Sampai di desa Kertasari udara teramat panas, akan tetapi keringat mengucur rasa haus dan letih kami abaikan ketika melihat dua orang penenun sarung tengah asyik menyelesaikan kegiatannya, seorang Ibu menguntai benang dan yang lainnya menenun.
Saat hampir semua penasaran menyaksikan benang, alat tenun dan sang penenun berselonjor kedua kakinya, saya bersama Ikbal Kautsarmenerobos dapur orang Selayar untuk mengenal lebih dalam tentang menu yang mereka olah dan sebagiannya telah dihidangkan di atas meja, sungguh menggiurkan
Kami saling bersepakat, “Bunda bertanya pada mereka menghimpun menu – menunya dan aku ngambil gambar” demikian ucapan Ikbal yakin.
“Oke, sepakat . . .pas tugas kita”
[caption caption="seorang Ibu membersihkan hasil panenan rumput laut, pict : Iqbal Kautsar"]
Tentu saja kami sangat terkesan dengan perjumpaan ini, penulis orang Bandung yang lahir di Selayar sedemikian disambut hangat oleh penduduk sekitar, Ibu Maryani membuka semua rahasia hidangan yang mereka sajikan di meja depan bahkan sate abalon sudah diangsur oleh hampir semua bootcampers, masing masing satu tusuk nambah dan nambah.
Stok sate abalon memang cukup berlimpah !!
Ini berbagai hidangan yang kami nikmati dengan komentar tiada henti, "enak akh mo nambah lagi"
Urab Rumput Laut Nikmat
Diantara beberapa Ibu – ibu asli Selayar, justru yang paling komunikatif adalah Ibu Maryani asli Lombok yang sudah seperti orang Selayar saja seperti apa yang ia tuturkan :
Membuat urab rumput laut bisa menggunakan yang berwarna merah demikianpun yang warna hijau persyaratannya di cuci bersih saat merebus gunakan perasan jeruk, jika tidak ada ; resep alternatif tradisional adalah dengan cara merendam rumput laut sehari semalam menggunakan abu gosok.
Setelah rumput laut kita yakini benar – benar bersih dan tidak bau amis, ditiriskan dan rebus kemudian tiriskan kembali maka rumput laut siap diolah.