Pola pengasuhan dalam keluarga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga. Perlu diingat pula, bahwa 1000 hari pertama bagi anak adalah periode emas yang harus dioptimalkan.Â
Jika pola asuh yang diterapkan oleh orang tua itu baik, maka perkembangan anak pun akan baik pula, begitu pun sebaliknya. Lagi-lagi, sejatinya anak itu lahir dengan membawa harkat dan martabatnya sebagai manusia seutuhnya, serta dikaruniai akal dan hati murni untuk hidup bermasyarakat.Â
Ketidaksesuaian perilaku anak dengan norma sosial dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, salah satunya oleh pola asuh yang orang tua terapkan.
Anak dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial disebut dengan anak anti sosial. Definisi anti sosial menurut Purwati dkk. (2023) adalah perilaku yang menyimpang aturan norma yang berlaku di lingkungan sekitar.Â
Bentuk-bentuk perilaku anti sosial, diantaranya pemalu, agresif, serta manja (Rambe & Nasriah, 2021). Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku anti sosial pada anak, salah satunya adalah faktor lingkungan keluarga. Lagi-lagi menyangkut pola asuh yang diterapkan orang tua.
Berdasarkan teori, terdapat beberapa macam bentuk pola asuh menurut Baumrind (dalam Fitriyani, 2015), yaitu pola asuh Authoritative (Otoritatif), Permissive-Indulgent (Permisif), Authoritarian (Otoriter), dan Neglectful (Tidak Terlibat).Â
Dari keempat bentuk pola asuh tersebut, yang paling ideal adalah pola asuh Authoritative (Otoritatif) yang didefinisikan sebagai  pola pengasuhan yang bersifat tinggi tuntutan (demandingness) dan tanggapan (responsiveness).Â
Pada pola asuh ini, orang tua memberi kesempatan pada anak untuk berkembang otonomi dan mampu mengarahkan diri, tapi anak tetap harus memiliki tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.Â
Dengan menerapkan pola asuh ini, kecenderungan anak berperilaku anti sosial itu cukup rendah. Hal ini dikarenakan orang tua bersikap hangat, tapi tegas. Sehingga, kebutuhan-kebutuhan anak dapat terstimulasi dengan baik dan sudah dibekali kedisiplinan, sehingga anak mengetahui konsekuensi atas segala perilakunya.Â
Anak akan berpikir secara rasional sebelum melakukan kesalahan dan ini merupakan buah dari didikan orang tua yang menjelaskan kedisiplinan dengan baik dan benar.Â
Sementara itu, pola asuh Permissive-Indulgent (Permisif) merupakan pola pengasuhan dengan orang tua yang rendah pada tuntutan, tapi tinggi terhadap tanggapan. Dalam pola asuh ini, orang tua cenderung terlalu memanjakan anak serta membebaskannya untuk melakukan apapun tanpa batasan. Sikap orang tua yang terlalu terlibat pada anak pun kurang baik bagi perkembangan perilakunya.Â