Langit biru cerah . . .
Lembah hijau bercampur rumput kering dan debu yang mengapung tak tampak mata.
Satu pasukan pengibar bendera bergerak sigap rapih dan tertata.
Tambang ditarik gerek bendera.
Ow . . . tambang itu membelit dan membelit ketika angin pegunungan datang
Angin tidak tampak nyata tiba dan membuat masalah . . . .
Sepasukan pengibar bendera berwajah tegang,  yang puteri dibarisan depan tampak dari kejauhan pipinya semu memerah hendak meledakkan tangis  Angin membelit . . . membelit dan sang merah putih mandek di sepertiga tiang.
Peserta upacara melongo . . .Â
Riuh bertanya dalam hatinya masing - masing
Beberapa instruksi terdengar hendak meringankan masalah
Angin datang kembali di pegunungan Kami yang konon merupakan selendang patahan Dayang Sumbi
Tak peduli itu. Â Â
Tambang tidak mau kompromi bendera tidak dapat dikibarkan
Pada dataran yang bernama Baribis Â
kali ini siang ini  . . . .
Sepasukan berbaju putih pengibar bendera tengah  merasakan kebingungan berjamaah tambang membelit  bendera tak mau berkibar. Â
semua diam. Â
Namun dua lelaki dibarisan paling  depan membelit - belitkan juga melingkarkan tali kearah yang berbeda;
Kami semua mafhum bahwa gerakan demi gerakan itu agar bendera segera berkibar.
Instruksi demi instruksipun sudah tidak berarti.
Entah kesadaran jenis apa akhirnya salah seorang alumni dari pasukan pengibar bendera, Â berlari merayap menuju atas mencoba merapihkan tambang yang membelit - belit.
Rasa ngilu merayap ditubuh saat sang lelaki mengangkat badan merayap ke atas pucuk tiang bendera, Â
tenaga pemuda ini  seakan memiliki  cadangan berlebih, Â
dia bertahan di atas tiang bersanggakan pada kedua tangannya . . . terasa merindingÂ
Lelaki yang berada di puncak itu masih bertahan ditiup angin pegunungan desa ciburial.
Bendera merah dan putih bertahap berkelebat - kelebat dan berkibar.
Panggal pokok masalah memang pada gulungan tambang yang sejak kemaren lalu bermasalah.
Demikianlah kisah pengibaran yang gagal hendak mempersalahkan angin.
Karena jika angin yang dipersalahkan ia takkan pernah berani membela.
Katakan saja . . . terima kasih angin Agam Gymnastiar telah berkeringat memanjat tiang yang menjulangÂ
berteman birunya langit Ciburial.
Bandung Utara 19 Agustus 2019 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H