Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[KPK] Timpan Jajan Pasar dari Kota Para Raja

9 Desember 2015   22:26 Diperbarui: 23 Mei 2016   06:57 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="timpan nan elok, pict : dok. pribadi"][/caption]

INTAN ROSMADEWI

TIMPAN KUE TRADISIONAL ACEH

Jenis makanan dan masakan di negeri Indonesia ini sangat berlimpah ruah dari makanan pembuka, makanan berat makanan ringan dan jajan pasar, lengkap ada semua juga sangat bervariasi.

Jajan pasar termasuk masakan tradisional yang memiliki ciri khas tertentu pada masing – masing daerah, diantara yang telah menasional adalah lemperberbahan dasar ketan atau pulut dan di dalamnya berisi daging ayam atau bisa juga daging cincang berbumbu dengan aroma gurih menggoda.

Tentu saja masakan dan makanan inipun berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya, jikapun ada kesamaan bahan bisa jadi namanya tidak sama.

Ternyata . . .

Banda Aceh kaya sekali dengan aneka jenis jajan pasar yang sangat populer dan menjadi ciri khas berbeda, memang tidak sekedar secara kebetulan disaat #Makhluk_Udik Bandung Coret berkunjung ke salah satu wilayah di Blang Bintang dikenal dengan Cot Baghi, para ibu muda cantik – cantik khas Aceh perpaduan wajah Arab, China, Eropa dan India dengan ringan hati saja mengajari penulis membuat jajan pasar yang mereka perkenalkan bernama Timpan.

[caption caption="daun pisang muda dengan warna hijau eksotis, pic : dok. pribadi"]

[/caption]

Konon timpansejak lama menjadi makanan kebesaran di Kota Para Raja, sebagaimana kita mengenal dalam sejarah masa lalu Banda Aceh lebih populer dengan sematan berjuluk Kota Raja.

Penulis mengenal Kota Raja dari Ibu Guru Bahasa Indonesia saat SMP yang mengajarkan tentang Kesusatraan Lama sependek ingatan ada Raja Ali Haji yang dikenal dengan Gurindam 12 salah satu gurindam yang masih teringat adalah “Gendang gedut tali kecapi, kenyang perut senanglah hari”.

Baru belakangan Kota Raja menjadi Banda Aceh dan di Kota Raja inilah bermukim para Raja secara turun temurun salah satu yang disimbolkan dan dilekatkanlah nama kebesarannya di Bandara yakni Sultan Iskandar Muda.

Baiklah entah para raja juga yang biasa menghidangkan timpan kepada para tetamunya sehingga jajanan pasar ini kemudian seperti azimat di masyarakat khususnya jika telah datang hari kebesaran kaum muslimin Iedul Fitri.

[caption caption="pisang uwa yang mendekati laduuu . . . pic : dok.pribadi"]

[/caption]

Kemudian perempuan muda Banda Aceh yang sempat menjumpai #Makhluk_Udik ini mengajari dengan hormat, mentransfer ilmu leluhurnya secara ikhlas pastinya suka dan rela

Sehingga . . . .

Berbagai macam bahan mereka bawa sendiri dan membelinya di pasar, termasuk pucuk daun pisang muda yang langka kami peroleh khususnya di Bandung.

Subhanallah . . . penulis lepas juga lah ilmu ini agar lebih barokah lagi ;

  1. Bahan – bahan
  • Daun PisangMuda, sebagai pembungkus, di Jawa – Barat untuk membungkus lepat atau bakar – bakar menggunakan daun pisang yang disebut rajamanggala ; tidak pernah menggunakan pucuk daun muda seperti untuk timpan ini, kecuali di Prajekan Jawa – Timur membuat seperti nagasari ya dengan pucuknya yang masih berwarna terang hijau pupus

Kulit :

  • Pisang uwa

Bentuknya kecil – kecil jika di Jawa Barat mirip rajacere atau caumuli . . .   berdasar analisa rasa, bisa di coba menggunakan pisang tanduk, pisang nangka atau pisang kepok yang cukup tua dan sudah ladu. ( Bhs. Sunda, sangat empuk )

  • Tepung Ketan

Kami menggunakan tepung ketan instan yang ada di pasaran, menurut penjelasan Kak Maryani perempuan asal Sigli yang menetap di Blang Bintang, ia biasa memperoleh 100 bungkus timpan jadi dari satu kilogram tepung ketan.

[caption caption="menghaluskan dengan cara di tumbuk - tumbuk pic : dok.pribadi"]

[/caption]
  • Vanili

Saat membuat kami tidak menggunakan vanili, akan tetapi disarankan menambahkan vanili untuk memberikan aroma yang memikat selera.

Isinya :

Membuat Enten – enten

  • Kelapa Parut Sadang Elok

Satu buah kelapa - sadang elok – (bahasa Minang) Kelapa sebaya ( tidak muda dan tidak tua ), karena ini untuk isi sebagai mana bugis atau kue sejenisnya.

  • Gula merah atau gula putih

Gula dilelehkan diatas api kecil kemudian dicampur dengan kelapa dan daun pandan ; jika menggunakan gula putih hendaknya di caramel dahulu supaya tidak pucat dan menghasilkan aroma caramel yang sensasional.

 Cara Membuat :

  • Pisang di kupas di tumbuk dengan ujung gelas plastik hingga agak lembut, saat penulis menyarankan untuk di blender, perempuan muda ini katanya sudah terbiasa dengan tradisi lama.
  • Masukkan kedalam pisang sedikit demi sedikit tepung ketan, setelah tumbukan pisang agak halus
  • Sekira adonan sudah tidak lengket selalu siapkan minyak goreng yang bersih untuk memudahkan menghindari lengket – lengket di tangan
  • Dan saat membungkus juga menggulung inilah sessi yang paling heboh dan menjadi bahan tertawaan dan canda ria karena, mengolah untuk membungkus secara tradisi yang cute, rapih menarik membutuhkan ketrampilan berdasarkan jam terbang
  • Setelah membungkus, maka menyusun dipanci dan dimasak dengan cara di uap diatas api sedang.

[caption caption="pisang di campur secara bertahap dengan tepung ketan pict : dok.pribadi"]

[/caption]

  

[caption caption="sessi membungkus adonan yang butuh ketrampilan dan pengalaman kecekatan pic : dok.pribadi"]

[/caption]

Rasanya . . . . adalah rasa kebesaran para raja Aceh ; sekira masyarakat daerah mengenal lepat bugis dikombinasikan dengan naga sari, atau ada lagi bernama ciu.

Akh . . .   deskripsi ini pasti kurang tepat, karena jika ingin sesuai silahkan mencobanya.

 

Salam Kuliner Jajan Pasar Rakyat Aceh.

Ciburial – Bandung, 27 Shafar 1437 H / 9 Desember 2015 M

 

Catatan :

Bagi Kompasianers dari Aceh Mohon di kritisi, jika ada hal yang tidak tepat . . . Insya Allah akan segera di perbaiki dan disempurnakan jika kesempatan pertama telah datang.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun