MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DALAM KEGIATAN PUZZLE
Rosita Laraswati, S.Pd, TK AL FATHIMIYAH , Kota Batu – Jawa Timur
Pendidikan anak usia dini sangatlah penting untuk membentuk pribadi manusia secara utuh. Anak adalah pribadi yang sensitif, unik, dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai tahap usianya. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini berkembang begitu pesat karena dijuluki masa golden age, yaitu usia keemasan.Â
Aspek yang harus dikembangkan dalam diri anak salah satunya adalah aspek kognitif. Kognitif merupakan pondasi bagi kemampuan anak untuk berfikir, berkreatifitas, dan berkarya. Dalam kaitannya, perkembangan kognitif yang harus dirangsang sejak dini salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah anak.
Kemampuan pemecahan masalah anak juga dapat diajarkan pada waktu anak bermain puzzle. Puzzle adalah permainan edukatif yang berbentuk kepingan gambar yang nantinya akan disusun anak menjadi bentuk utuh menggunakan pikirannya.Â
Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan daya ingatan siswa (Hidayati, 2018: 65). Permainan puzzle ini memiliki banyak manfaat karena anak mengasah otak untuk mencari, menemukan, menyusun strategi, mencocokkan bentuk untuk melatih kesabaran dan memecahkan masalah sederhana yaitu menyelesaikan kepingan puzzle secara mandiri dan benar (Oktavianto, 2018: 3)
Marunung dan Simanjuntak (2019: 6) menyimpulkan melalui permainan puzzle anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan proses pembelajaran menjadi sangat terbantu. Lambang visual atau gambar yang terdapat dalam puzzle tersebut mampu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di dalamnya (Nurfaridah, 2019: 20).Â
Permainan dapat dapat membuat anak tertarik karena terdapat beberapa gambar yang bisa dicerna melalui indra penglihatan. Permainan puzzle dapat dilakukan anak sendiri tanpa bantuan orang dewasa, namun anak dibawah motivasi guru atau orang dewasa. Dengan demikian, puzzle merupakan media yang menunjang kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
Hasil pengamatan awal di TK AL FATHIMIYAH PENDEM KOTA BATU pada anak usia 5-6 tahun peneliti memperoleh informasi terdapat berbagai macam sikap anak dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Ada anak yang merasa bahwa ia tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi hingga tuntas dan tidak berani untuk mencoba karena anak merasa kurang percaya diri, ada juga anak yang sudah mencoba namun saat menemui kesulitan ia menghindar dengan meminta orang dewasa untuk menyelesaikannya atau bahkan menangis.Â
Berdasarkan hasil observasi tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa penggunaan puzzle dalam kemampuan pemecahan masalah pada anak dengan penelitian mengenai penggunaan puzzle dalam kemampuan pemecahan masalah anak. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 5-6 di TK AL FATHIMIYAH PENDEM KOTA BATU.
Hasil penelitian dari penggunaan puzzle dalam kemampuan pemecahan masalah anak usia 5-6 di TK AL FATHIMIYAH PENDEM KOTA BATU peneliti menemukan bahwa adanya peningkatkan kemampuan pemecahan masalah anak usia 5-6 tahun. Â Pada kegiatan bermain Puzzle, pertama kali anak-anak di kenalkan media 3 Dimensi Puzzle Gambar Donat dan kemudian guru menunjukkan dan menjelaskan kepada anak bagaimana cara menyusunnya.
Dengan kegiatan ini, guru dapat melihat dan menilai kemampuan kognitif anak dalam memecahkan masalah sendiri dan permainan Puzzle Bergambar ini dapat dilakukan secara berulang dan terus menerus dilakukan secara bergantian dan terus menerus pada hari selanjutnya untuk melatih anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi anak.
Anak sangat antusias dalam permainan puzzle meskipun kadang mengalami keraguan dan kesulitan. Dengan hal tersebut anak mampu belajar menganalisa masalah dan memikirkan lebih mendalam cara penyelesaian yang tepat. Sebagaimana Syaodih, dkk (2018:30) menjelaskan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah kepada anak usia dini ini mempu membangun pemikiran anak menjadi lebih analitis, logis, kritis, dan sistematis dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya.
Anak berlatih juga berfikir sendiri untuk menentukan cara pemecahan masalah hingga puzzle tersebut tersusun utuh seperti sedia kala. Sebagaimana pernyataan dari John Dewey (dalam Utami dkk, 2017: 176) yang mengenalkan pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) adalah memberikan latihan kepada anak untuk berfikir.
Permainan puzzle dilakukan anak memberikan kesan belajar yang berbeda dan menyenangkan. Guru pada awalnya menjelaskan gambar puzzle utuh sebelum dibongkar. Anak diajak memahami setiap lekukan potongan yang terdapat dalam puzzle dan urutan-urutan yang harus dilakukan agar semkin mudah dalam menyelesaikannya.
Hal ini dilakukan guru sejalan dengan pernyataan Mayer (dalam Musriandi 2017: 154) pemecahan masalah sebagai suatu proses banyak langkah dengan si pemecah masalah harus menemukan hubungan antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang dihadapinya dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini anak menghubungkan memori puzzle sebelum dibongkar dan saat terpotong potong menjadi beberapa bagian.
Tugas guru adalah mengingatkan sedikit pengetahuan yang didapat anak sebelumnya tanpa membantu lebih dalam lagi agar tujuan anak dapat berfikir ktritis dapat tercapai. Dampak sangat terlihat ketika anak anak sebelum bermain puzzle dan setelah melakukan permainan puzzle.Â
Belajar tidak hanya dilakukan dengan pensil dan buku, namun dapat dilakukan dalam bermain puzzle yang menyenangkan contoh salah satunya. Hal ini dapat dilihat adanya perkembangan kemampuan pemecahan masalah anak dari sebelum dan setelah bermain puzzle.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H