Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Rasa Fiktif Secangkir Kopi Sachet

22 Desember 2015   18:36 Diperbarui: 23 Desember 2015   08:24 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="seni minum kopi yang asing bagi #Makhluk_Udik Bandung coret, pict : dok.pribadi"][/caption]

Nenek moyang bangsa ini adalah peminum kopi yang sangat dikenal dari berbagai wilayah dengan cara tradisional dan manual.

Menginjak tahun dua ribuan hingga menjelang 2016 ini memang muncul gejala instan di kalangan menengah bawah dimanja oleh para pengusaha yang memproduksi aneka minuman berbagai rasa temasuk kopi.

Tentu saja tampilan packing masing – masing produk sungguh menarik dirancang sedemikian rupa, dan beragam desain kemudian di tunjang dengan promosi by media elektronik juga media cetak dengan pilihan artis kenamaan terkesan tayang tanpa jeda.

Manual Coffee Brewing Workshop

Ketika #Makhluk _Udik Bandung coret berkesempatan di hari Ahad 20 Desember 2015 mengikuti acara : Manual Coffee Brewing Workshop menyimak dengan seksama.

Usai kegiatan, terekam kalimat salah seorang #bloggerBDG . . .

Bang Koko Nata sambil *seurikoneng agak sungkan dan menekan perasaan katanya, bahwa :

“Kesadaran sebagian masyarakat instan saat ini memang, agak memandang hina bagi penggemar minuman yang terbiasa menyeruput kopi sachet”

Terkejut dalam hati  #Makhluk_Udik Bandung coret dengan ungkapan kalimat itu sedikit menikam perasaan dan kesadaran . . . .

“Tertikam dan terhina . . . . “

[caption caption="Teliti apik dan bersih cara menyajikan kopi dengan cara manual, pict : dok.pribadi"]

[/caption]

Bagaimana tidak tertikam perasaan secara kebiasaan meminum yang paling mudah dan murah apa yang ada di warung dan pasar atau super market, tinggal disesuaikan selera dan kecocokan.

Bagaimana merasa tidak terhina, rupanya selama hidup ini sebagai seorang #makhluk_udik Bandung coret ilmu tentang kopi, teknis pembuatan, manfaat kegunaan dapat di pastikan zero plus . . . plus ; padahal kakek buyut,

Ayah juga Ibu mertua yang mereka semua sudah almarhum wawasan dan pengetahuan tentang kopi sedemikian majunya.

Jika menyusuri dan mengingat budaya sehari – hari cara mereka mengolah kopi ;   wabi khusus Ibu mertua sering tersaksikan bahwa beliau menyangai dan menggiling dengan alat tradisional dari batu, ketika itu sama sekali tidak tertarik !!

Ketika acara Manual Coffee Brewing di jalan Linggawastu no 11 Bandung ini sepanjang acara berlangsung terkenang pada mereka semua yang terbiasa melakukannya secara tradisional pengolahan biji kopi.

Sedang kami keturunannya saat ini menjadi konsumen bodoh, yang merasa praktis saja membeli kopi, susu atau bahkan sari buah instan yang konon sekian persen adalah esens semata – mata.

Maka di acara workshop ini tampak beberapa perlengkapan yang mesti disiapkan dengan nama – nama yang asing, edisi #makhluk_udik Bandung coret diantaranya,

Perlengkapan :

  • Gelas belimbing kecil
  • 2 kompor listrik
  • 2 teko steinless stell
  • Alat penghalus / Penggilingan - Grinder
  • Kertas fisiktea dengan rancang pori – pori

 

Bahan :

  • Biji Kopi ( sesuai selera )

Saat kegiatan dilaksanakan barista Hans menggunakan biji kopi asli Garut yang mengeluarkan rasa buah anggur dan kopi Bali yang menghasilkan rasa citrun.

Konon rasa citrun ini, bisa dari buah jeruk, juga dari daun bahkan kulitnya.

Rasanya Ajaib saja saat kopi telah selesai diolah jadi cairan berwarna agak kemerah coklat ( bukan hitam ! ) ; dan diicip – icip menghasilkan rasa buah – buah, bukan rasa kopi fiktif ala sachet . . . kacau ni lidah terbiasa minum kopi Fiktif      

Strelisisasi

Barista Hans sangat menekankan aspek kebersihan , dan kesterilan peralatan keseluruhannya karna menurutnya akan mempengaruhi rasa . . . . segala sesuatu olehnya ditunjukkan cara membersihkannya.

Seperti, ketika akan menggiling kopi asal Bali, barista Hans mencontohkan agar aroma kopi tidak terkontaminasi maka ia menggambil setengah genggam kopi Bali dan menggilingnya di grinder yang telah digunakan kopi asal Garut.

Langkah – langkah sederhananya :

  • Mengukur biji kopi

Barista Hans saat itu tampak menyiapkan setengah gelas belimbing kecil biji kopi asal Garut, menurutnya sekitar 16 gr

bubuk kopi tertutup rapat, kemudian memasak air.

  • Memasak air hingga mendidih

Penggunaan air juga menentukan rasa kopi yang dihasilkan, antara satu merk air mineral dengan brand lainnya akan sangat berbeda. Berdasarkan pengalaman Hans yang paling mantap menggunakan air zamzam

  • Menyeduh dengan cara menyaring

Perlengkapan Brewing; saat menyeduh harus konstan airnya disarankan tidak putus – putus . . . caranya menekan ujung tutup teko.

  • Meminum dengan cara di sruput saja.

[caption caption="mengenal seni minum kopi yang sehat, pict : dok.pribadi"]

[/caption]

Sungguh asing di lidah ternyata kopi hasil brewing manual dengan biji pilihan terasa agak kecut mirip rasa buah muda atau delima, konon menurut barista apa yang kami coba adalah asam anggur . . . muncul rasa sepet dan akhirnya kok pahit ya . . .

Mana gula . . . . ?

Budaya minun kopi itu tanpa gula, karena biji – biji yang akan kita olah itu sudah mengandung glukosa nanti akan memunculkan rasa manis . . .

Sedangkan kita meminum kopi sachet dengan dominan gula, kopinya hanya sekian persen saja dan aroma kopi pasti dari esens.

Jika sadar kesehatan akan seperti apa bangsa ini dengan rutin minum kopi sachet . . . konon di tetangga sebelah Malaysia, pemerintahnya sangat menjaga kesehatan bangsanya dengan menjaga rakyat tidak terlalu banyak minum berkadar gula tinggi.

Proses penyadaran itu di lakukan secara bertahap oleh Yellow Truck dengan mengundang para blogger melakukan langsung cara mengolah biji kopi, menjadi bubuk dan menyeduhnya dengan suhu yang diatur sehingga menghasilkan minuman segar menyehatkan.

Wallahu’alam bisshowab.

Adapun kiprah Yellow Truck, keinginannya adalah :

“Menjadi Coffee Shop tidak hanya tempat untuk menikmati secangkir kopi, namun juga wadah untuk berkreasi bagi masyarakat.

Seperti : tempat meeting point, ruang bekerja, berdiskusi bahkan sekedar me time”

Semoga demikian . . . . jadinya,

karena apa yang penulis amati,  banyak anak muda yang mangkal beberapa jam disana dengan fasilitas internet yang cukup kenceng. Tentu saja sambil  minum kopi pilihan dan sehat.

Salam Kopi Sehat plus Selamat Hari Ibu Indonesia.

Yellow Truck Coffee

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun