[caption caption="kasian mengering dan merana daerah Jajaway Bandung picture : dok.pribadi"][/caption]
Sering sekali #makhluk_udik Bandung coret merasa heran bertanya – tanya pada diri sendiri dan bingung dengan sistem penataan kota di Bandung dan sekitarnya.
Hari senin sore melewati jalan bercabang dari Terminal Dago ; maka yang terbiasa melintasi jalan ini, arah kanan jurusan Dago menuju Cigadung tembus ke Cikondang hingga Taman Makam Pahlawan dan cabang yang ke kiri arah Bengkok, Pasir Muncang tembus ke Lembang.
Diantara jalan cagak ini rupanya tengah di persiapkan Taman ( kan . . . julukan Ridwan Kamil itu salah satunya Wagiman – Wali Kota Gila Taman ) penulis sangat mengapresiasi kiprah Kang Ridwan, cuma saja mungkin . . . ya . . . mungkin anak buah ( putera buahnya ) Kang Emil agak mengabaikan beberapa hal yang penting sama – sama kita perhatikan misalnya :
Sekiranya memang penanaman itu diplanning akan ada yang menyiram taman yang sudah dibangun seberapa kecilnya pun biaya yang dikeluarkan, buat kita ini rakyat Bandung seneng saja ada penambahan taman baru yang bakal menyenangkan penduduk, cuma jika hanya sekedar ditanam kemudian ditinggalkan buat apa ? misalnya karena hanya untuk mencairkan dana semata atau apa . . rada tidak ngarti juga #disini_sering_aku_teh_bingung
[caption caption="kabel yang centang perenang Jajaway Bandung pic : dok.pribadi"]
Ada sekitar 15 pot berbentuk panjang, masing – masing di dalam nya ditanam sekitar tiga batang sejenis tumbuhan oreana yang pucuknya berwarna merah – merah lembut indah jika tumbuh dan terpelihara. Jadi jika 3 batang kali 15 pot bunga berjumlah 45 batang tidak disiram mati lah beberapa batang diantaranya bisa sama – sama dilihat dalam picture.
Demikian semua rumput yang ditanam di ruas tersebut mengering dan merana, rasanya tega nian manusia itu menanam pas musim kemarau dan tidak disiram.
“Kumaha nya urang Bandung teh.”
Coba kita mengingat . . . perbandingkan dengan masyarakat ( aparat pertamanannya ) di Denpasar Bali dan sekitarnya, musim kemarau itu musim menyiram pagi sore keliling kota. Ngapain juga di banding kan dengan Denpasar ? boleh bandingkan juga atuh sama Yogya, atau Malang atau Surabaya . . . mereka tahu kalau sekarang itu musim kemarau, jadi program menyiram itu pagi sore . . . kalau misalnya tidak ada air lalu untuk apa membuat taman semurah atau semahal apa biaya tentu harus dihitung aspek pemeliharaannya.
Kabel – kabel Yang Centang Perenang
Di taman yang kering tadi bisa kita saksikan kabel – kabel yang terikat di pohon, amburadul centang perenang menusuk – nusuk mata, tentu saja penulis sangat awam ini sesungguhnya wilayah kerjanya siapa ? PLN kah atau dinas Pertamanan kah atau bagian umum. USREK . . . itu bahasa pasar yang menandakan bahwa mata kita tidak
nyaman melihat wilayah kita seperti tanah dan taman tak bertuan.
[caption caption="tanda penunjung lokasi yang berantakan Jajaway Bandung, pic : dok.pribadi"]
Baliho yang acak – acakkan
Papan nama atau penunjuk lokasi, yaitu ; The MAJ Hotel and Residence, Calista Cafe juga Takigawa, penulis mah tidak ada kepentingan lah dengan ketiga – nya, biasa – biasa saja akan tetapi mungkin ya kembali ke Dinas Pertamanan, bagaimana caranya supaya macam - macam petunjuk itu rapih, indah, tampak jelas dan memudahkan untuk semua fihak.
Jadi untuk satu petak tanah yang tampak sudah dirancang bagi taman kota, kalau memang maksudnya itu ; kunaon ( kenapa ) dibiarkan berlimpah masalah, rumput kering, oreana beberapa batang mati, kabel acak – acakan dan petunjuk lokasi tidak nyaman dipandang yang entah siapa bisa merampungkannya dalam waktu dekat, atau mungkin kurang dana untuk merampungkannya.
Jika demikian tidak mungkinkan kami rakyat kecil yang harus berfikir karena kamipun tidak mengetahui sumber – sumber dana untuk menyelesaikan hanya sedikit masalah ini, untuk mereka yang punya kebijakan.
Tentu hal ini sangat terkait dengan aspek kinerja, juga pengawasan. Mangga tah urang bandung bagaimana bagusnya . . . .
Cenah Bandung Juara ! Tarik Mang ni masalah segera selesaikan . . .
Selasa, 06 Oktober 2015 M
23 Dzulhijjah 1436 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H