Mohon tunggu...
Ni Luh Rosita Dewi
Ni Luh Rosita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Youth Activis | Self Development

Upgrading and Empowering Youth

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Badai Tuan Telah Berlalu, Ini aku dan Cerita 20an

14 Juli 2023   14:36 Diperbarui: 14 Juli 2023   14:54 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Badai Tuan telah berlalu" merupakan penggalan kalimat lirik pertama dari lagu karya Banda Neira yang berjudul Sampai Jadi Debu.

Kalimat itu aku kutip bukan untuk menceritakan romansa seperti pesan lagu itu. Tapi lebih kepada proses bertumbuh di usia 20an yang tidak bisa kita kerjakan sendirian.

Umur 20th bukanlah masa-masa yang mudah. Tapi meskipun begitu aku sepakat, diusia ini juga adalah fase bahagia dan kebebasan dalam mengeksplorasi diri dapat benar-benar dilakukan dengan maksimal. Alasannya sederhana, karena diusia 20an kita masih punya banyak tenaga, semangat dan juga idealisme yang kuat untuk melakukan hal-hal yang kita sukai. Kita juga belum terikat sesuatu yang menuntut kebutuhan tinggi selain diri sendiri.

Balik lagi, seperti yang aku bilang. Ternyata masa-masa 20an bukanlah hal mudah. Meski segala sesuatu bisa didapat dengan mudah di era ini, itu juga tidak menjamin kita bisa lepas landas dan mendarat dengan mulus mencapai tujuan. Ada kalanya kita harus tersandung dan akhirnya kehilangan keseimbangan lalu jatuh.

Unik yahh! kalau bisa aku bilang usia 20an mungkin adalah usia babak belurnya anak muda. Emosi kita yang belum stabil, karir yang masih musti diupgread di setiap kesempatan, dan percintaan yang masih di proses tuhan. Ahhh, initinya kacau-kacaunya anak muda ada di usia 20an ini. Belum lagi yang sering insecure sama diri sendiri, masa-masa ini akan menjadi masa terburuk karena kita akan sering berlomba membandingkan perkembangan kita dengan teman sejawat.

Padahal hidup bukan perlombaan. Bahkan jika perlombaan itu ada, harusnya kita hanya berlomba dengan diri sendiri. Jadi semakin baik dari waktu ke waktu.  

Aku sempat bertanya pada salah satu guru spritualitas agamaku, pertanyaanku sederhana:

"Pak kenapa manusia bisa merasa hampa atas pencapaiannya? bukankah aneh anak muda merasa ada yang kosong dalam dirinya meski dia mencapai banyak hal dalam usia muda?"

Kemudian beliau bercerita panjang lebar tentang realitas kita sebagai manusia,

"nak apakah kamu pernah mengamati orang naik gunung?" seru dia padaku
"ya pak pernah" jawabku, "lalu apa yang kamu simpulkan setelah mengamatinya?" timpalnya.

"nak, percayalah untuk mencapai puncak tertinggi bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang tidak berhasil sampai sana, sebagian dari mereka berhenti ditengah jalan karena tidak kuat, realitas lainnya saat berada dipuncak kamu mungkin akan sangat kesepian karena berada disana sendirian"

Begitu pula fase pendewasaan, diusia muda mengejar karir dan pengetahuan adalah hal yang sangat penting. Tapi terdapat banyak resiko yang juga harus kamu pahami. Bahwa kamu juga harus siap berjalan sendirian, itulah mengapa penting bagi kita punya seseorang yang bisa kita ajak berbagi. Kamu perlu bertemu dengan kawan atau pasangan yang sefrekuensi agar bisa melangkah bersama-sama.

Aku juga ingat beliau mengatakan bahwa tuhan tidak akan mengabulkan doa kita saat kita meminta, tapi saat kita mengerjakannya.

See? Meski aku selalu percaya bahwa segala sesuatu bisa aku kerjakan dengan mandiri, tapi nyatanya untuk pertanyaan sulit tentang realitas di usia 20an tidak bisa aku temukan sendirian.

Kita perlu some on to talk, sekedar untuk mendapat masukan atau didengar keluh kesahnya. Kadang ragu-ragu yang muncul juga bukan karena kita tidak tau kekurangan dan solusi dari masalah yang kita lalui. Tapi adakalanya kita hanya butuh penguat dari peendapat atau prinsip yang kita yakini.

Kalau kamu hari ini sedang ada dimasa-masa sulitmu, aku ingin berkata bahwa tidak apa-apa nikmatilah fase naik kelasmu. Semua generasi juga mengalaminya, kamu tidak berjalan sendirian.

Bukankah perjalanan mencari jati diri adalah perjalanan sepanjang hayat?

Aku ingin kamu mengerti bahwa "Badai pasti akan berlalu" kamu tidak akan selamanya sedih, begitupula kamu juga tidak akan selamanya bahagia. Kesimpulan pentingnya adalah, mari kita anggap masa-masa 20an adalah masa yang paling warna warni. Cerita 20an adalah kisah-kisah hidup terbaik untuk diceritakan.

Meski kamu sempat bersedih dalam waktu yang lama, atau meskipun kamu sempat gagal tidak masalah. Yang paling penting adlah kamu tidak berlarut dalam perasaan itu terlalu lama. Satu-satunya cara untuk merubah kondisimu adalah mengambil aksi. Meski itu adalah aksi kecil tapi setidaknya kamu bergerak.

Begitulah realitas hidup, meski para manusianya bersedih sekalipun. Sadar atau tidak dunia tetapi berjalan, hari demi hari terus berganti. Keadaan dunia ini netral, hanya saja manusianya sering merasa bahwa ketidak adilan yang terjadi pada dirinya disebebkan oleh takdir yang diberikan. Padahal bisa saja kita terlalu mendramatisir semua perasaan sedih dan terluka yang kita miliki.

Tetaplah bertahan, jangan mudah menyerah. Bukankah dunia ini sangat luas, butuh banyak waktu untuk menikmati keindahannya. Aku tidak ingin kamu melewatinya dengan waktu-waktu sedih, saat dunia menyajikan banyak kebahagia yang perlu kita dekati.

Cerita 20an ini akan selalu menjadi jejak bahwa aku pernah tidak baik-baik saja, tapi aku berhasil berjuang keluar dari sana karena siapapun itu kita berhak untuk semua hal-hal baik didunia, meski harus banyak berjuang. 


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun