Seiring dengan acara wefie hampir selapangan upacara membumbung asap rokok dari seluruh warga hampir 75 % mereka merokok bahagia, penulis sama sekali tidak berdaya untuk bersikap yang tersisa hanya geram bagaimanapun prihatin saja dalam hati : “oiya ini bisa juga menjadi indikasi kemerdekaan dan kebebasan bersikap”.
Sayang dalam situasi yang indah dan bahagia ini mereka yang tidak merokok harus rela menghirup udara beracun di sekitarnya dan Pak Kepala Desapun tidak berkutik.
Penilain Jampana
Salah satu budaya yang masih bertahan di desa Ciburial hampir setiap tahun bagi masing – masing RW mengirim utusan lomba Jampana dan lomba nasi kuning dengan biaya swadaya masyarakat.
Jampana jika di deskripsikan miriplah dengan usungan untuk Bapak Jenderal Sudirman saat bergerilya akan tetapi yang diusung adalah maket sesuatu yang menjadi hasil kreatifitas warga, diantaranya ada maket domba garut dan maket menara monas.
Untuk kreatifitas dan usaha mereka perlu diapresiasi, karena semua RW mengirimkan tim dan diantar ke balai desa dengan berbagai tabuhan tradisional.
Menyaksikan Bazar Makanan
Usai mengamati beberapa pemuda – pemuda bertato, asap rokok yang menjengkelkan, ada juga beberapa gadis cilik tanggung berpenampilan Agnes Mo lengkap dengan span jeans ketat dan baju kaos gombrong yang jatuh sebelah kebagian kirisehingga tali bra bagian dalam nampak aneh (mungkin Agnesnya dalam sesi membangun sebagai perempuan seksi) ibu muda menggendong bayi – bayi mungil, bapak setengah baya memanggul balitanya semua ceria dan berbahagia.
Adalah bazar sepanjang jalan dengan berbagai jenis kuliner lokal dan beberapa diantaranya buntil, rujak, ohya ada yang menjual gudeg pisang ijo batagor, basho tahu dan es dawet, bahkan ada sosis goreng yang banyak dikerubung anak – anak remaja.
Para penjual ada yang memang profesi sehari – harinya sebagai pedagang lalu lokasinya dipindah ke desa atau menuju keramaian, akan tetapi tidak sedikit pedagang instan alias musiman.
Alhamdulillah secara umum yang tampak adalah wajah senang dan bahagia meskipun dalam potret kehidupan mereka sehari – hari berjibaku dan tidak mudah, yang supir berburu penumpang mengejar setoran di tengah kemacetan yang super parah, yang pedagang berlomba mencari penghidupan untuk cukup bertahan meskipun harga – harga melambung, para petani tomat dengan tekun dan ulet bertanam meskipun saat panen harga anjlok sehari ini mereka bahagia menyaksikan Pak Kades berseragam putih – putih menebar senyum pada semua.