kisah drama demi drama sangat menggetarkan perasaan sehingga penulis mencoba berjuang dan bertahan mematuhi PSBB, dan terus update info demi menjaga putera / puteri juga lingkungan sekitar Kami sekemampuan yang ada.
Ritual masa kini yang tidak ditemukan pada masa lalu, kemudian sudah menjadi doktrin penting sekali untuk langsung dilaksanakan, ojjo membantah apalagi bangkang dan membandel ini akibatnya bakal mengerikan juga fatal.
Jika sebelum Covid – 19 Kita mengabaikan hal – hal berikut ini maka sekarang dengan ikhlas semoga tidak menjadi horor penjagaan diri secara dini, ingatkan selalu seluruh keluarga menjadi salah satu ritual keselamatan menjadi begitu utama.
Jangan lupakan Alat Pelindung Diri (APD);
Berusaha membiasakan diri menghindari bersentuhan dengan orang lain, jaga jarak (physical distancing)
Hand sanitizer selalu ada di kantong ;
Berusaha untuk tidak menyentuh wajah
Jangan lupa menggunakan masker, banyak para Ibu dan juga bapak demikianpun remaja menganggap sepele dan tidak penting banget memakai masker, belakangan banyak model masker aneka rupa bahan dengan variasi harga. Intinya gunakan masker itu sih, agar meminimalisir korban yang perkembangannya cukup signifikan.
Kami Harus Bagaimana?
Selama Work From Home (WFH), sesungguhnya bagi penulis secara pribadi dengan profesi sebagai guru menjadi dobel job dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), disamping mengajar daring baik via whats app demikian juga zoom juga laporan digital itu tidak hanya kepada Kepala Sekolah juga pada Kepala Kemenag Kabupaten Bandung.
Benar atasan Kami adalah Kepala Sekolah, saat sebelum pemberlakuan system bembelajaran daring KS cukup melihat absensi guru, laporan harian rutin dan bisa ngobrol secara lisan tentang perkembangan para siswa.
Saat sekarang, kami para guru disamping sama sekali tidak jumpa santri (siswa), tidak berjumpa dengan para guru hanya satu pekan sekali berjumpa KS. Praktis semuanya dikomunikasikan via whats app.
Ada perasaan terasing, sulit diungkapkan dengan kata – kata. Apalagi melihat gedung – gedung sekolah membisu, halaman upacara terkesan nelongso, laboratorium IPA seperti kebingungan demikianpun laboratorium computer tampak semakin berdebu . . .
Disamping mengajar daring plus laporan daring yang cukup menyedot pulsa dan energy, semua kami pasrahkan atas kehendak Allah Swt, mau apa lagi selain menyusuri takdir. Apakah mau kita katakan tidak suka pan ini atas kehendak Dia, adanya wabah Covid – 19 merupakan suatu pagelaran Akbar yang sangat mencengangkan atasnya diambilnya nyawa secara massif dan massal dan kita yang masih selamatpun harus bersiap – siap antri. Akan tetapi jika boleh negosiasi pinginnya wafat normal biasa – biasa sajalah jangan karena wabah Covid – 19 dhuuuh . . . horor juga.
Penulis bisanya melakukan dan meningkatkan pendekatan diri yang biasa – biasa saja, selayaknya kebiasan tahun lalu dan hari – hari kemarin yang baru Kami lewati.
Menuju pendekatan diri pada Allah yang rutin penulis lakukan, shalat lima waktu, tadarrus al Qur’an, tahun ini adalah waktu yang istimewa sehingga sejak Covid 19 tambah dengan Jausan Kabir yaitu do’a mohon perlindungan pada – Nya dengan rangkaian do’a indah 1001 Ashma ‘ al Husna.
Shalat lima waktu
Mamah dan Bapak mendidik Kami sejak masa balita bahkan penting penulis yakini mereka berdua mendidik sejak dalam kandungan kemudian bertahap latihan salat lima waktu, setelah putera/puterinya menginjak masa baligh Bapak biasa menyiram wajah dengan memerciki air di percikan bertahap ke wajah agar bangun dan shalat shubuh, pernah beberapa kali membangkang tidak mau shalat, sapu lidi punya pasangan yaitu betis dan paha menjadi hal yang lumrah, jadi sasaran arena pendidikan yang rutin dilakukan Ayah kami.
Kenapa ya, tentang Bapak kami memercikan air dan bawa sapu lidi itu jadi semacam memori indah karena pembangkangan seharusnya marah pada Bapak akan tetapi justru kami berterima kasih pada beliau.
Kini penulis sudah semakin sepuh tugasnya adalah memberikan contoh dan teladan plus terus meningkatkan shalat ke kualitas yang lebih mumpuni meskipun dalam realitas tidaklah mudah selalu banyak kendala intinyaa berat jika tidak ada kesadaran bahwa waktu hidup tinggal hitungan detik sekejap saja.
Tarawih / Salat Malam
Salat sunnah yang muakkadah diusahakan dan diperjuangkan bisa maksimal dua belas raka’at termasuk witir tiga rakaat di dalamnya.
Memang ada salah satu madzhab di dunia ini yang melaksanakan 1000 rakaat dalam rentang waktu sebulan penuh, mereka umat yang sangat hebat dan tangguh. Namun penulis berharap meskipun shalat tarawihnya minimalis akan tetapi pahala atau balasannya maksimal . . . . paling tidak kesehatan prima dapat salah tarawih hingga tuntas. Amin.
Tadarrus al Qur’an
Penulis adalah madzhab minimalis dalam beramal shaleh (sangat memprihatinkan), namun realitasnya kemampuan sangat terbatas. Sehingga semoga ijabah do’a bisa khataman al Qur’an minimal satu kali saja selama bulan Ramadan 1441 ini, tercatat hari keempat baru sampai surat ke 18 yaitu al Kahfi. Untuk madzhab tertentu tiga atau empat hari itu ideal sudah khatam al Qur’an.
Bayar Zakat
Situasi pandemic Covid – 19 dianjurkan oleh para ulama bayar zakat agar disegerakan karena banyaknya kaum miskin mendadak ( Gusti Allah sedihnya menyaksikan realitas yang sangat tidak disangka – sangka ini . . . ).
Penulis bertekad saat awal bulan menerima gajian semoga bisa segera bayar zakat untuk sekian anak agar paling sedikit bisa membantu masyarakat sekeliling yang miskin mendadak. Bismillah dimudahkan oleh – Nya.
Ibadah Sosial
Terbilang banyak amal saleh yang bisa Kita lakukan dan tunjukkan hanya pada Allah saja. Ya isi konten media social yang kitaa miliki dengan inspirasi yang menggerakkan orang untuk mendekat pada – Nya, bukan dengan caci – maki, fitnah dan berita – berita hoax, dhuh . . . naudzubillahi min dzalika.
Harapan – Harapan Di Bulan Ramadan
Tertanam dalam qalbu, tertulis dalam niat, bermohon dan berharap dalam do’a – do’a yang dinaikkan ke langit semoga semua sehat, putera – puterinya penulis tidak terdampak Covid – 19.
Pemerintah Indonesia tangguh menghadapi pandemic ini, para siswa bisa melewati masa yang berat sebagaimana bulan kini yaitu masa yang tidak pernah ada sebelumnya, para Ibu dan Bapak Guru bisa menghilangkan berbagai keluhannya dan tidak menyesal menjadi guru.
Ciburial – Bandung
5 Ramadan 1441 H / 27 April 2020 M
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI