Mohon tunggu...
Rosita Sukadana
Rosita Sukadana Mohon Tunggu... Relawan - Penulis, Editor Audio dan Video

Menjadi berguna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akhir Hidup Bermartabat

17 Agustus 2023   22:33 Diperbarui: 17 Agustus 2023   22:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Hampir sepuluh menit saya, Brigitta, dan Theresia mengetuk pintu rumah Mak Lo. Kami memanggil-manggil namanya. Namun, tidak terdengar suara apapun dari dalam bangunan berdinding kayu yang berada di dalam gang sempit dekat Pasar Pecindilan Surabaya.

Jendelanya masih tertutup rapat sehingga kami tidak dapat melongok. Suasananya sepi. Keadaan yang tidak seperti biasa saat kami berkunjung sebelumnya. Tentu saja situasi ini menimbulkan rasa kuatir. 

Cepat-cepat kami ke rumah RT untuk mengambil kunci cadangan yang memang dititipkan padanya. Mak Lo sangat beruntung tinggal di daerah ini karena Pak RT nya sangat perhatian pada warga lansia yang tinggal sendirian.

Kami masuk ke rumah Mak Lo bersama pak RT. Setelah melewati ruang tamu kami menyaksikan sebuah pemandangan yang mengejutkan. Mak Lo terlentang di ruang makan dengan darah berceceran di sekelilingnya.

Matanya terbelalak. Mulutnya bergerak-gerak berusaha untuk mengeluarkan suara, tetapi tidak berhasil. Kemungkinan karena dampak keterkejutan dari apa yang dialaminya. Kami berempat segera menggotong Mak Lo ke kamarnya.

Saya bersama Theresia membasuh tubuh kurusnya yang berlepotan darah. Kami menemukan luka menganga di kepala yang cukup lebar dan pada punggung Mak Lo juga ada beberapa goresan. Pada saat yang sama, Brigitta memanggil ambulance dengan menelepon ke Dinas Sosial Kota Surabaya. Sedangkan Pak RT pulang untuk mengambil teh hangat dan bubur.

Sambil menunggu ambulance datang kami mencoba berkomunikasi dengan Mak Lo. Usaha yang tidak sia-sia. Mak Lo menceritakan bahwa semalam dia tidak tidur karena melihat banyak orang di sekitar rumahnya.

Orang-orang itu memaksa masuk sehingga Mak Lo jatuh. Kepalanya membentur lantai. Mak Lo mengalami halusinasi. Kami berhasil menenangkannya. Bahkan, ketika ambulance tiba, Mak Lo sudah ceria kembali dan menolak dibawa ke rumah sakit.

Petugas medis memahaminya dan menghargai permintaan Mak Lo. Mereka mengobati luka di punggung Mak Lo dan membebat kepalanya dengan perban untuk menutup luka. Sejak kejadian itu, kami sepakat dengan pak RT untuk menjenguk Mak Lo setiap dua hari sekali secara bergantian. 

Mak Lo adalah salah satu dari para senior yang kami kunjungi secara rutin. Sejak suaminya meninggal, dia hidup sendirian. Kerabat yang satu generasi dengannya sudah meninggal semua.

Relasinya dengan generasi penerus terputus. Kelangsungan hidupnya bergantung pada bantuan gereja dan makanan gratis bagi Lansia yang disediakan oleh Pemkot Surabaya. Donasi tersebut berjalan hingga akhir hayatnya.

Senior lain yang kami kunjungi secara rutin adalah Eyang Sundari. Eyang ini tinggal dengan keluarganya yang sangat perhatian. Penampilannya rapi dan bersih. Meskipun, mengalami dimensia, dia tetap beraktivitas sesuai dengan arahan keluarganya.

Sumber: koleksi pribadi
Sumber: koleksi pribadi

Kondisi fungsional organ dan sistemnya sudah menurun. Tetapi, masih mau melakukan beberapa kegiatan secara mandiri, seperti: makan, minum obat, dan berjemur. Tentunya dengan pengawasan dari keluarga.

Eyang Sundari sering tertawa lepas saat kami menggodanya. Kebahagiaan terpancar dari matanya. Lalu, menyebar merasuk ke dalam hati kami. Semua insan akan sampai pada periode menjadi tua. 

Kemajuan tehnologi dapat menghambat proses penuaan. Tetapi tidak dapat menghilangkan fase tersebut. Tidak ada satupun manusia yang dapat membuang tahapan menjadi tua.

Menurut BPS, pada pertengahan 2022 penduduk Indonesia yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 29,2 juta. Sekitar 10,6% dari total masyarakat Indonesia. Sedangkan warga yang dikategorikan dewasa lebih dari 50%. 

Saya membayangkan, bila setengah saja dari orang dewasa yang ada di Indonesia bersedia memberikan sedikit waktu dan tenaga bagi senior secara rutin. Artinya, akan ada 2 dewasa yang memberi perhatian pada 1 senior.

Perhatian adalah hal utama yang sangat diperlukan oleh lansia. Betapa sukacitanya para sepuh ini mendapat atensi. Terlebih, perhatian yang menyertainya dalam menghadapi akhir kehidupan. Menutup cerita hidupnya yang bermartabat; Good Death.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun