Demikianpun tulisan empat sehat lima sempurna, cukup mencuri – curi perhatian Kompasianera disamping oke, bernas dari Bang Gapey Sandy dimana para blogger yang disoroti juga diklasifikasikan secara ilmiah dengan menggunakan rujukan – rujukan yang tentu bukunya cukup tebal beserta link yang di searchnya cukup berlimpah, bagi penulis sebagai orang tua yang lagi belajar dan terus belajar pantas buat mereka di kasih taburan jempol.
KLASIFIKASI ILMIAH HINGGA KE WARTEG
Seiring dengan perambahan wawasan di duniat netizen ( berasa hebring banged menggunakan istilah ini, tapi biarlah ) beberapa acara K berawal sempat hadir Nangkring di Tanoto Foundation UPI – Bandung kemudian berjumpa para celeb K diantaranya Pak Thamrin Sonata, Bang Uyuy Nurul dan sempat berhai . . . hai dengan Mbak Maria Etha; terasa oleh penulis Kompasiana itu sangat serius membangun lingkungan dan budaya menulis secara on dan off kemudian berakhir di Mazaya bersama Zascia Adytia Mecca.
Kerennya lagi bagi #makhluk_udik ini mendapat kesempatan ke The Herritage Suka Miskin diajak putera ke lima berjumpa Mbak Elisa Koraag disana pertama kali berjumpa dengan Bang Gapey meskipun acara tersebut bukan K yang menyelenggarakan, akan tetapi ini adalah rangkaian proses yang dilakukan sebagai . . . kalau itu disebut seorang blogger .
[caption caption="kalam - pena masa lalu"]
Maka kemudian muncul tulisan demi tulisan, mencengangkan dan terdeteksilah kali ini klasifikasi blogger berdasar para blogger juga :
- Bounty Hunter ( Muthiah AlHasany )
- Penggemar Acara Nangkring ( Muthiah AlHasany )
- Blogger Pesanan – Kang Arul
- Blogger Idealis ( Mas Murad Maulana )
- Blogger Bisnis ( Mas Murad Maulana )
- Blogger Specialis Launching ( Kang Rhamadany Beni )
- Blogger Cepat Saji ( Bang Erwin AlWazier )
Dengan pengklasifikasian sedemikian ini, bagi penulis adalah hal yang sangat alamiah baik buruknya seorang blogger memang sebagaimana kegelisaan Bang Gapey Sandy (GS) inginnya ada semacam “akhlak menjadi seorang blogger” yang oleh oleh GS ditulisnya sebagai “Swakrama” dalam berjejaring.
Hakekatnya penulis sangat mendukung sekali dengan keinginan GS ada “swakrama” bahkan jika bisa dijadikan prioritas sebaiknya lahir dari Kompasiana sebagai mediatornya.
Karena memang rasanya sudah mendesak, sebagaimana sempat diungkap dalam tulisan Kang Ali Muakhir