Keindahan puisi bisa dilihat seperti keringat di dahi petani yang sedang  menyiangi gulma di antara rumpun - rumpun padinya.
(Hasan Aspahani)
Awalnya profesi masyarakat Indonesia berakar pada budaya bercocok tanam,  maka  dikenallah kita sebagai masyarakat agraris yang melekat dengan sebutan sebagai  petani. Â
Tentu saja imajinasi  kata  'petani'  itu yang ada dalam benak semua orang adalah  petani yang bertanam padi,  bukan selain tanaman yang berlimpah ribuan bulir saat telah berisi merunduk tersungkur  bersujud ke bumi,   dan . . .  sebagian dari kita mengetahui  dari bulir - bulir itu diuraikan  secara manual agar masing - masingnya terpisah,  dijemur hingga kering,  ditumbuk sampai  mengelupas kulit ari yang keras kuning kecoklatan tajam terkadang menimbulkan rasa gatal di kulit yang  pada akhirnya  kita saksikan menjadi biji -  biji mini yang disebut beras.
Dari bulir - bulir beras itu ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, Â meskipun ada dibeberapa wilayah memakan sagu, singkong dan ubi bahkan jagung.
Pada masa Orde Baru petani padi dan nelayan  menjadi primadona perhatian rakyat  dengan program unggulan  televisi  RI Kelompencapir  (Kelompok pendengar pembaca dan pemirsa)  ketika itu Presiden Soeharto sering tampil dengan  senyum khas,   smiling general   kesannya beliau sedemikian mengayomi seluruh petani di Indonesia.
Presiden berikutnya mungkin karena berbeda orientasi sehingga bentuk say hello nya kepada rakyat berbeda gaya, lain juga suasana dan zamanpun sangat berubah sehingga kelopencapir menghilang gaung kalah oleh si burung pipit biru bernama twitter, Â di sana para petinggi dan siapapun bisa berkicau.
Memang meskipun istilahnya kelompencapir  menjadi salah satu  kegiatan yang  bisa kita tebak sebagai  ikhtiar pencitraan Soeharto masa jayanya akan tetapi cara mengayomi dan menyapa rakyat kelas agraris ini lekat dalam ingatan banyak orang karena tiga puluh dua tahun kokoh memimpin Indonesia.
Petani Sayuran Organik Tantangan Kendala Dan Hambatan
Saat ini menjadi petani banyak ragamnya tidak semata petani padi,  ada petani buah dengan variasinya,  petani tanaman keras seperti jabon  dan petani sayuran organik  sebagaimana yang telah  dipilih oleh salah seorang adik penulis,  kompasianer jaman angkatan Kang Pepih Nugraha masih riweuh (bhs. Sunda -- sibuk) mengurus  Kompasiana,   dengan nama pena  fxmuchtar beberapa blogger ada yang cukup memanggil dengan sebutan akrab  Kang Fx.  bergabung sejak   01 November 2011   dengan jumlah tulisan  sebanyak 270 artikel  dan  314 Followers  salah satu tulisan yang relevan dengan profesi fx saat ini,  memiliki klik  cukup ramai  (5497)  dan diganjar sebagai artikel utama selempang biru,  ditulis pada 13  April 2017
Menanam Padi di Polybag  Mengapa Tidak
Kompasianer  alih profesi sebagaimana yang telah dilakukan Fx adalah  pilihan nekad  menjadi petani sayuran organik dan mengurus lahan 8 ha tentu saja resiko - resikonya bisa dibayangkan,  penulis menyaksikan bahwa menjadi pengusaha itu yang harus disiapkan mentalnya terutama siap menghadapi kegagalan dan kerugian,  karena di sinilah yang disebut hakekat usaha. Â
Pada umumnya seseorang menjadi pengusaha itu yang dikejar adalah keuntungan demi keuntungan yang pasti dapat diperolehnya,  padahal secara realitas jika belum menemukan  'kunci'nya secara pengalaman seseorang yang sukses dalam usahanya akan melewati jatuh bangunnya dalam berusaha meraih kesuksesan itu.