Relasinya dengan generasi penerus terputus. Kelangsungan hidupnya bergantung pada bantuan gereja dan makanan gratis bagi Lansia yang disediakan oleh Pemkot Surabaya. Donasi tersebut berjalan hingga akhir hayatnya.
Senior lain yang kami kunjungi secara rutin adalah Eyang Sundari. Eyang ini tinggal dengan keluarganya yang sangat perhatian. Penampilannya rapi dan bersih. Meskipun, mengalami dimensia, dia tetap beraktivitas sesuai dengan arahan keluarganya.
Kondisi fungsional organ dan sistemnya sudah menurun. Tetapi, masih mau melakukan beberapa kegiatan secara mandiri, seperti: makan, minum obat, dan berjemur. Tentunya dengan pengawasan dari keluarga.
Eyang Sundari sering tertawa lepas saat kami menggodanya. Kebahagiaan terpancar dari matanya. Lalu, menyebar merasuk ke dalam hati kami. Semua insan akan sampai pada periode menjadi tua.Â
Kemajuan tehnologi dapat menghambat proses penuaan. Tetapi tidak dapat menghilangkan fase tersebut. Tidak ada satupun manusia yang dapat membuang tahapan menjadi tua.
Menurut BPS, pada pertengahan 2022 penduduk Indonesia yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 29,2 juta. Sekitar 10,6% dari total masyarakat Indonesia. Sedangkan warga yang dikategorikan dewasa lebih dari 50%.Â
Saya membayangkan, bila setengah saja dari orang dewasa yang ada di Indonesia bersedia memberikan sedikit waktu dan tenaga bagi senior secara rutin. Artinya, akan ada 2 dewasa yang memberi perhatian pada 1 senior.
Perhatian adalah hal utama yang sangat diperlukan oleh lansia. Betapa sukacitanya para sepuh ini mendapat atensi. Terlebih, perhatian yang menyertainya dalam menghadapi akhir kehidupan. Menutup cerita hidupnya yang bermartabat; Good Death.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H