Mohon tunggu...
Antonia Rosita
Antonia Rosita Mohon Tunggu... Jurnalis - Youtube Specialist

semana mestinya sebagai makhluk hidup yang diciptakan dengan sempurna kita harus dapat selalu bersyukur menerima kenyataan sekalipun yang buruk

Selanjutnya

Tutup

Film

Melihat Psikoanalis pada Film SIN

16 November 2021   17:44 Diperbarui: 16 November 2021   18:59 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film merupakan salah satu media yang digunakan dalam menggambarkan kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Film juga merupakan bagian dari media komunikasi dan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan pola pikir masyarakat.

Film memiliki alur cerita yang sudah disusun oleh penulis skenarionya, untuk menghidupkan alur cerita yang sudah dibuat, diperlukannya tokoh yang dapat memerankan.

Tokoh yang dipilih untuk berperan dalam alur cerita tersebut harus dapat menjiwai peran yang didapatkannya. 

Hal ini disebabkan agar film yang akan disajikan tersebut dapat memenuhi kebutuhan imajinasi audiens.

Mengingat Alur Cerita Film SIN


Ingatkah kalian dengan film yang mengangkat kisah "Saat kekasihmu adalah kakakmu sendiri"?

Film SIN diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Herwin Novianto serta diproduksi oleh Falcon Pictures yang dirilis pada tanggal 10 Oktober 2019 menjadi salah satu film populer di Indonesia.

Kepopuleran film SIN ini karena adanya tokoh yang menjiwai alur cerita tersebut. 

Sumber : Tribun
Sumber : Tribun

Tokoh utama pada film tersebut yaitu Mawar Eva De Jongh yang memerankan sebagai Ametta Rinjani dan Bryan Domani sebagai Raga Angkasa.

Dalam film SIN tersebut, Mawar memerankan Metta sebagai perempuan banyak drama yaang dibenci oleh Raga.

Tidak hanya Raga saja yang membenci Metta, melainkan Metta juga membenci Raga. 

Keduanya saling membenci satu sama lain, namun rasa benci tersebut pupus karena munculnya benih-benih cinta antara mereka berdua.

Kemudian mereka akhirnya menjalani hubungan pacaran yang indah. Namun, hal itu hanya sebentar saja. 

Hal ini disebabkan karena keluarga Raga tidak menyetujui hubungan mereka. 

Meskipun awalnya Raga tetap ingin melanjutkan hubungan mereka berdua.

Namun, suatu ketika Raga tanpa sepengetahuan Metta tiba-tiba memutuskan hubungan secara sepihak dan menghilang meninggalkan Metta. 

Tidak lama, akhirnya Metta mengetahui juga alasan Raga meninggalkannya. Namun, setelah itu dirinya harus dihadapi pilihan yang begitu berat baginya.

Pilihan tersebut yaitu, mengalah akan nasib atau memperjuangkan cinta yang sudah tumbuh untuk Raga dengan konsekuensi harus menanggung dosa.

Setelah Metta memutuskan pilihan tersebut, tak lama dirinya mengalami kecelakan dan Raga mengetahui ternyata dirinya dengan Metta tidak lagi sedarah.

Teori Psikoanalisis

Teori ini berfungsi sebagai untuk mengetahui gambaran pikiran seseorang sebagai bagian dari kesadaran dan alam bawah sadar yang mana perasaan maupun pikiran yang datang dengan tiba-tiba (Ryan. M. 2012. h. 48).

Dalam psikoanalisis dijelaskan bahwa manusia berperilaku seperti hewan yang berarti keinginan manusia bertindak didorong oleh nafsu (Riswandi. 2013).

Terdapat konsep dalam teori ini yaitu, “adanya alam bawah sadar  yang mengendalikan sebagian besar perilaku manusia” (Riswandi. 2013).

Menengok Tingkat Kesadaran di SIN

Sumber : menyelami.co
Sumber : menyelami.co

ID (Prasadar)

Sumber : Cineverse
Sumber : Cineverse

ID merupakan bagian kepribadian manusia yang berupa dorongan-dorongan atau nafsu (Riswandi. 2013).

ID memiliki prinsip bahwa ia bekerja dengan kesenangan pribadi tanpa memikirkan nilai moral yang ada. 

ID memiliki sifat bahwa keinginan yang muncul pada dirinya harus segera terpenuhi dan jika keinginan sudah terpenuhi, seseorang akan mengalami kepuasan tersendiri.

Dalam film SIN, ID ini muncul di kedua tokoh, Raga dan Metta yang mana mereka masing-masing memiliki nafsu yang ingin dipenuhi.

Pada awal alur cerita film ini, terdapat nafsu Raga untuk membenci Metta dan begitu sebaliknya Metta yang ingin membuktikan bahwa Raga itu tidak ada sisi baiknya.

Untuk memenuhi nafsunya, pastinya mereka tidak memikirkan nilai moral yang harus dilakukan. Mereka hanya memikirkan nafsunya harus terpenuhi dengan cara apapun.

Berbagai cara yang Metta lakukan untuk melihat sisi buruk Raga, yang ada justru dirinya melihat sisi baik Raga dan muncullah benih-benih cinta.

Untuk memenuhi nafsunya yang ingin menjalin hubungan dengan Raga, Metta selalu melakukan segala sesuatu agar dirinya diperhatikan Raga.

Terdapat juga nafsu Raga untuk tetap menjalin hubungan dengan Metta, meski dirinya sudah mengetahui bahwa mereka berdua saudara kakak adik.

Super Ego

Sumber : Cinemags
Sumber : Cinemags

Super ego adalah kepribadian atau memori-memori yang terbentuk dari lingkungan sekitarnya (Riswandi. 2013).

Jika lingkungan disekitarnya positif, maka akan menciptakan super ego yang positif juga dan sebaliknya jika lingkungan yang tercipta itu buruk, maka akan menciptakan super ego yang negatif.

Metta merupakan seorang perempuan yang merindukan hangatnya kekeluargaan memiliki emosional yang tinggi hingga jika dirinya sedang menghadapi masalah dirinya selalu meluapkan emosinya.

Kemudian dirinya bertemu dengan Raga seorang laki-laki yang bijak, dapat memberikan ketenangan kepada Metta. Hingga jika Metta menghadapi suatu masalah, emosinya bisa dikontrol oleh Raga.

Superego juga tampak pada diri Raga ketika Raga memutuskan dan meninggalkan Metta. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan keluarga Raga yang tidak merestui hubungan mereka.

Ego

Sumber : Tribun
Sumber : Tribun

Ego bekerja untuk memikirkan itu baik atau tidak, benar atau salah. Kemudian memikirkan untuk memutuskan sebuah pilihan (Ryan. M. 2012)

Ego bekerja seperti mediasi, karena ego memikirkan apa yang telah dipilih benar atau tidak. Ego sangat sadar daripada ID dan super ego.

Ego yang tampak pada diri Metta ketika dirinya dihadapi dua pilihan dan memutuskan untuk mengalah akan nasib untuk menjadi adik Raga.

Keputusan tersebut dipilih melalui proses yang mana dirinya memikirkan apakah dirinya ingin mengalahkan nasib atau berbuat dosa.

Kemudian ketika dirinya sudah mengambil keputusan, dirinya memikirkan apakah keputusan yang telah diambil benar atau tidak..

Begitu juga dengan Raga, ketika dirinya mengetahui alasan keluarganya yang tidak merestui hubungannya dengan Metta.

Raga harus memikirkan apakah dirinya harus memutuskan Metta atau membantah keluarganya. Keputusan untuk meninggalkan Metta dipenuhi dengan banyak pertimbangan.

Di akhir alur cerita ketika Metta di rumah sakit, Raga mengetahui satu fakta bahwa ternyata Metta dengan dirinya tidak satu darah.

Kemudian Raga memutuskan untuk mengajak Metta menjalin hubungan kembali. 

Karena menurut dirinya tindakan menjalin hubungan dengan Metta tidak salah, karena mereka tidak satu darah.

Suatu keputusan yang diambil Raga dan Metta merupakan proses dari ID, SuperEgo, dan Ego. Keputusan yang tepat merupakan hasil dari proses ego, karena pada tingkat ego-lah mereka sadar akan keputusan yang diambil dan di dalam proses ego melewati pemikiran yang matang.

Daftar Pustaka :

Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ryan.M. (2012). An Introduction to Criticism: Literature/Film/Culture. UK: Willey Blackwell.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun