Founder click  berteriak singkat dari balik kios yang berjejer :
"Bun . . . yang ini dikunci . . . "  maksudnya tentang toilet jadi -- jadian yang dia cari  terkunci tidak bisa digunakan ketika itu,  sesungguhnya Kita dapat saksikan sepintas saja toilet tersebut  bisa segera  dibongkar lagi saat sudah tidak digunakan.
Demi mendekati arah dia . . . Â Sang Penulis yang melabeling dirinya
Pengamat Politik Turki Dan Timur Tengah linknya ada di sini
Saya berjalan menyusuri meja -- meja yang disusun dengan bermacam variasi, Â ada yang melingkar, Â ada yang memanjang begitupun ada yang menyebar.
Kios -- kios ini senyatanya hanya salah satu daya tarik para pengunjung ketika menjelang sore, Â sisa -- sisa jejak kegiatan semalam terbaca sekilas.
Ada pula meja yang masih bersih dan tersusun rapih,  akan tetapi debu tipis menyelimuti keseluruhan perkakas ini,  ada satu wilayah kios yang super berantakan,  asumsi  penulis sepertinya saat malam terjadi gempa semua pengunjung juga pelayan berlari meninggalkan lokasi,  tanpa peduli lagi kursi, makanan yang tengah disantap bahkan pelayan tak ingat lagi tugas membersihkannya terkesan mereka semua lari menyelamatkan diri.
Rasanya wajar saja jika mengingat tadi malam gempa dengan kekuatan sekitar    7 skala richter lebih saat para Kompasianer menyebar ada yang masih di kamar atas lantai 3  Ghraha Taman Mini Indonesia Indah ada yang  masih di ruang makan dan penulis telah duduk di ruang tempat kami berkumpul menyimak setiap pemaparan,  gempa itu membuat saya duduk terdiam tak hendak beranjak sejengkalpun  dengan pertimbangan lari kemanapun disekitar lokasi kami berkumpul adalah  bangunan dan pepohononan.Â
Sesungguhnya bisa saja para peserta melakukan gerakan  masuk ke bawah meja tetapi bingung hendak melakukannya,.
Penulis bersabar menanti Mbak Muthy yang setia menulis di Kompasiana dan dirinya  bergabung  sejak  01 Mei 2010  disalah satu kursi yang memanjang mirip bangku sekolah jaman dahulu kala.