Nganggung, Warisan Budaya Melayu Bangka-Belitung Meriahkan HUT ke-64 SMANSA-PKP

Penulis: Rosita Uli Sihombing

Pangkalpinang Babel.- NGANGGUNG, Warisan Budaya Melayu Bangka-Belitung Meriahkan HUT ke-64 SMANSA-Pangkalpinang Bangka, (15/2/23)

Ada yang tidak biasa kali ini di SMANSA, istimewa dan meriah. Terlihat dari wajah-wajah ceria seluruh warga sekolah mempersiapkan berbagai hal dalam menyambut para undangan. Betul sekali, HUT ke-64 SMANSA-PKP sedang digelar setelah absen beberapa tahun belakangan ini diakibatkan pandemi Covid-19. Banyak kegiatan dan acara disusun oleh panitia HUT guna memeriahkan perhelatan tersebut. Puncak acara perayaan HUT SMANSA-PKP ke-64 adalah pada Selasa, 22 November 2022 yang dihadiri para tamu dari berbagai kalangan menambah kemeriahan acara.

Salah satu mata acara yang menarik perhatian adalah saat seluruh acara formal selesai dan ditutup, maka tampillah barisan siswa laki-laki mengenakan pakaian melayu berwarna ungu, dililit sarung, dan berkopiah sambil membawa dulang berukuran sedang ditutupi tudung saji berwarna merah cerah.

Dengan bersahaja mereka berjalan ke posisi yang sudah ditentukan, kemudian duduk bersila di hadapan dulangnya masing-masing yang diletakkan pada karpet/tikar. Lalu dilanjutkan dengan doa-doa dan harapan baik yang dilantunkan oleh seluruh warga sekolah.

Dok. pribadi

Dok. pribadi

Usai membaca doa, para tamu, guru-guru, siswa-siswi SMANSA-PKP kemudian bergabung dengan para pembawa dulang bersama-sama membuka tudung saji dan mulai menikmati hidangan yang tersaji di dalamnya.

Dok. pribadi

Dok. pribadi

Semua yang hadir menikmati hidangan lezat yang tersedia di dalam dulang, sambil menanyakan kabar, berkenalan, bersendagurau, dan lainnya. Kegembiraan semakin terasa karena guru-guru, para tamu, dan siswa dapat duduk bersama berbaur tanpa batas untuk saling sambung tali silaturahmi.

Dok. pribadi

Nganggung, itulah nama tradisi tersebut yang berasal dari kata "anggung" atau angkat. Nganggung merupakan tradisi asli masyarakat kepulauan Bangka-Belitung yang biasanya dilaksanakan untuk memperingati hari-hari besar atau perayaan penting. Lazimnya Nganggung dilakukan oleh kaum pria, mereka membawa makanan lengkap di atas dulang dan ditutup dengan penutup makanan khas Bangka-Belitung yang disebut tudung saji. Yang dimaksud makanan lengkap adalah di dalam dulang berisi nasi sebagai makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan, dan kue-kue.

Dok. pribadi

Awalnya dulang yang berisi makanan ini adalah sayur-sayuran hasil kebun, ikan hasil pancingan, atau ayam hasil peliharaan di rumah. Ibu-ibu mengolahnya dengan lezat untuk dibawa para bapak ke masjid atau tempat pertemuan, membaca doa, berbagi atau bertukar makanan mensyukuri rezeki dan kesehatan yang diperoleh selama ini.

Ada makna penting yang terkandung dalam tradisi Nganggung baik spiritual maupun sosial. Makna spiritual Nganggung yaitu mengamalkan ajaran agama Islam untuk bersedekah, berbagi kebahagiaan dan rezeki dengan orang lain. Sedangkan makna sosial adalah menumbuhkan sikap gotong royong, saling membantu/peduli, menciptakan kebersamaan, dan keharmonisan bertetangga.