Tiga dimensi kehidupan manusia dimuka bumi secara umum saja ialah dimensi jasad yang membutuhkan makan, minum dan nikah kemudian dimensi akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan plus life skill dan dimensi ruh yang membutuhkan cahaya keimanan bimbingan / petunjuk (hudan).
Saat tiba ajal dimensi jasad berproses mengalami kehancuran kembali ke tanah dan menjadi tanah bersamaan dengan dimensi akal dan ketrampilannya, yang kembali pada – Nya sempurna ciptaan Nya adalah dimensi RUH yang acapkali kita abai memberi suplemen dan nilai gizi yang ekstra sempurna sebagai ‘insan kamil’.
Ruh dalam konsep mendalam dari yang mulia Murtadha Muthahhari bahwa : “ruh adalah sebuah realitas yang tidak bergantung pada tubuh dan bahwa ruh akan terus ada sekalipun tubuh sudah hancur dan sirna”.
Dengan uraian ringkas ini jelas sekali bahwa ruh abadi dan kembali ke pemilik Nya sesuai asupan yang jasad semaikan saat dialam dunia.
Wallahu a’lam.
Banyak jalan dan cara menyegarkan ruhani akan tetapi sumber utamanya adalah Al Qur’an, dari kitab inilah kita akan mendapat pencerahan baik secara umum dan demikian secara teknis dan mendetail, sesungguhnya cukup mudah ketika kita memiliki ketaatan yang prima yang sulit ketika nafsu membangkang dengan sempurna keingkaran.
Sering di dengung – dengungkan baik lewat ceramah bahkan berbagai penjelasan tertulis tentang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga muncul dari kalangan kaum shaleh yang mendalami penjelajahan menuju – Nya istilah Ma’rifatullah.
Ma’rifatullah . . .
Ringkasnya makna ma’rifatullah adalah ‘mengenal Allah’ sehingga dari proses pengelanaan merasakan bahwa Allah hadir disekeliling kita bahkan lebih dekat dari urat leher.
Tentu saja ada tahapan – tahapan mengenal Allah (wah ini kapan ya dibahas ?) namun kita mencoba menelusuri saat ruh kembali pada Nya secara naif saja Bunda kasih ilustrasi logis.
Sebagai seorang anak jika sudah merasa kangen (rindu = syauq) ingin sekali berjumpa dengan kedua orang tuanya yang tinggal berbilang jauh dan sangat jauh sekali, menyimpan cinta dan rindu sudah usai.
Jarak tempuh yang panjang akan dilakoni oleh sang perindu, jika kemudian teknologi dapat membantu ia berusaha menggunakan alat transportasi tercepat dan termudah juga ternyaman untuk menutupi hasrat yang membara menjumpai kedua orang tuanya.
Sebaliknya terasa penjalanan darurat dan emeregency sekiranya kita berjalan menyampaikan rindu dengan cara tertatih – tatih berdiri atau hanya bisa merangkak dan ngesod . . . Masya Allah, naudzubillahi min dzalik !
Maka terbang menuju Allah tanpa merangkak adalah pilihan saat ini yang bisa kita tempuh, apa yang Bunda uraikan adalah setitik debu saja sebagai permulaan ; apalagi di tingkat implementasi kita butuh bantuan seorang guru yang kompeten tidak bisa tidak.
Pentingnya sayap – sayap Ma’rifatullah cek QS. Almaidah (5) : 83
[5:83] Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.).
http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/5
Sayap – sayap Ma’rifatullah
Menurut KH. Muctar Adam, yang di maksud sayap – sayap ma’rifatullah adalah aktifitas – aktifitas jiwa keimanan yang akan menerbangkan seseorang menuju Allah SWT
- Al Khauf - Takut pada Allah
Menurut Imam Al Ghazaly Rahimahullah “khauf” (rasa takut) dan “Raja” (rasa optimis) merupakan dua sayap yang keduanya merupakan kendaraan untuk melewati seberat apapun rintangan yang ia (hamba) temui dalam proses menuju akhirat.
Khauf inilah yang senantiasa mendorong dirinya lari menuju Allah tanpa istirahat.
- Al Raja – Penuh Harap kepada Allah
“Barang siapa yang berharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan oleh Allah itu pasti datang” QS. al – Ankabut (29) : 5
Dalam hal ini ‘raja’ bisa di bagi tiga harapan, yaitu :
Pertama:
Harapanya orang yang beramal shaleh, berbuat jasa dan kebaikan bahwa setiap amalnya akan memperoleh balasan kebaikan dari Allah SWT, baik di dunia demikianpun diakhirat
Kedua:
Harapannya orang yang berbuar dosa, kemudian bertobat dan tobatnya di terima oleh Allah SWT, dosa – dosanya diampuni di bebaskan dari tuntutan hukuman masuk ke neraka. (Astaghfirullah . . . haladziiim !)
Ketiga :
Raja’ (harapan) dari orang yang tertipu oleh dirinya sendiri istiqomah berbuat dosa dengan perkataan : “aku berharap dan bermohon ampunan (maghfirah) dari Allah SWT“
- Mahabbatullah – Cinta kepada Allah
Mencintai Allah ; Dicintai Allah dan Mencintai orang – orang yang cinta kepada Allah.
Mencintai Allah SWT dengan qalbu, ucapan dan tindakan akan melahirkan kecintaan Allah pada hamba – Nya yang cinta tanpa batasan.
Salah satu pandangan ulama ‘irfan menyatakan bahwa : “cinta Allah pada hamba – Nya termasuk sifat – sifat, tindakan – tindakan af’al Nya sebagai manifestasi ihsan (kebaikan-Nya) dimana Allah menemui hamba-Nya dalam ahwal (kondisi – kondisi) ruhani khusus dan sang hamba menaiki tahapan maqom (derajatnya) yang lebih tinggi sesuai dengan ungkapan para ulama irfan tersebut :
“Rahmatnya kepada hamba adalah nikmat-Nya yang menyertainya”
Kita semua merasakan nikmat Nya tumpah kepada hamba – Nya setiap saat tiada henti – hentinya.
- As Syauuq – Rindu kepada Allah
Kerinduan kepada Allah akan mendorong jiwanya bermesraan dengan Allah dan berasyik masyuk , temannya yang terdekat bermesra – mesraan hanyalah Allah SWT (do’a merindu . . . . tagih ya . . . kapan ? hahaha . . . . kapan - kapan)
Jeda dulu ;
Salam Jum’at mubarokan
Referensi :
- Ma’rifatullah Membangun Kecerdasan Spiritual. Muchtar Adam, Bandung : Oase Mata Air Makna, 2007
- Tafsir Holistik Kajian Seputar Relasi Tuhan, Manusia dan Alam. Murtadha Muthahhari, Jakarta : Penerbit Citra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H