Secara awam saja, memangnya manusia cenderung menyukai yang mudah, dan enggan menempuh kesulitan.
Disinilah salah satu adegan yang memberikan contoh realistis, tentang keberagaman Indonesia dengan tidak meninggalkan makna dan nilai - nilai Islam yang original.   Â
Dan kenyataan bahwa Indonesia beragam, coba menyematkan kata Pluralism sebagai hal yang terus ramai di perbincangkan.
Hingga kini masih sering terjadi perdebatan panjang tentang pluralisme, rasanya jika menyimak uraian tentang definisi pluralisme bisa ditinjau dari berbagai sudut ; pluralisme terkesan seperti barang mewah yang sulit di jangkau dan dimiliki.
Apalagi jika kita memandang dari sudut agama menjadi beban yang yang tidak kalah beratnya dengan memikirkan situasi masyarakat yang terpuruk, karena berbagai hal bukan saja masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan dan hukum.
Dengan ada nya film berdurasi sekitar 94 menit ini, dan segera dirilis  Rabu, 15 Juli 2015 memiliki makna, menjelaskan bahwa perbedaan itu tidaklah bertele – tele, komunikasi, musyawarah, saling memahami merupakan kunci menyatukan fikiran dan hati sehingga menjadi guyub. Â
Mahmud Ayah yang Kokoh Pendirian Â
Adegan tawar – menawar susu cair dengan kaleng yang penyok antara Pak Mahmud dengan pembeli sebagai pembuka yang manis, dan mengantarkan pada penonton tentang pemahaman dan praktek agama yang lurus dilaksanakan secara lurus pula oleh tokoh sepuh, sekaliber Dedi Sutomo.
Sejak awal penonton memang telah di giring pada suasana konflik yang cukup tajam antara seorang putera Ustadz dengan sang Ayah bernama Mahmud, konflik batin antara keduanya berasa menggigit sehingga kita geram terhadap anak yang agak nyleneh dan pemikiran ayah yang kolot juga tidak kalah nyleneh.
Kekokohan pendiriannya saat mencari alamat demi alamat yang tidak pernah putus asa dan selalu berbaik sangka kepada Allah sebagai uswah bagi tokoh Heli puteranya dan bagi kita penontonnya, kita bisa menarik pelajaran berharga dari tokoh Mahmud yang mungkin saat ini meskipun ada sulit di temukan ada namun entah dimana.
Yang tentu saja menjadi poin menarik lainnya dari Mencari Hilal adalah peran tokoh Mahmud yang dimainkan oleh Dedi Sutomo, artis pemain watak yang tidak disangsikan lagi permainannya.
Adegan shalat dhuha yang diperankan oleh Dedi Sutomo sedemikian menyentuh hati karena ia saat itu mengalami sakit yang tampak cukup berat namun tidak ia pedulikan, sing penting ia tunaikan kewajiban dari Gusti Allah, sedemikian kontras dengan putranya Heli yang kondisi nya sehat, masih muda setiap Ayahnya shalat ia sedemikian acuh tak acuh, tak tampak ia mencontoh sang Ayah. Tragis !