“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 11)
Minum jamu bukan sekedar bayang – bayang semu rasanya pasti pahit dan aroma langu yang tiada terkira serta butuh mental baja bagi seorang pemula mempersiapkan diri meneguk racikan akar – akaran dari aneka rempah – rempah berkhasiat budaya Nusantara yang diakui oleh masyarakat dunia.
Satu kata “pahit” ini teramat mengganggu dan menjadi kendala psickologis untuk semua yang faham khasiat jamu yaitu agar bisa meningkatkan kesehatan dan stamina, kebugaran tubuh, awet muda dan seabreg manfaat – manfaat lainnya.
Masyarakat Indonesia sepertinya yakin sekali akan keutamaan meminum jamu, akan tetapi ada kalanya nekat saja tidak pernah minum jamu karena tidak berdaya akan rasa pahit yang menusuk – nusuk di ujung lidah.
Keyakinan akan manfaat jamu bagi kebugaran dan kesehatan tubuh itu teramat kuat dalam benak penulis salah satu sebabnya karena sudah menjadi budaya turun temurun masyarakat Indonesia di semua wilayah dari pulau jawa yang paling padat hingga pulau Amparo yang terpencil dan pulau Alor terluar.
Pernah terlintas dalam benak penulis ingin minum jamu yang berlimpah khasiat bagi tubuh sehingga memiliki kesaktian ( #dueer #maksudnya #apasiih ) dengan perasaan nyaman dan bahagia tanpa perasaan takut yang terbina sehingga menimbulkan rasa tentram di hati.
Khayalan demi khayalan terekam kuat dalam benak penulis berkait dengan pemaksaan budaya minum jamu yang dilakukan orang tua dan Mbah Buyut pada suatu masa yang pernah dialami dan pergi ke masa lalu.
Tanpa di duga – duga fikiran yang terlintas beberapa puluh tahun yang lalu itu karena sering di paksa minum jamu oleh Mamah sang Ibundaku terutama selesai haid dikala masih remaja, dan oleh Mbah Buyut Sumo setiap pagi disiapkan jamu daun pepaya pasca persalinan minimalnya ritual minum jamu sehabis melahirkan adalah empat puluh hari.
Sesungguhnya sangat jelas meminum jamu itu bukan semacam neraka tetapi menyiksa dan membuat penulis sering komplain berulang pada almahrum suami jamu bersalin yang dihidangkan kental pahit langu menimbulkan perasaan mual sebelum di minum dan ingin hidup ini dipasung saja agar tidak meminum jamu itu la . . . la . . . la . . . sudah berlalu.
Alhamdulillah . . . . .
Blogger Day 2017 Dan Lintasan Sejarah Jamu
Sumber Picture :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H