Mohon tunggu...
ROSITA VIKAWIDIA
ROSITA VIKAWIDIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Hai wellcome:)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Upaya Peningkatan Literasi Digital Guru dalam Meningkatkan Literasi Sains Siswa di SDN Sekepeuris 02 oleh Mahasiswa UPI

1 Oktober 2021   19:00 Diperbarui: 1 Oktober 2021   19:04 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencerdaskan bangsa Indonesia. Untuk bisa membina siswa agar berhasil dalam pendidikannya, pendidikan harus mencakup seluruh aspek pendidikan seperti kemampuan kognitif(berpikir), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) (Susanto, 2013: 85). 

Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan literasi sains. Huda,et.al (Rahayuni:2016) mengatakan jika pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah alat yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu meningkatkan pribadi yang memiliki literasi sains yang baik karena sains memuat asas pendidikan yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat meningkatkan kemampuan siswa.

Masalah yang terjadi di Indonesia adalah ditemui bahwa literasi siswa masih sangat rendah terutama dalam literasi sains. Hal ini sangat disayangkan mengingat pentingnya kemampuan literasi siswa untuk memajukan dirinya yang akan berpengaruh pada kemajuan bangsa. 

Hasil data PISA (Program for International Student Assessment) Hasil studi PISA 2018 menggambarkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam literasi sains, nilai rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan nilai rata-rata OECD yakni 489. Ada yang menarik dalam capaian PISA 2018, yaitu diketahui bahwa Indonesia ada pada kuadran low performance dengan high equity. Kemudian, ditemukan juga bahwa gender gap in performance ketimpangan performa belajar antara perempuan dan laki-laki tidak besar. Siswa perempuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam semua bidang di PISA. 

Diketahui juga bahwa para guru di Indonesia tergolong memiliki antusias yang tinggi. Antusias para guru Indonesia termasuk empat tertinggi setelah Albani, Kosovo, dan Korea. Namun, kebanyakan guru masih belum memahami kebutuhan setiap individu muridnya.

Berdasarkan hasil  studi  PISA yang  menunjukkan  literasi  siswa Indonesia masih rendah hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian guna meningkatkan literasi sains siswa. Identifikasi masalah dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan siswa di SDN Sekepeuris 02 agar mengetahui kemampuan literasi siswa dan proses pembelajaran dikelas 5 SD.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa mereka merasa sangat terhambat dengan adanya pembelajaran secara daring ini. 

Mereka mengaku kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran mengingat belum semua guru dapat mengoperasikan perangkat dan aplikasi pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu guru hanya bisa memberikan tugas dan materi yang harus dipelajari secara mandiri. 

Selain itu, tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai untuk mendukung tercapainya keberhasilan belajar. 

Oleh karena itu sekolah memutuskan untuk melakukan pembelajaran melalui Whatsapp Group baik dalam pemberian materi, pemberian tugas maupun diskusi. 

Sejauh ini cara tersebut sebetulnya belum bisa dikatakan efektif karena masih butuh pendampingan orang tua, sedangkan tidak semua orang tua bisa mendampingi anaknya dalam pembelajaran di rumah, sehingga banyak siswa yang tidak mengerjakan tugasnya dan mengumpulkan tidak tepat pada waktunya.

Dari keterangan guru, siswa kelas 5 tergolong siswa yang mudah untuk dikendalikan, saat sebelum pandemic, siswa kelas 5 ini yang masih duduk di bangku kelas 3 merupakan siswa yang kaya akan prestasi literasi terutama literasi sains, sudah bisa memahami konsep sains dan mulai mengkritisi pernyataan yang disampaikan mengenai IPA. Namun belum sempat ke tahap melakukan penemuan ilmiah, covid 19 sudah menyebar sehingga siswa terpaksa untuk dibimbing secara daring.

Adapun hasil wawancara dengan orang tua siswa, beberapa orang tua siswa mengaku tidak dapat mendampingi anak dalam belajar di rumah, sehingga banyak anak yang tugasnya terbengkalai karena siswa merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugasnya karena mereka tidak bisa mengerti memahami materi pembelajaran dengan baik. 

Selain itu banyak orang tua siswa yang mengeluh karena tidak bisa mengoperasikan aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran daring seperti google classroom, zoom meeting, google form dan sebagainya. Kurangnya literasi digital para orang tua sehingga membuat pembelajaran secara daring menjadi sangat terkendala.

Mahasiswa sering disebut sebagai kaum intelektual karena memiliki cara berpikir yang lebih logis dan ilmiah, serta memiliki keterampilan yang baik membuat mahasiswa sering ditunjuk untuk membuat suatu perubahan sehingga disebut ’Agent Of Change’ . Mahasiswa biasanya memerlukan banyak persiapan untuk menjadikan manusia yang memiliki kredibilitas tinggi. Oleh karena itu mahasiswa harus berguna bagi masyarakat sehingga banyak program pengabdian pada masyarakat. 

Sehingga melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa UPI yang terdiri dari dua orang yaitu Rosita Vikawidia dengan Rika Restyana Ridwan melakukan upaya agar para guru dapat memiliki literasi digital yang baik yaitu dengan melakukan pelatihan dengan para guru di SDN Sekepeuris 02.

Pelatihan pengenalan media pembelajaran seperti cara membuat media evalauasi jarak jauh seperti google formulir dan melakukan pelatihan cara menggunakan aplikasi zoom meeting dan bagaimana cara membuat room di aplikasi zoom meeting kepada para guru. Hasil dari pelatihan ini terlihat secara signifikan, banyak guru yang langsung menggunakan media evaluasi google formulir dan menjelaskan menggunakan media audio visual terutama mata pelajaran sains.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan literasi sains siswa dilakukan dengan penggunaan video pembelajaran yang dikirim melalui whatsapp group. Dalam video tersebut termuat system pernapasan manusia, dari mulai fase inspirasi, eksiprasi, mekanisme pernapasan dada hingga mekanisme pernapasan perut. Siswa diperintahkan untuk mempelajari video tersebut karena didalamnya memuat ilustrasi yang jelas dan penjelasan yang relevan dengan konsep sains. 

Setelah siswa selesai mempelajari konsep sains melalui video tersebut, siswa diminta untuk menyiapkan pertanyaan yang akan dijadikan bahan diskusi didalam pertemuan virtual, tujuannya untuk merangsang stimulus rasa ingin tahu siswa. 

Selanjutnya siswa digiring untuk mengikuti pertemuan virtual zoom meeting yang mana di pertemuan tersebut siswa aktif bertanya dan mengkritisi fenomena sains yang terdapat didalam video.

Siswa terlihat sangat aktif dan antusias, sehingga mahasiswa pun merasa kewalahan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan siswa kelas 5 SD ini. Diskusi pun menjadi sangat aktif Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa mereka mengaku sangat mengerti dengan metode pembelajaran seperti ini,mereka mengaku tidak sulit lagi memahami konsep sains dan mereka merasa senang karena adanya variasi dalam pembelajaran.

Referensi :

Susanto, A. 2013.Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Rahayuni, G. 2016. Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dan Literasi Sains Pada Pembelajaran IPA  Terpadu  dengan  Model  PBM dan  STM. Jurnal  Penelitian  dan  Pembelajaran  IPA.1 (1).131-146.

Kemendikbud(2019) Hasil PISA Indonesia 2018: Akses Makin Meluas, Saatnya Tingkatkan Kualitas [Online] diakses dari : Kemdikbud

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun