Baru belakangan Kota Raja menjadi Banda Aceh dan di Kota Raja inilah bermukim para Raja secara turun temurun salah satu yang disimbolkan dan dilekatkanlah nama kebesarannya di Bandara yakni Sultan Iskandar Muda.
Baiklah entah para raja juga yang biasa menghidangkan timpan kepada para tetamunya sehingga jajanan pasar ini kemudian seperti azimat di masyarakat khususnya jika telah datang hari kebesaran kaum muslimin Iedul Fitri.
[caption caption="pisang uwa yang mendekati laduuu . . . pic : dok.pribadi"]
Kemudian perempuan muda Banda Aceh yang sempat menjumpai #Makhluk_Udik ini mengajari dengan hormat, mentransfer ilmu leluhurnya secara ikhlas pastinya suka dan rela
Sehingga . . . .
Berbagai macam bahan mereka bawa sendiri dan membelinya di pasar, termasuk pucuk daun pisang muda yang langka kami peroleh khususnya di Bandung.
Subhanallah . . . penulis lepas juga lah ilmu ini agar lebih barokah lagi ;
- Bahan – bahan
- Daun PisangMuda, sebagai pembungkus, di Jawa – Barat untuk membungkus lepat atau bakar – bakar menggunakan daun pisang yang disebut rajamanggala ; tidak pernah menggunakan pucuk daun muda seperti untuk timpan ini, kecuali di Prajekan Jawa – Timur membuat seperti nagasari ya dengan pucuknya yang masih berwarna terang hijau pupus
Kulit :
- Pisang uwa
Bentuknya kecil – kecil jika di Jawa Barat mirip rajacere atau caumuli . . .  berdasar analisa rasa, bisa di coba menggunakan pisang tanduk, pisang nangka atau pisang kepok yang cukup tua dan sudah ladu. ( Bhs. Sunda, sangat empuk )
- Tepung Ketan
Kami menggunakan tepung ketan instan yang ada di pasaran, menurut penjelasan Kak Maryani perempuan asal Sigli yang menetap di Blang Bintang, ia biasa memperoleh 100 bungkus timpan jadi dari satu kilogram tepung ketan.
[caption caption="menghaluskan dengan cara di tumbuk - tumbuk pic : dok.pribadi"]
- Vanili