Ramadan Mubarokan,
terbukti nyata dan ajaib tidak terhingga
ketika seorang kompasianer berkirim inbox dan berniat ingin mengunjungi keluarga besar kami di utara kota Bandung. Beberapa kompasianer memang sempat singgah diantaranya Kang Pepih, Mbak Wardah Fajri, Mas Satto Pak Saefudin Sayuti juga Kang Arul Teh Susanti Hara oiya . . . Bang Aswi komandan blogger Bandung.
Ahad 28 Ramadhan 1437 H / 3 Juli 2016 M ketua kompasianer Tangerang Selatan yang dikenal dengan Ketapels : Kang Rifki Feriandi hadir di pondok kami dengan penuh antusias bertanya macam – macam terkait pendidikan anak – anak kandung Bunda.
Bunda sesungguhnya dengan kehadiran Kang Rifki sangat tersanjung dan kami haturkan terima kasih yang tiada terhingga dengan ringan dan tulus menyambung shilah ar rahiim di alam maya dan terefleksikan di alam nyata.
Hatur Nuhun ya Kang . . . !
Shilah Ar rahiim menebarkan reszeki, bukan kalimat tanpa makna ternyata beliau membawa buah tangan yang sedikit kisahnya akan Bunda bagikan disini.
Apakah Besengek Ikan
Bunda memang terlalu awam untuk mengetahui kuliner khas beberapa daerah termasuk tempat kelahiran nenek moyang di tatar Pasundan, disebutlah ada yang namanya besengek abon pindang tongkoldan baru sebatas mendengar belum pernah mencoba.
Memang di Prajekan – Situbondo ada abon ikan yang rasa juga pengolahan sepertinya agak berbeda namun dari bahan yang sama, jika abon pindang tongkol kering rasanya mendekati ke abon ayam sedangkan besengek mendekati rasa sambal lado dengan sensasi kuliner diatas awan.
Rasa besengek abon pindang tongkol, disarankan oleh Kang Rifki menyantapnya tidak usah dengan aneka lauk, cukup nasi dan besengek.
Kenapa Kang ? kenikmatannya hanya cukup dengan nasi penuturan ringkas tanpa uraian Bunda saving saja tanpa komentar karena belum menyantap dan merasakannya.
Akhir Ramadhan 1437 H, kami sekeluarga sudah pada letih mempersiapkan hari raya fitri berbelanja membuat lontong, opor ayam dan beberapa jenis masakan cukup melelahkan.
Saat maghrib tiba sudah kurang selera untuk menyantap hidangan yang telah di masak sejak siang hingga menjelang maghrib, Bunda berfikir masih belum secara serius menyantap besengek ikan pindang tongkol yang menurut penuturan Kang Rifki resep turun temurun khusus di lingkup keluarganya beliau.
Konon baru tahun ini di launching dan dipasarkan secara lebih meluas agar bernilai ekonomis, namun memang rasa seperti di negeri atas awan yang Bunda lakukan bukan hanya nasi dan besengek akan tetapi plus mentimun, kerupuk udang, kecap manis dan saos tomat.
Sedang opor sedikitpun tidak / belum tersentuh, mungkin besok akan di santap bersama keluarga dan besengek masih tersisa separoh bungkus dihemat – hemat akan kami bagi rata untuk di satu syawal.
Cara membuatnya pengen mereview juga akh . . . jika kesempatan memungkinkan dan resepnya bisa di tumpah ruahkan untuk khalayak, meskipun pasti akan berbeda.
Momen akhir ramadhan kali ini tidak lupa Bunda haturkan do’a bagi semua :
🌾Ya . . Allah kabulkan shaumku di bulan ini sesuai dengan ridha - Mu dan ridha Rasul - Mu . . .
Sehingga cabang - cabangnya kokoh karena fondasinya . . .
Demi junjungan kami : Muhammad dan keluarganya.
💛dan segala puja bagi Allah, Tuhan semesta alam
(Agar Allah menganugerahinya kehormatan seperti Nabi dan washi)
TAQABBALLALAHU MINNA WAMINKUM MINAL AIDZIN WALFAIDZIIN
1 Syawwal 1437 H / 5 Juli 2016 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H