Usai sarapan di Warung Makan Puji Ketapang Probolinggo karena terpampang besar tulisan Minuman Sehat Beras Kencur terbayang khasiat dan kesegarannya, maka coba membeli satu botol saja.
Saat menjumpai putri yang menemani perjalan kali ini ; tampak wajahnya datar – datar saja saat Ibundanya dengan perasaan bahagia mengkhabarkan bahwa dirinya baru saja membeli satu botol beras kencur ukuran sekitar 400 ml untuk kami berdua agar kualitas kesehatan selama di kampung Ayahnya terjamin.
Tentu saja gesture tubuhnya terasa berbeda sekali disaat Bunda membeli minuman berlabel dengan kemasan – kemasan mentereng yang sekali minum langsung buang !! puteri – puteri kami akan merespon dengan pertanyaan standar : “Bund, ini buat siapa ?” dengan terjemahan tafsir bebas meriah maksudnya : “gue juga mau”.
Mencoba berfikir dan memahami diri sendiri, memang banyak sekali yang kurang pada diri Bundamu ini mengajarkan ilmu yang terbentang luas tanpa batas meskipun hal – hal praktis yang seharusnya putera – puteri kita telah mengetahuinya.
Jadi yang namanya beras kencur bagi kebanyakan puteri – puteri kita saat ini : “apaan . . . udah rasanya asing dan sedikit pahit plus aroma langu tidak bersahabat”.
Penulis merasa sangat salut atas pendidikan orang tua jaman dahulu yang sejak masih kecil dan menjelang remaja telah diperkenalkan minuman kesehatan secara bertahap diantaranya : kunyit asem, wedang jahe, wedang serai termasuk beras kencur dan wedang temulawak.
Pernah salah seorang puteri kami, mengeluh sakit pinggul dan pinggang menjelang haid, maka dianjurkanlah oleh sang Bunda untuk meminum kunyit aseum agar mengurangi kesakitan itu, dengan petunjuk lisan cara mengolah dan kemudian meminumnya.
Jangankan bergerak mengerjakan petunjuk demi mengurangi rasa sakit bahkan setengah menolak “akh . . . ngga enak, pahit”.
Cuma sebatas anjuran memang, seharusnya dan sebaiknya si emak membuatkan dan membudayakan minuman tersebut sehingga muncul kesadaran dan kecintaan membudi dayakan minuman pusaka leluhur tersebut.
Maka tidaklah aneh pagi ini, sang putri tidak terlalu antusias untuk bertanya dan bahkan sama sekali tidak terdorong untuk meminum beras kencur pembelian Bunda.
Sesampai di kampung halaman kecamatan Prajekan, beras kencur yang setengah berembun karena baru saja diangkat dari frezzer sebagian yang telah mencair segera di pindah ke gelas dan saat meminum Bunda sampaikan pada sang putri bahwa : beras kencur baik sekali untuk kebugaran tubuh, dan akan membuat tidur lebih nyenyak.
Kepada sang puteri Bunda sambung penjelasannya bahwa khasiat beras kencur jika di minum secara rutin, akan mengurangi rasa cape, pegal dan lelah sehingga akan meningkatkan produktifitas kegiatan kita.
Belum begitu faham rupanya, iya sudah . . . proses pengenalan telah dilakukan, action ngasih contoh juga sudah, suatu ketika akan datang masanya putera / puteri kita menyadari pentingnya rimpang bernama kencur, beraroma spesifik bisa untuk luka, batuk dan aneka bumbu masakan dan makanan, bahkan disini diuraikan :
Kencur merupakan tanaman herba rhizomatous genus Kaempferia dan termasuk dalam keluarga Zingiberaceae. Minyak esensial dari kencur digunakan dalam parfum dan obat-obatan. Di Jawa , kencur digunakan sebagi bumbu nasi dan juga sebagai minuman kesehatan (beras kencur). Di banyak negara Asia kencur digunakan untuk bahan baku cuka, dan bahan baku untuk mencuci rambut. Kencur ditemukan tersebar di sebagian daerah Sabbatarian, India.
betapa banyaknya manfaat beras kencur, bahkan untuk rimpang kencurnya, ternyata :
- Untuk bahan cuka
- Bumbu Nasi, kalau orang Sunda Nasi Tutug Oncom judulnya
- Diolah untuk parfum dan obat – obatan
Tentu saja Warung Makan Puji punya alasan kuat kenapa menjual beras kencur diwarung asri ini, sasaran tembaknya para driver jarak jauh yang membutuhkan stamina khusus agar perjalanan lancar dan selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H