Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Emak Menjerit, Stok Gas 3 Kg Kosong di Bandung

20 Oktober 2016   06:57 Diperbarui: 20 Oktober 2016   18:28 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solusi satu saat si melon menghilang dari peredaran

Seorang ibu berkeliling dari satu warung ke warung lainnya mencari gas tabung berbentuk melon nyaris semua warung telah ia singgahi dan di pangkuannya bayi merah mengait puting susu Sang Bunda. Di pikiran Si Ibu  tertanam rasa bersalah tiga putra putri kecilnya sejak pagi belum sempat makan.

Entah ke mana lagi ia harus mencari karena benda bernama gas sejak sepuluh hari ini susah ia dapatkan ibarat mencari jarum dalam jerami, demikianpun seorang bapak memandang jalanan hiruk pikuk sejak jam dua siang ia berjaga di pangkalan gas hingga jam lima sore hanya untuk mendapatkan dua tabung gas bagi keluarganya.

Potret kelangkaan gas baru terjadi sore kemarin Selasa (19/10)dan  baru sempat direkam, sesaat setelah penulis menenteng  satu tabung kosong gas melon menyusuri wilayah Utara Kabupaten Bandung bernama Desa Ciburial hingga wilayah Cisitu yang secara geografis masuk Kotamadya Bandung. Untuk mencari gas ukuran ini, penulis melintasi batas antara Kabupaten dengan Kotamadya berjarak sekitar +15 Km.

Dialog ringkas para Emak (pict:dok.pribadi)
Dialog ringkas para Emak (pict:dok.pribadi)
Manusia Berubah Sadis Gegara Gas Kosong
Tidak ada rasa kasihan lagi, para pengedar dan agen–agen penjual gas di wilayah Utara kota Bandung meskipun di gudang mereka masih bertumpuk gas siap pakai bahkan informasi yang penulis dapatkan dari komen singkat di instagram saat mengunggah picture salah satu warung di daerah Jajaway, kelangkaannya merambah ke Cicaheum Bandung Timur termasuk Rancamanyar.

Si Abang pemilik warung sempat berang juga menanyakan ada apa ketika kami saling bertemu dan penulis ketahuan membidikkan kamera handphone pada tumpukan melon kosong.

Abang pemilik toko bertanya garang, "Ada apa ini . . . . ada apa ini . . ."

“Ngga, Bang. Cuma lihat gas di mana–mana pada kosong.”  

Penulis pasang senyum seulas dan agak tak acuh, hehehe . . . dengan mata penuh curiga memandang penulis,  yeaa . . . lumayan juga tidak sampai dihantam.

Menurut penuturan semua ibu–ibu yang penulis jumpai, para pedagang eceran maupun agen tidak akan memberikan (menjual) gas–gas kepada sembarang orang, melainkan musti ke langganan mereka yang dianggap loyal dengan kriteria-kriteria yang ada di otak mereka.

Sang ibu beserta bayinya tidak perlu dikasihani kalau dia hanya sekadar kesulitan seharian itu, karena para agen pun saling berebut dan berlomba bercakar–cakaran saling tidak peduli.

Dok pri
Dok pri
Sebagai seorang ibu biasa dan berstatus guru di salah satu SMP swasta  tidak paham tentang distribusi gas, tidak paham politik perdagangan, tidak mengerti ada apa di Bandung dan sekitarnya gas sampai langka dan masyarakat menjerit kebingungan, masyaak sich kita harus lapor ke polisi #gagalsambungan.

Penulis paham masyarakat kesulitan meskipun tidak bisa menolong mereka, tetapi ada anggota masyarakat hingga berani mengeluarkan uang tiga puluh ribu rupiah demi mendapatkan satu tabung gas yang konon harganya Rp 17.500  di pom bensin Dago. Setali tiga uang, di pom bensin pun kita sebagai masyarakat biasa  tidak akan mendapat jatah gas itu karena masing–masing sudah ada pemiliknya, seakan mereka membangun lingkaran sendiri pada masyarakat umum ohno . . . no . . . no (demikian penuturan beberapa anggota masyarakat yang kesulitan mendapat jatah dari pom bensin Dago)

Solusi satu saat si melon menghilang dari peredaran
Solusi satu saat si melon menghilang dari peredaran
Solusi Individual
Dalam chit chat antara penulis dengan salah seorang member Blogger Bandung ,Teteh Raisa Hakiem, ia dengan terpaksa membeli gas merk lain yang lebih mahal dikarenakan si melon susah diperoleh. Tentu saja dengan demikian, relatif lebih memudahkan bagi dirinya agar kehidupan keluarga lancar jaya. Bingung juga mengikuti cara ini jika kebanyakan dari masyarakat Kota Bandung berada di bawah garis kemiskinan. Boro–boro beli gas merk baru, menganggarkan uang untuk membeli gas melon saja sudah menyisihkan berhari–hari.

malangbong-5808aa386623bd8422552980.jpg
malangbong-5808aa386623bd8422552980.jpg
Naa . . . katanya si melon mau dihapus. Dokpri
Naa . . . katanya si melon mau dihapus. Dokpri
Sedangkan Mas Unggul R. Sagena salah seorang kompasianer yang tinggal di wilayah  Bogor secara lugas ia sampaikan bahwa dirinya seharian naik motor mencari gas tidak ketemu–ketemu ( #drama gas langka! Ternyata bukan hanya di Bandung ternyata di Bogor kena juga), dan akhirnya tabung gas yang telah lama tidak pernah dipakai isi 12 Kg  kembali digunakan meskipun harus menyiapkan dana Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah). Semoga saja dua solusi ini menjadi alternatif yang bisa kita siasati agar hidup lebih dinamis meskipun harus hidup akrobat seperti sirkus–sirkus yang trampil saat performance.

Dan penulis tidak merasa gagal hidup meskipun telah tinggal di Bandung sejak 1965. Inilah Bandung Juara kahiji.

Ciburial,  Rabu 20 Oktober 2016 M/19 Muharam 1438 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun