Adzan shubuh berkumandangan terdengar bening dan jelas dapat ditangkap tentu saja bisa penulis pastikan bahwa masjid atau mushalla bahkan biasa juga disebut langgar tidak jauh dari rumah Pak Nawari di kampung Kunden Blambangan Jogotirto Yogyakarta.
Suara panggilan sholat subuh terdengar utuh ketika kami bertiga baru saja sampai di pintu rumah, lega rasanya setelah melakukan perjalanan dengan kereta api Lodaya malam berangkat dari Bandung jam 18.55 sampai di Station Tugu pada 02.58 dengan nomor boarding AVDVVJ, saya dan si jalu sang putera ke 10 di jemput sahabat lama almarhum suami tercinta. Bahkan beberapa kali Pak Nawari mengulang ucapannya :
“Intan . . . saya menjemput kamu tetapi wajah Eko yang terus terbayang”.
Catatannya wafatnya silahkan dilihat Saat Mengantar Sang Kekasih
lengkapi kisahnya dengan catatan
Menulis Di Blog Peluntur Duka Bagi Bunda
Hari itu Jum’at 28 Januari 2017 sangat terasa sekali sensasi perkampungan yang ramah dengan alam masih original sisa udara malam membekas di sekitaran rumah yang baru berusia dua tahun, tokek menyambut kami dengan suara lantang tanpa malu – malu
“hai . . . tokek perlakukan kami dengan nyaman . . . . saya suka alam disini”
kira – kira demikian bisik penulis berusaha berkomunikasi dengan jenis makhluk Allah lainnya lewat alam bathin.
Wisata Lava Bantal di kampung Kunden menjadi titik tumpu memudahkan para alumni menuju rumah yang hendak mereka tuju, karena penulis sudah stay at home.
Wisata Lava Bantal sepintas ada disini, lava bantal memang bukan tujuan kami . . . namun Lava Bantal mempermudah menuju ke Kunden,
Menuju kampung Kunden dari beberapa arah dengan petunjuk secara manual, karena terkadang mapping google banyak yang tersesat di negeri sendiri (memang si Mbah google tidak terlalu faham lika liku dan rumitnya gang – gang kampung di Indonesia), paling tidak arahnya bisa di baca dengan seksama.
- Dari Timur – Klaten dsb :
Pas diperempatan Prambanan belok kiri ( Jalan Prambanan – Piyungan ), berjumpa Candi Ratu Boko arah selatan 500 meter ) lurus ke arah selatan sekitar 3 temukan Kampung Kunden Jogotirto.
- Dari Barat ( Jalan Solo Bandara )
Menuju arah KR (letak pastinya di sebelah selatan jalan, sekitar 800 meter) sampai depan KR belok kanan menuju arah Selatan sekitar 3 km menuju pertigaag Berbah, ini rumitnya arah menuju Kunden. Dari Berbah belok kiri ke timur sekitar 500 m, sampai pertigaan Sumber Kulon lurus (silahkan masuk gapura Sumberkulon) bagi mereka yang mengenal Lava Bantal . . . . sampai pertiaan Jragung lurus semoga berjumpa kampung Kunden.
- Dari Arah Barat Jalan Wonosari
+ Ring road masuk jalan Wonosarisampai pertigaan bangjo (abang ijo / trafficklight) ada Kidfun, belok kiri ke utara sekitar 3 km hingga pertigaan Berbah.
+ Berbah belok kanan ke timur sekitar 600 m hingga pertigaan Sumber Kulon lurus masuk sampai Gapuro Timur.
+ Arah menuju Lava Bantal, sampai pertigaan Jragung masuk arah Kunden.
- Dari Arah Barat Blok O / Ring Road Maguwo Banguntapan :
Blok O ke timur terus ke selatan hingga arah ke perempatan Maguwo, melalui Paskhas Berbah arah Lava Bantal Sumberkulon Kunden. Lava Bantal menjadi patokan, karen . . . karena . . .
Satu Paket Nasi Kenduri
Acara puncak adalah hari Sabtu tanggal 28 Januari 2017 saat reuni fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 1980 – 1984 berjumpa 2017 digelar; maka jika dihitung secara keseluruhan kami tidak berjumpa mendekati 30 tahunan.
Subuh beranjak pagi dengan kicau berbagai jenis burung yang hinggap di beberapa pohon jati yang tumbuh di sekitar rumah Pak Nawari, demikian pohon kersen di depan rumah telah mulai di datangi satu demi satu kupu – kupu dengan berbagai warna dan bentuk kemudian sang alumni ganti berganti berdatangan dari arah yang berbeda, jeritan histeris pelukan spontan dan tangisan haru seakan hiasan kemewahan bathin yang kerontang lama tidak disiram rasa persahabatan.
Hidangan pelengkap bahagia berlimpah bermacam rasa, penulis sempat nerveus hendak mencoba yang mana akhirnya di putuskan semua dicicipi dengan ala kadarnya saja dimulai dengan mengambil satu pisang kecil diiringi salak pondoh jadah tempe, kacang garing hasil panenan dari kebun sang empunya rumah dan getuk goreng sponcake plus kipa (dibaca : kipo) yang terbuat dari tepung ketan dengan isi enten – enten itupun sudah berasa terlalu berlebihan, semua mendapat jatah untuk antri menuju pencernaan.
Sambil menumpah ruahkan rindu berbagi waktu kepada semua rekan yang hadir lebih dari 50 orang, acara lebih pada nostalgia masa lalu yang pedih, perih, sepet plus manis semua terungkap dengan indah dan penuh syukur bahkan tepatnya seakan tidak menyangka bisa dipertemukan dalam sebuah majlis perjumpaan kasipnya waktu menuai sesal akan tetapi biarlah rindu kita simpan berjamaah.
Nasi Kenduri yang dihidangkan tuan rumah untuk menjamu para hadirin seakan pencerminan jiwa yang rindu dendam, bukan hanya tampilannya yang memikat dengan tetenong / tenong yang antik, bahkan macam lauk pauk berbumbu prima, beberapa jenis yang berasa sangat istimewa :
- Nasi Toping Srundeng
Nasi dicetak bulat padat dan di letak melingkari ayam ingkung yang diletakkan ditengah dengan piring beling berwarna putih, rasa nasi sangat pulen dengan toping srundeng aura tradisional memang lekat di lidah, seakan kembali ke masa kerajaan dahulu kala (khayal . . . !)
- Ayam Ingkung
Ayam Ingkung adalah ayam utuh berbumbu opor putih gurih dan empuk, biasanya sebagai “Ubo Rampe” dimasak utuh sebagai pelengkap persembahan, di daerah Jawa – Barat dikenal dengan bakakak ayam dimasak utuh dari kepala hingga kaki, konon jika melihat riwayatnya ayam ingkung memang sengaja dimasak utuh tanpa di potong - potong untuk perlengkapan sesaji persembahan para leluhur jaman kepercayaan animisme dan dinamisme, sama dengan bakakak untuk persembahan para dewa . . . (hadheu . . . yang hadir adalah dewa dan dewi yang berkumpul di kampung Kunden, entahlah dewa dan dewi apaan)
Kisah ayam ingkung sebagai hidangan persembahan penulis ambil dari sini :
- Kluban (Urap Tradisional)
Urap kluban terdiri dari bayam yang di kulup (direbus), kacang panjang sedikit cambah dan irisan telor satu di bagi empat dan disusun manis dalam besek cantik berbentuk oval, bagi penulis urap sayuran ini cocok sekali di lidah menetralisir ayam ingkung yang gurih, tempe yang rasa tradisional dan telor tinggi kadar proteinnya sehingga rebusan yang berserat tinggi semoga berakibat sehat walafiat bukan sekedar nikmat.
Rasa tradisional juga kurang lengkap jika tidak dikisahkan tentang kelapa parut terasa gurtih dan nikmat
- Oreg Tempe Cabe Hijau
Oreg tempe, seakan penting di bawa kemanapun kita menuju bahkan dalam pertemuan kali ini pun dia hadir dengan santun diantara ayam ingkung, telor rebus, urap sayuran dan nasi bertoping srundeng tamping harmonis indah dan menggugah selera.
- Tetenong / Tenong si Wadah Antik
Tetenong (bhs. Sunda) adalah salah satu perkakas urang Sunda untuk menyimpan aneka jenis makanan, dahulu kala masyarakat belum mengenal lemari makan seperti jaman ini sehingga para sepuh kapungkur (orang tua jaman dahulu) menyimpan makanan lauk pauk yang telah di masak dan kue – kue basah dalam tetenong ini, masyarakat Yogya lebih akrab dengan kata tenong bentuknya bulat mirip nampan dengan dasar yang tebal dan lingkaran sekelilingnya yang lebih tinggi dan kokoh berdiameter sekitar 40 – 55 cm.
Batin terasa terpuaskan. Alhamdulillah, terima kasih Mbak Sulis juga Pak Nawari dan semua putera puteri kerabat dan keluarga besar beliau telah direpotkan.
Setelah hampir tiga puluh lima tahun tidak saling berjumpa, dan Allah takdirkan akhirnya bertemu rasa “bungaah” (gembira tidak terkira) pun usai ketika akhirnya acara berlalu dan masing – masing kembali kehabitatnya.
Ada doa orang shaleh :
Allohumma iftah ‘alainaa futuuhal ‘arifiin wardzuqnaa lazzatan nadzara’ ila wajhikal kariim wassyauq ila liqo’ika.
( Yaa Allah . . . bukakan pintu – pintu kerarifan / ma’rifat anugerahkan pada kami rezeki untuk memandang wajah Engkau yang Mulia, dan limpahkan pada kami rasa rindu untuk berjumpa dengan Mu )
Setelah kita semua sedemikian bahagia dan kemudian saling jumpa lazimnya kemudian berpisah.
Akankah kita semua bahagia ketika liqo(berjumpa dengan_Nya) jawabannya ada pada diri kita semua . . .
Salam Pershahabatan Untuk Semua Yang Cinta Akan Nafas Shilah Ar Rahim
Bandung, 10 Jumadil Awwal 1438 H / 6 Februari 2017 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H