Mohon tunggu...
Rosita FebriyantiC
Rosita FebriyantiC Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello, i hope this is useful for u

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bangga Menjadi Perawat Laki-laki

18 Desember 2021   21:25 Diperbarui: 18 Desember 2021   21:33 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Abstrak

            Perawat masih merupakan profesi yang didominasi oleh perempuan. Peran keperawatan caring telah disamakan dengan atribut kepribadian yang feminim. Dengan demikian, mengakibatkan laki-laki dalam keperawatan dipandang sebagai salah tempat dan menjadi hambatan bagi laki-laki untuk menjadi perawat. Sekalipun demikian, saat ini gender bukanlah sebuah masalah untuk memilih sebuah profesi termasuk keperawatan. Semua memiliki peluang untuk menjadi perawat yang kompeten. Tidak harus perempuan yang menjadi perawat, dokter kandungan, atau bidan. Banyak faktor yang menjadi alasan laki-laki memilih profesi sebagai perawat. Selain faktor-faktor tersebut, laki-laki juga memiliki peluang dan prospek kerja yang bagus dalam disiplin ilmu profesi keperawatan. Mengetahui banyak kelebihan dan peluang laki-laki menjadi seorang perawat, laki-laki seharusnya berani dan bangga menjadi perawat di mata masyarakat.

Kata kunci: Pandangan masyarakat, perawat laki-laki, faktor dan kelebihan perawat laki-laki

Pendahuluan

            Taylor C. Lilis C. Lemone (1989) mendefinisikan perawat sebagai seseorang yang berperan dalam merawat dan membantu seseorang dengan melindunginya dari sakit, luka, dan proses penuaan. Profesi keperawatan masih menjadi profesi yang didominasi wanita dan sedikitnya persentase laki-laki memilih profesi sebagai perawat. Data menunjukkan bahwa perawat laki-laki hanya terbentuk 9,6% dari tenaga kerja keperawatan (Kronsberg, et al., 2018).  Ketidakseimbangan gender ini dapat menimbulkan masalah dalam tenaga kerja keperawatan. Padahal, beberapa penelitian menunjukkan keuntungan yang signifikan bagi pria dalam disiplin ilmu keperawatan, termasuk potensi untuk mencapai keterampilan teknis yang lebih tinggi di unit perawatan intensif dan ruang operasi, keputusan yang cepat, dan kekuatan fisik yang unggul dibandingkan dengan perawat wanita (Gedzyk et al., 2019; Saleh et al., 2019).

            Namun, seringkali peran keperawatan caring telah disamakan dengan atribut kepribadian yang feminisme dan perempuan lekat dengan jiwa sosialnya.. Dengan demikian, mengakibatkan laki-laki dalam keperawatan dipandang sebagai salah memilih profesi dan hal ini menjadi hambatan laki-laki untuk menjadi perawat. Perawat laki-laki dihadapkan dengan tantangan peran dan stereotip yang ditentukan oleh gender tradisional, baik dari dalam maupun luar profesi keperawatan.

Pembahasan

            Sebuah literatur yang ditinjau oleh Baljoon et al. (2018) menunjukkan bahwa beberapa faktor mempengaruhi pilihan profesi keperawatan. Beberapa faktor yang merupakan sumber motivasi untuk memilih profesi keperawatan adalah gaji, promosi, keterlibatan kerja, tunjangan keuangan, dan pengawasan. Tinjauan lain menurut Yi dan Keogh (2016) menunjukkan bahwa perawat laki-laki termotivasi karena mereka memiliki persepsi yang baik tentang profesi tersebut atau mungkin mereka tidak memiliki pilihan lain. Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa, keperawatan memberikan kepuasan dengan bekerja tanpa pamrih dan kesempatan bagi laki-laki untuk mengembangkan diri dalam profesinya. Oleh karena itu, keperawatan menjadi posisi ke-2 berdasarkan karier yang diminati oleh laki-laki (Ann & Dienemann, 2014).

            Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Achora (2016) di Uganda dengan menggunakan responden 11 perawat laki-laki, melaporkan bahwa perawat laki-laki sebagian besar lebih disukai daripada rekan sesama perempuan mereka karena mereka dipandang mudah didekati dan dapat dipercaya dalam berbagai kesempatan. Selain itu, menurut para peneliti, beberapa perawat laki-laki menggunakan mekanisme pertahanan saat merawat pasien wanita untuk membantu mengatasi ketakutan mereka. Misalnya, menggunakan lelucon selama melakukan prosedur, memberikan penjelasan rinci kepada pasien tentang prosedur, membatasi jumlah paparan bagian tubuh selama perawatan sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kecemasan dan ketakutan pasien, sabar, dan menghindari segala jenis salah tafsir.

Motivasi dan faktor laki-laki memilih profesi keperawatan

            Pertama adalah motivasi individu. Menurut penelitian, motivasi individu laki-laki memilih profesi keperawatan antara lain mengikuti jejak kerabat yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, menggunakan keperawatan sebagai batu loncatan, dan mengandalkan motivasi pribadi. Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa kerabat atau keluarga memiliki pengaruh terhadap keputusan mereka untuk menjadi perawat. Selain itu, motif pribadi mereka untuk menjadi bagian dari profesi, seperti memberikan perawatan di luar rumah sakit untuk orang-orang yang mengalami cedera dan itu juga merupakan sumber motivasi mereka. Kedua adalah pengaruh dari luar (eksternal). Responden mengatakan bahwa faktor ekstrinsik yang memotivasi mereka untuk memilih profesi keperawatan antara lain manfaat menjadi seorang perawat, gaji yang bagus, terdapat beberapa tunjangan yang diberikan untuk mendukung mereka selama di sekolah, dan seragam profesi perawat.

Selain motivasi tersebut, terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan laki-laki memiliki profesi sebagai perawat digambarkan melalui diagram dibawah ini.

Keuntungan laki-laki memilih sebagai profesi keperawatan

            Penelitian mengatakan bahwa laki-laki memiliki keuntungan yang cukup besar ketika memilih profesi sebagai perawat, termasuk upah yang berbeda (Budig, 2002). Hal ini, berkaitan dengan sifat maskulin laki-laki sehingga memiliki upah yang lebih tinggi (Snyder & Green, 2008). Selain itu, laki-laki mendapat manfaat lain di tempat kerja, seperti terlindung dari beberapa tuntutan emosional menyusui atau mengalami peningkatan kepuasan kerja saat mereka terlibat dalam kerja emosional (Cottingham et al., 2015). Studi lain juga mengatakan bahwa keuntungan perawat laki-laki dalam interaksi pasien dan rekan kerja ketika dianggap kompeten dan diberikan rasa hormat serta otoritas lebih mudah daripada rekan wanita (Cottingham, Johnson, & Erickson, 2018).

            Perawat laki-laki cenderung lebih dibutuhkan pihak rumah sakit daripada perawat perempuan. Hal ini dikarenakan perawat laki-laki cenderung lebih mampu menghadapi burnout. Dengan demikian, perawat laki-laki memiliki peluang lebih untuk bekerja di rumah sakit dibandingkan perawat perempuan. Selain itu, perawat laki-laki memiliki peluang kerja di luar negeri. Misalnya negara-negara Timur dan Barat. Laki-laki lulusan pendidikan keperawatan Indonesia dan menekuni disiplin ilmu keperawatan dapat membantu perkembangan profesi keperawatan. Melalui pengurus organisasi profesi, menjadi pendiri pendidikan Keperawatan, dan banyak yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Penutup

            Gender bukanlah sebuah masalah untuk memilih sebuah profesi termasuk keperawatan. Semua memiliki peluang untuk menjadi perawat yang kompeten. Apabila melihat negara lain, mereka sudah memiliki revolusi sosial mengenai gender. Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat mulai menyetarakan gender dalam sebuah profesi, baik profesi keperawatan maupun profesi lainnya. Tidak harus perempuan yang menjadi perawat, dokter, dokter gigi, atau apoteker. Selain itu, laki-laki juga memiliki peluang dan prospek kerja yang bagus dalam disiplin ilmu keperawatan. Oleh karena itu, diharapkan laki-laki berani dan bangga untuk menjadi perawat.

Referensi:

Achora, S. (2016). Conflicting image: Experience of male nurses in a Uganda's hospital. International Journal of Africa Nursing Sciences, 24-28.

Appiah, S., Appiah, E. O., & Lamptey, V. N. (2021). Experiences and Motivations of Male Nurses in a Tertiary Hospital in Ghana. SAGE Open Nursing Volume 7, 1-11.

Chen, Y., Zhang, Y., & Jin, R. (2020). Professional Identity of Male Nursing Students in 3-Year Colleges and Junior Male Nurses in China. American Journal of Men's Health, 1-10.

Cottingham, M. D. (2018). The missing and needed male nurse: Discursive hybridization in professional nursing texts. Amsterdam: WILEY.

Heriagus, A. (2021, November 30). Peluang Kerja Perawat Laki-laki di Rumah Sakit Lebih Terbuka Dibandingkan dengan Perawat Perempuan. Retrieved from 13 Kompasiana: https://www.kompasiana.com/alfinheriagus16/5ceb74f495760e1db662cfa2/peluang-kerja-perawat-laki-laki-di-rumah-sakit-lebih-terbuka-dibandingkan-dengan-perawat-perempuan?page=all#section2

Orin, F. (2021, November 30). Pria & perawat: Sebuah keseimbangan yang rapuh oleh konstruksi gender. Retrieved from Brilio: https://www.brilio.net/creator/pria-perawat-sebuah-keseimbangan-yang-rapuh-oleh-konstruksi-gender-5d4971.html

Wulandari, T. I. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI LAKI-LAKI BERPROFESI SEBAGAI PERAWAT (Studi Di Beberapa Puskesmas Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten). Yogyakarta: UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun