Mohon tunggu...
Rosita Vinansis
Rosita Vinansis Mohon Tunggu... Guru - GURU

Guru Bahasa Jawa SMK N 3 Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Kasar Jaman Batu Dibandingkan dengan Bahasa Jawa Alus Mutakhir

21 Mei 2023   09:31 Diperbarui: 14 Agustus 2023   14:29 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia diciptakan dengan mulut (lathi, tutuk dalam bahasa jawa) sebagai alat untuk mengeluarkan suara. Menghargai komunikasi yang bermutu antar sesama manusia. Bahasa merupakan alat utama bagi manusia dalam berkomunikasi. Ciri khas yang ada pada setiap budaya adalah terdapat ragam cara berkomunikasi yang tercermin dalam pemilihan kata serta ungkapan yang digunakan. Dalam konteks ini, bahasa kasar yang digunakan jaman batu adalah bahasa yang kasar selalu menyebutkan nama-nama hewan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.

Pada sisi lain, bahasa jawa alus atau bahasa jawa ragam krama termasuk bahasa santun yang digunakan pada peradaban mutakhir jaman sekarang. Dua bahasa yang menonjol secara langsung manusia menggunakan kedua bahasa tersebut dalam berkomunikasi. Mari kita bandingkan dan telaah bersama perbedaan dan pentingnya menggunakan bahasa santun dalam komunikasi sehari-hari.

Istilah bahasa kasar merujuk pada penggunaan kata-kata atau ungkapan yang kasar, tidak sopan, atau tidak pantas. Bahasa kasar cenderung mengandung kata-kata kasar, cacian, penghinaan, atau ancaman. Penggunaan bahasa kasar ini sering kali berdampak negatif pada kualitas komunikasi, baik dalam konteks pribadi maupun secara profesional.

Sebaliknya, bahasa jawa alus mencerminkan penggunaan kata-kata yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, menghormati, dan memperhatikan orang lain. Meletakkan orang lain lebih tinggi dari pada diri sendiri. Menghormati orang lain lebih dari diri sendiri.

Sulit kiranya seseorang menghormati orang lain. Seseorang lebih suka sombong dan selalu meletakkan dirinya lebih tinggi dari orang lain. Masyarakat jawa memiliki adat pandangan bahwa ketika kita menghormati orang lain maka secara tidak langsung menghormati diri sendiri. Hal ini juga berlaku sebaliknya ketika kita merendahkan orang lain maka sebenarnya kita merendahkan diri sendiri, jauh lebih rendah dari yang dikatakan kepada orang lain.

Bahasa jawa alus dapat berupa ngoko alus atau krama alus dapat menjadi pilihan yang bagus untuk berkomunikasi walaupun tidak semua orang dapat menggunakan bahasa jawa tetapi ada penekanan pada kata-kata tertentu contohnya: maturnuwun, inggih, nuwun, mangga, dhahar, sare, diparingi, tumbas, diaturi, sekeca, dan lain sebagainya yang dapat dipelajari dalam buku pepak basa jawa.

Buku pepak basa jawa ini juga merupakan buku pegangan penggunaan bahasa jawa yang ada bangku sekolah. Sebenarnya semua bahasa alus mencerminkan sopan santun menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat orang lain dan diri sendiri serta menunjukkan sikap empati dan lebih pengertian. Penggunaan bahasa santun membantu menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih harmonis, mengurangi konflik, dan meningkatkan hubungan interpersonal yang baik.

Faktor universal yang mempengaruhi penggunaan bahasa kasar dibandingkan dengan bahasa jawa alus sebagai berikut:

  • Emosi adalah luapan perasaan seseorang, emosi identik dengan luapan amarah, namun disini luapan emosi juga bisa kebalikannya yaitu ungkapan rasa senang. Ungkapan hati seseorang bisa senang dan tidak senang. Hal ini bisa terjadi sesaat atau dalam waktu yang lama.
  • Sombong merupakan luapan yang sering dilakukan karena keinginan seseorang untuk lebih menonjol dari orang lain lawan nya adalah rendah hati yang biasa dimiliki seseorang yang mengetahui bahwa setiap hal di dunia ini tidak ada yang abadi.
  • Bercanda, seringkali bahasa kasar ini digunakan untuk bercandaan seseorang temporari atau sesaat.
  • Tidak ada artinya, terkadang seseorang menggunakan bahasa kasar secara tidak sengaja dan tidak memiliki makna.

Pilihan menggunakan bahasa jawa alus yang lekat dengan kesopanan dan kesantunan dalam komunikasi sehari-hari tentunya tidak dapat dikesampingkan. Pertama, pilihan menggunakan bahasa jawa ragam krama mencerminkan sikap hormat terhadap orang lain. Ketika kita menggunakan bahasa jawa ragam krama, kita menghargai keberadaan dan perasaan orang lain. Hal ini tentunya membantu menciptakan iklim komunikasi yang inklusif dalam menghormati sesama ditengah masyarakat.

Kedua, sebagai pilihan percakapan sehari-hari bahasa bahasa jawa alus memperkuat hubungan interpersonal yang positif. Pilihan penggunaan bahasa jawa alus dapat membantu membangun hubungan yang saling menguntungkan dan harmonis antara individu. Ketika kita berbicara dengan sopan dan menghormati orang lain maka orang lain akan melakukan sebaliknya dan cenderung akan terjalin rasa saling menghargai dan lebih menerima pesan yang disampaikan.

Ketiga, penggunaan bahasa jawa alus berkontribusi pada efektivitas komunikasi. Saat berbicara dengan kata-kata yang baik dan jelas lebih sopan, terstruktur, maka pesan kita dapat lebih mudah dipahami oleh mitra tutur atau orang yang kita ajak bicara. Bahasa jawa alus juga membantu menghindari konflik yang mungkin timbul akibat penggunaan bahasa kasar yang cenderung menimbulkan efek negatif pada diri sendiri dan lingkungan sekitar pada saat percakapan itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun