Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Patahkan Sayap Takutmu

23 September 2016   15:52 Diperbarui: 23 September 2016   16:08 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit foto : Muhammad Eko Slamet Riyadi

Rasa takut dalam jiwa seseorang muncul karena berbagai hal dan banyak penyebabnya, ketika seorang anak menangis tidak henti – hentinya saat masuk sekolah pertama sekali salah satu sebabnya ia tidak ingin berjauhan dengan ibunya dan masih asing di lingkungan terbarunya.

Takut yang coba Bunda uraikan sepintas dalam tataran konsep ada yang di sebut khauf, khasy_yah dan haibah mari sedikit kita melangkah sejenak mengenal kajian ini.

Pembelajaran ini tentang sayap – sayap ma’rifatulah yang telah sepintas kita coba sama – sama pelajari disini   tingkatan pertama dari sayap – sayap Ma’rifatullah adalah khauf,  dan  Khauf adalah semacam perasaan takut yang menggumpal dalam diri kita, sehingga untuk menetralisir situasi ketakutan tersebut berusaha secara bertahap mendekati yang di takutinya yaitu Allah. Sama sekali berbeda dengan rasa takut karena binatang berbisa kemudian kita mendekatinya, tentu jika hal ini terjadi akan sangat berbahaya.

Pendekatan diri kepada Allah yang di kenal populer oleh para irfan disebutlah ‘ma’rifatullah’  ada beberapa metode pendekatan pada Allah diantaranya :

  • Metode Fitrah
  • Metode Akal
  • Metode Asma’ al Husna
  • Metode Ibadah

“Dan barang siapa yang thaat kepada Allah dan Rasul Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa pada Nya,  maka mereka adalah orang – orang yang mendapat kemenangan” QS. An Nuur (24) : 52

Yang dimaksudkan takut kepada Allah ialah

  • Khauf (Takut)

Ketika seseorang atau komunitas bolehlah di katakan jamaah bahkan sebuah negara menegakkan hukum syariat Islam dengan benar dengan landasan semata – mata takut karena Allah SWT, ini sesuai dengan apa yang di wahyukan – Nya ; QS. Ali Imran (3) : 175

Kejadian di alam yang hingar bingar ini ketakutan pada Allah memang sulit sekali di ukur, akan tetapi dalam konteks personal sedikit sebagai penanda saja saat mendengar adzan langsung bangkit dan berdiri memenuhi panggilan Nya karena takut keburu ada kendala – kendala lain Bunda kira demikian. 

  • Khasy yah (Takut)

Muncul ketakutan yang mendalam kepada Allah SWT karena ilmu yang dapatkan dari Nya, disebutlah orang yang berilmu itu adalah “ULAMA”   asosiasi kita jangan ke MUI ya, ini magh beda.

Ulama bisa seorang guru yang pengetahuan ke Tuhanannya menimbulkan rasa  khasyyah (takut)  sehingga melahirkan rasa tanggung jawab terhadap semua tugas – tugas terkait dia sebagai seorang guru ;  ulama bisa lahir dari seorang artis semoga kita tidak keliru bahwa seorang Dewi Sandra kemudian berjilbab karena muncul rasa khasyyah yang mendalam setelah ia banyak mendalami ajaran Islam dan semoga ia istiqomah ; ulama bisa lahir dari segala profesi dan multy level masyarakat.

Maka Allah menegaskan tentang mereka ini pada QS. Fâthir (35) : 28

  • Haibah (Merasakan kehebatan Allah dalam dirinya)

Hanya para  “ulama”  yang bisa memandang dengan mata telanjang dan mata bathin menyaksikan kehebatan Allah SWT.  kemudian mereka tersungkur pada Nya di malam – malam yang Allah turunkan para Malaikat Nya.

Allah mewahyukan dalam QS. Ali Imran (3) : 28.

KH. Muchtar Adam dalam bukunya “Ma’rifatullah Membangun Kecerdasan Spiritual”  pada halaman 146 menulis bahwa :

“Orang yang telah mencapai derajat Al Khauf adalah mereka yang memperoleh pelita dalam hatinya”.

Masya Allah, seringnya kita terlalu kagum dan takjub terhadap kehidupan dunia yang menipu dan sementara juga seketika. Berharap tidak hanya pelita namun cahaya yang terang benderang seperti sinar Mentari pagi yang menerangi seluruh alam dan menebar manfaat yang tidak berbilang.

Salam Jum’at Mubarokan.

Referensi :

Muchtar Adam. Ma’rifatullah Membangun Kecerdasan Spiritual . . . Bandung : Ma’krifat Pubhliser. 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun