Dengan tidak melepas senyum dan sambil berteriak–teriak lepas (jika penulis menerjemahkan mereka sedang saling menginformasikan bahwa meja sekian minta segera dikirim requetsan pembeli; entahlah lah yaa karena mereka menggunakan Bahasa Banda Aceh yang cukup asing juga bagi telinga).
[caption caption="Sate dan kuah yang kaya rempah, pic : dok.pribadi"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/20/d-sate-matang-564f2e1d9297735009e35579.jpg?v=600&t=o?t=o&v=555)
“hai Abang sotonya seperti beraroma kulit kayu manis ya . . .”
"Iya . . ."
“saya rasakan ada aroma cengkeh ya Bang . . . ? “
"Iya . . . tetapi cengkeh untuk bumbu kacangnya Bu, untuk soto kami tak pakai,"
“apakah soto ini berbumbu jahe kah ???”
Ia senyum – senyum menahan katanya dan kemudian melempar ucap dengan enggan kendati dijawab juga seperti orang gagap.
“Iya Bu . . . . “
“Dapet . . . . “
Pagi hari setelah dihangatkan baik bumbu, dan kuah penulis coba . . .