Â
Â
Salam . . . . . . . . . . .
Neng Usi,
Agak lama Bunda sempat memikirkan dirimu dengan beberapa alasan
bahkan ingin sekali berkomunikasi membicarakan satu atau dua hal entah dengan cara apa
dan bagaimana sama sekali tidak menemukan jalan keluar.
Â
Alasan pertama ;
Sering muncul dalam ingatan tentang perkiraan wajah dirimu seperti apa . . .
di reka–reka tidak mungkinlah rambutmu
berantakan seperti yang muncul di foto profil
pada akun Kompasiana jaman doeloe itu.
Membayangkannya cukup mengganggu juga,
ingat celotehmu dalam beberapa tulisan bernada ‘bengal’ namun,
Bunda sering menangkap kepolosan dan keluguan Usi Saba Kota . . .
Â
Entahlah . . . . . . . ( terlalu banyak yang ingin di ketahui tentang dirimu )
Â
Neng Usi,
Â
Alasan Bunda yang kedua . . .
Mungkin karena kesepian mendalam
sehingga jika klik Kompasiana kesana – kemari mencari tulisan yang sederhana,
menggelitik beraroma nada bahagia dan canda khususnya
dengan mereka yang memiliki ikatan batin yang teramat kuat
sering mencari – cari manaaaaa . . . . Usi, kemana dia . . . .
malah bertambah bingung mending klik closing.
Dan . . . . hanya menjerit dalam doa
demi doa semoga engkau selamat dan selalu sehat,
toh jika tidak malu kuteriakkan namamu :
Â
Usi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Plus tangisan Bombay dalam batin saja . . . . . . . . . . . .
Â
Alasan ketiga . . . . .
Neng Usi ;
Kita memang tidak pernah berjumpa face to face,
namun Bunda merasakan kedekatan dan kehangatan dirimu
dengan riwayat yang kita ukir bersama tentang dirimu
yang sempat mengadakan event menulis bahasa daerah, Â
kemudian memotivasi banyak Kompasianers menulis
dengan bahasa masing – masing daerah
dan kitapun saling komentar juga saling terbahak - bahak
dalam canda jawab tulisan masing – masing.
Â
Tentu saja event menulis bahasa daerah itu
menjadi salah satu perekat jiwa Bunda terhadap dirimu . . . . . . .
Â
Rasa – rasanya saat itu Kompasiana
menjadi salah satu pantai yang indah dimuka bumi ini,
dengan pasir putih hangat, damai juga aman . . .
Â
Pemandangan alam menakjubkan
dan kita semua di bibir pantai itu di beberapa saung
yang berdiri pada salah satu saung pilihan bersama Kompasianer lainnya
sebut Mbak Mike Reyssent,
Mbak Avy Mbak Dahlia . ,
menikmati bajigur bandrek, rebus pisang nangka dan
pisang tanduk yang manis
atau serasa ngaliwet membakar ikan tuna
atau tongkol hasil tangkapan nelayan – nelayan disekitar pantai Kompasiana . . . .
jangan lupa ngulek sambal yang ekstra pedsnya.
Â
blash . . . . . . . . ( imajinasi #makhluk_udik Bandung coret !! )
Â
Neng Usi Saba Kota . . . .
Gelisah di batin ini segeralah hilang . . .
Ketika sempat mengetok-ngetok pintu hatimu,
dirimu membisu entah sebab apa,
dan kemudianpun kita terpisah.
Senyata nya memang kita terpisah jauh . . .
Â
Ada khabar – khabar miring
tentang dirimu lalu mau di konfirmasi kemana . . .
Â
Inbox yang menghilang itu,
memang bagi Bunda sungguh merepotkan meskipun ada email . . . .
akan tetapi kecepatan kita saling bercengkrama
rahasia
dan amat pribadi mudahnya ada inbox.
Â
Neng Usi,
Semoga surat Bunda ini sampai pada dirimu
diantar oleh merpati – merpati putih jinak
yang berterbangan di hutan – hutan kota ciptaan dan rekayasa makhluk bumi,
atau bahkan diantarkan
oleh semilir sejuknya angin padang ilalang lembah – lembah hijau
yang sempat kita kunjungi bersama di alam ruhani.
Â
Salam Bunda, untuk seluruh keluarga yang engkau cintai.
Â
Peluk hangat dari jauh yang tiada tersentuh raga.
Â
Doa . . . dan doa
semoga selalu menjadi kekuatan buat kita kelak
melaksanakan perjumpaan yang menjadi harapan.
Â
Tertanda
                                                                                    Bunda : Intan Rosmadewi
Â
Â
Â
NB : Ikuti Even Surat – menyurat di Sini
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H