Kami sempat takjub dan nge"shoot" sambil terus bertakbir...
Hanya dalam hitungan detik tiba – tiba suara keras sekali sangat mengagetkan, dan suara takbir serta jerit suara semakin kencang terdengar dari berbagai arah.
Saya dan teman – teman yang berangkat bertujuh merunduk,  tetapi semburan debu menutupi pandangan ke depan...  saya hanya mampu melihat secara samar org di dekat saya bergelimpangan, bahkan ada yang sudah tidak bergerak sama sekali...
Saya dalam posisi sadar dan siaga agak merunduk sambil mundur dan meraih dua teman yang sudah sepuh (usia sekitar 70-an) ; sambil berfikir dan siap (pasrah sepasrah-pasrahnya) bahwa boleh jadi gedung yg luar biasa kokohnya akan runtuh tersapu badai bila Allah berkehendak...
Kami terus merapat ke tembok.
Ternyata dari kepala dan tangan salah seorang teman terlihat cucuran darah yg cukup banyak.
Saya angkat tangannya utk mengurangi cucuran darah....
Â
Sampai disitu saja seluruh pelataran Masjidil Haram sudah terbayang porak porandanya, panik, pilu, kiamat itu tiba di tanah suci . . . di area Ka’bah rumah Nya yang Agung . . . Â
Â
[caption caption="Shalawat Bagi Nabi Agung Muhammad Saw"]
[/caption]