Mohon tunggu...
Ni Luh Rosita Dewi
Ni Luh Rosita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Political Analys - Youth Activis

Youth Empowerment

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Why Winners Always Quit?

1 Januari 2024   21:20 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:50 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ni Luh Rosita Dewi - Dokumen pribadi

Tahun 2023 jadi tahun yang cukup emosional bagi saya secara pribadi. Saya banyak merenung dan merefleksikan setiap perjalanan yang saya lalui.

Terkadang saya berfikir sejak saya menjadi siswa menengah pertama hingga hari ini saya banyak terlibat dalam pergolakan yang menguras emosi. Entah itu mengetuai organisasi atau turut membangun sesuatu yang berdampak.

Sejenak saya berpikir dan mencoba berkalkulasi apakah ini worth it untuk saya lakukan?

Sederhananya mungkin setiap orang harus mengambil napas sejenak termasuk untuk QUIT.

Ini benar-benar mengingatkan saya dengan TED X Zahid yang berjudul Winners Always Quit. Bagaimana kita mengambil keputusan keluar dari sesuatu, meski harus bertaruh harga yang sangat mahal didalamnya yang bahkan kita tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak pada akhirnya.

Proses ini mengingatkan saya pada seseorang yang berkata, bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun pertaruhan. Semua orang sedang bertarung habis-habis dengan keputusan dan targetnya masing-masing. Meski, harus berdarah darah sekalipun.

Memang pada akhirnya, ini semua tentang pilihan. Kita harus memilih meskipun kebingungan bisa saja menerpa dipertengahan jalan.

Tulisan ini, tidak sedang mengisyaratkan sebuah ulasan tentang penyesalan. Karena apapun itu menyesal tetap tidak menyelesaikan masalah, apalagi mengubah sesuatu yang telah terjadi. Ini adalah pembelajaran yang dipetik dari setiap momen berproses dari waktu ke waktu.

Dimana pengalaman memang benar-benar mendewasakan seseorang. Saya masih ingat betapa bersemangatnya saya saat memulai suatu hal yang baru, datang dengan semangat dan idealisme khas anak remaja.

Berfikir untuk dapat mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Mencoba berkreatifitas tanpa batas seperti quotes-quotes yang sering bertebaran di dunia maya ternyata tidak sekeren itu. Mampu mendominasi dibeberapa tempat membuat saya kerap mendapatkan sentimen awal yang cukup menyebalkan. Saya tidak pernah membalas, kebanyakan dari mereka akhirnya meminta maaf karena telah berprasangka buruk. Itu karena saya konsisten dengan value yang saja pijakkan dari awal hingga akhir perjalanan.

Saya banyak belajar dalam menghadapi tantangan dilapangan, bahwa tidak semua hal bisa diselesaikan hanya dengan modal percaya diri. Ada banyak part dimana saya banyak menahan diri.

Metahui, kian hari perjalanan ini menjadi kian sulit, selesai satu muncul lagi masalah dan tantangan baru. Begitu seterusnya, ini seperti chapter buku yang tidak menunjukkan ending.

Sulit untuk tidak terbawa perasaan, sulit untuk tidak merasa terluka, sulit untuk mengatakan bahwa saya tidak cukup sedih ketika sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena saya juga manusia biasa...

Terkadang saya harus mengalah dengan seseorang yang tidak memahami substansi, memilih mengalah agar tensi tidak menjadi semakin tinggi. Yang saya tahu, berdebat dengan orang bodoh benar-benar membantu melatih sabar saya menjadi semakin luas.

Meski sedikit kesal, ternyata itulah seninya menangani orang banyak. Begitulah perbedaan itu harus dijembatani, begitulah proses pemimpin itu dibentur, terbentur dan terbentuk.

Selalu menyakitkan, tapi tentu ada manisnya meski tak banyak haha..

Masuk di bagian akhir dari tulisan, jika merujuk pada pengalaman-pengalaman yang saya lalui. Ada sebuah kemiripan dari rasa sedih yang dialami. Ketika kita lelah, kita menjadi cukup rentan untuk merasa sedih, bahkan kata-kata bernada tinggi yang tidak sengaja dilontarkan pun dapat melukai perasaan kita.

Jadi, belajar menguatkan hati sebelum melangkah keperjalanan yang lebih jauh juga sama pentingnya. Kita harus menyadari bahwa, pelaut handal tidak datang dari ombak yang tenang. Menjaga hatimu tetap sehat, juga sangat amat membantumu menjadi semakin bijak dalam mengarungi setiap proses.

Begitu pula, semakin kamu berada di level atas, maka pekerjaanmu akan terlihat semakin sedikit. Seolah orang-orang sedang menutup mata akan tanggungjawab yang diemban menjadi semakin besar dari waktu ke waktu.

Setiap pemimpin harus menerima dan menikmati suka dukanya.
Meski kita harus berhenti sejenak untuk merenungi apakah perjalanan ini sudah benar-benar berada di treck yang benar. 

And it's okey to be quit...

Selamat berproses di tahun baru ini!
Salam hangat dari saya Rosita Dewi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun