Demikianpun sebelah kiri kami membentang keindahan alam dengan tirai kabut turun dan kerlap – kerlip lampu dikejauhan di wilayah cekungan kota Bandung
Melihat lapang yang agak luas dengan diapit kiri kanan rumah penduduk dan pas bagian depan ada warung kecil, penulis berinisiatif turun terlebih dahulu dan bincang ringan dengan Teteh pemilik warung :
“Assalamu’alaikum, Teteh kami dari pondok Babussalam, bisa ikut parkir disini . . . ? mau ke Tebing Kraton . . . “ penyebutan Babussalam adalah password, agar situasi tidak bertele – tele, dan tentu saja si Tetehnya menjawab ramah :
“Ibu, Tebing Kraton magh atuh masih jauh . . . kenapa atuh ngambil arah dari sini . . . ”
dengan dialek bahasa sunda yang sangat khas.
“iya . . . sengaja ni Teh, bawa orang Jakarta . . . biar merasakan panjang perjalanan”
“euleuh . . . si Ibu meni tega, tebih pisan Ibu” ( dhuh . . . Ibu koq tega ya . . . terlalu jauh )
“ya ngga lah . . . semoga bisa menempuhnya dengan lancar, titip ya mobilnya parkir disitu”
“Mangga Ibu . . . mangga”
Misteri Anjing Penjaga