[caption caption="Nasi Ketan Asy Syuraa picture : dok. pribadi"][/caption]
Berbagai cara umat memperingati hari kesepuluh di bulan Muharam yang populer dengan Asy Syuraa, sebagian berbahagia karena usai shaum pada 10 Muharam selainnya ada yang berbahagia karena dapat mengikuti upacara adat yang dilaksanakan tokoh – tokoh dan pemangku adat di wilayahnya, atau sebagian masyarakat menyelenggarakan istighosah dengan berbagai harapan dan khusus ada juga yang membuat bubur Asy Syuraa.
Kenapa harus istighotsah ? umat berdo’a dan bermohon pada – Nya agar bencana – bencana yang menimpa rakyat Indonesia segera pulih diantaranya konsen pada bencana kabut asap.
Dilingkungan penulis masyarakat melaksanakan yasinan, dzikir dan membaca beberapa surat pilihan, mengenang berbagai peristiwa penting di 10 Muharam, diantara sekian banyak penting kita resapi bahwa ada beberapa penjelasan di waktu itu Allah menciptakan langit, bumi, bulan dan seluruh isinya.
Pada tahun ini #makhluk_udik Bandung coret bersama si Emak inang pengasuh putera dan puteri kami membuat nasi ketan bakar versi seadanya bahan – bahan yang tersedia di rumah.
Dan ketika salah seorang puteri menanyakan :
“emang ada acara apa ?”
sang Bunda menjawab :
“kita bersyukur atas anugerah kehidupan yang tidak terhitung nilainya.”
Cara membuatnya minimalis tidak ribet sambil ngobrol dan bercengkrama di sabtu 24 Oktober 2015 M
[caption caption="Nasi Ketan Asy Syuraa picture : dok. pribadi"]
Bahan – bahan :
- Beras dan ketan dengan perbandingan 1 : 3 jika ingin perbandingan ketan satu kg dan beras setengah kg tidak masalah tergantung selera saja namun jika full ketan tentu saja namanya lemper ya . . .
Penulis membuat 1 kg ketan plus tiga rantang beras, memang agak banyak terutama biar dapat bersama – sama mencoba kreasi pemikiran spontan dan seketika.
Rantang sudah ada yang sejak jaman dahulu, akan tetapi masa kini memang kurang populer menggunakan benda yang satu ini mudah – mudahn tidak keliru ; satu rantang itu ukurannya kurang lebih sekitar satu liter – an.
- Kelapa satu butir di buat santan, tidak perlu kental atau encer pergunakan saja sesuai kemampuan menakar dan mengukur, hati – hati ojo gagal ( selalu aja inget Mbak Mike yang konon tidak bisa masak . . . Neng Usi Saba kota belum terpantau juga kejujurannya tentang ketrampilan memasak )
- Daun Pisang, bagi mereka yang tidak memiliki dan memperoleh daun pisang bisa tidak ya . . . mengunakan sejenis alumunium foil ; nah masalah ini makhluk udik pasti udik dan awam.
- Semat ( lidi yang dipotong pendek dan kedua ujung-nya ditajamkan )
Cara Membuatnya :
- Ketan, beras juga santan di buat nasi sebagaimana biasanya ;
- Siapkan isi untuk nasi, sesuai selera dan kreatifitas para emak, kemaren di rumah penulis yang tersedia ayam setengah kg, wortel dan kentang di bumbu oseng plus sedikit kecap dan bagi mereka yang ingin agak berkeringat penulis usulkan sama si Emak agar menyiapkan rawit sehingga bagi yang selera pedas disiapkan alternatif ramuan yang pedas.
- Sesudah nasi matang, seperti hendak membuat arem – arem masukan oseng baik yang tidak pedas maupun yang super pedas
- Yang super pedas bungkusnya di bedakan dengan cara dipincuk saja.
- Seusai di bungkus dan dipincuk rapih maka di bakar, tidak pakai arang atau api menggebu dan menggelora, cukup menggunakan panci jadul yang tebalnya sekita 3 – 5 inci ini picture nya :
[caption caption="panci pembakaran tebal picture : dok.pribadi"]
Nah foto ketan bakarnya belum sempat di unduh disini
semoga besok atau kapan sempat di tampilkan . . . .
Salam Ahad Siang
12 Muharam 1437 H / 25 Oktober 2015 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H