Sebagian besar dibenteng seng demi keamanan pengerjaannya dan ada satu mesin besar seperti crane ( lekatlah ingatan ke Masjidil Haram )
Mesjid Bait Ar Rahman Banda Aceh ini sebagaimana kita saksikan pada tayangan media elektronik seluruh dinding didominasi warna putih bersih dengan pencahayaan yang sangat terang khususnya di dalam ruangan.
Interior keseluruhan Mesjid sedemikian indahnya dengan berbagai ornament Timur Tengah yang khas, lengkung – lengkung yang menyambungkan antara pilar satu dengan pilar berikutnya tertata sedimian apik, detail dan artistic.
Ketakjuban bukan semata karena lengkungan dan ornament demikian lampu kuno
Â
[caption caption="Mimbar dengan Aura Kesucian dan kewibawaan, pic : dok pribadi"]
Saifudin Zuhri yang sempat penulis jumpai saat beliau hendak menutup keseluruhan pintu mesjid demi keamanan seluruh benda – benda di dalamnya juga menjaga kerbesihannya, beliau adalah salah seorang muazzin di Mesjid ini.
Dari beliau penulis mendapatkan informasi bahwa  Imam Besar Masjid Bait Ar Rahmaan Banda Aceh : Prof. Dr. H. Azman Ismail MA. Sedang imam – imam kecilnya masih banyak lagi.
Ketika Pak Saifudin menyampaikan bahwa Mesjid ini di bangun pada masa Belanda, maka meloncatlah fikiran ke kota Bandung.
Jadi Belanda itu di Banda Aceh membangun Mesjid Bait Ar Rahman dan di Kota Bandung membangun Gedung Sate yang juga selain kokoh megah serta indah menjadi kebanggaan kotanya.
Kekokohan Mesjid Bait Ar Rahmaan ini sudah teruji saat Tsunami semua yang lari ke Mesjid selamat, yang hancur hanya tempat wudhu dan salah satu menara agak roboh. Masya Allah . . . .