Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TB Hendra Cihapit 28 Bandung, Kokoh di Tengah Gempuran Media Sosial

16 Februari 2020   13:53 Diperbarui: 16 Februari 2020   15:15 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wow . . . suka. ( Pict : dok.pribadi )

Wow . . . suka. ( Pict : dok.pribadi )
Wow . . . suka. ( Pict : dok.pribadi )
TB. Hendra yang melegenda (pict: dok.pribadi)
TB. Hendra yang melegenda (pict: dok.pribadi)
Mengenang itu,   terasa bahwa ketika itu begitu indah tentang buku- buku komik yang pernah dibaca, novel jadul entah Kabut Sutra Ungu dan melupakan judul yang ingat hanya penulisnya seperti Marga T. atau buku judul apapun termasuk Gajah Mada mengundang kebahagiaan yang tidak biasa,   adapun masa kini ada nama yang muncul seperti diantaranya mungkin Andrea Herata,  Tere Liye ataukah Tasaro GK oke mereka penulis -- penulis segar sebagai penawar dunia bacaan masa kini.

TB Hendra @encykoffee

Sangat mudah menemukan jalan Cihapit 28 Bandung lokasinya sedikit menjorok sekitar dua rumah,  bangunan masih tampak tua dengan pencahayaan yang cukup temaram.

Ada beberapa tumbuhan yang ditata dan dipelihara lumayan rapih sepintas diantaranya terdapat salah satu jenis see kulen,   biasanya tanaman jenis see kulen atau pedang-pedangan  populer disebut lidah mertua dipajang pada halaman rumah dengan maksud agar menghisap berbagai jenis racun yang melayang di udara dan Kita tidak bisa memantaunya secara kasat mata.

Dinding luar bagian depan dipasang topeng wajah,  ukiran unik,  berwarna coklat susu agak kekuningan khas warna kayu yang origin tanpa polesan cat.

Kemudian ada pigura antik berwarna hijau tosca semacam lubang jendela ditempel menyatu sebagai bingkai kedua topeng coklat susu,  relative cukup sederhana minimalnya jika sekejap orang lewat menjadi salah satu center  fokus ketika kemudian pengunjung bisa berjalan perlahan memandangi satu demi satu buku yang ditata sangat rapih, tidak perlu heran jika sebagiannya berdebu mungkin jarang disentuh . . .  kurang populer.

Berbeda dengan para pemburu komik Kho Ping Hoo,  plus  jumlah penggemar yang seakan tidak pernah berkurang hingga komikpun tampak paling lusuh dibanding dengan komik sejenis silat lainnya.  Subhanallah keren penulisnya (kendati banyak juga kontroversi yang merebak terkait berbagai hal.

Lupakan!

Demi mengenang masa dulu penulis meminta Pak Diding mencarikan edisi komik yang sempat diproduksi sebagai  sandiwara radio dengan judul Kiyai Nogo Sostro dan Sabuk Inten.

Kiyai Nogosostro Sabuk Inten (picture:dok.pribadi)
Kiyai Nogosostro Sabuk Inten (picture:dok.pribadi)
Pada 1980 -- 1990-an Kami rutin setiap ba'da Dzuhur atau Ashar menyimak salah satu sandiwara kegemaran tentang Aria Kamdanu sang pemilik Kiyai Nogo Sostro  demikian Sabuk Inten beserta Mantili.

Tentu saja masa itu telah berlalu sekian puluh tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun