Hari ini, 21 April 2018 hampir di seluruh penjuru tanah air tencinta diperingati Hari Karini. Hari yang menjadikan sejarah perjuangan parempuan Indonesia untuk memeroleh haknya sehingga emansipasi perempuan mendapatkan tempatnya secara proporsional.Â
Diharapkan ke depannya tidak ada lagi diskriminasi antara laki-laki dan perempuan sehingga keduanya memiliki kedudukan yang sejajar dalam ikut serta mengisi pembangunan bangsa dan negara ini.
Walaupun hingga sekarang masih sering dan terus diwacanakan, namun demikian bukan berarti bahwa penyebaran wacana tersebut hanya dimaknai dengan diselenggarakannya acara-acara Kartini-an sebatas seremonial, dengan penampilan dandanan perempuan dengan pakaian khas daerah atau bentuk artefak lainnya.
Lebih dari itu, disamping rutinitas seremoni tersebut tentunya ada makna yang patut di-implementasikan sekaligus merupakan refleksi di era kekinian supaya perjuangan para perempuan semakin teraktualisasikan sesuai dengan perkembangan zamannya. Dan inipun sesungguhnya perlu mendapatkan perhatian serta dukungan dari semua pihak agar emansipasi perempuan semakin terwujud dalam kegiatan nyata sehari-hari.
Emansipasi dalam konteks ini merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di dalam masyarakat dalam keikutsertaan membangun bangsa dan negara, akses yang sama terhadap pelayanan serta memiliki status sosial dan ekonomi simbang yang semuanya nanti akan bermuara pada terciptanya kesetaraan dan keadilan gender.
Dalam kaitannya dengan era kekinian yang ditandai globalisasi dan hadirnya teknologi informasi pastinya ada 2 (dua) agenda penting yang perlu mendapat perhatian bersama agar bisa melibatkan serta memberdayakan perempuan di dalamnya.
Pertama, peran perempuan dalam keikutsertaan bekerja bidang teknologi informasi perlu secara terus menerus ditingkatkan. Ini penting mengingat perkembangan teknologi informasi menuntut para pekerja untuk menciptakan, menerapkan dan memanfaatkannya secara optimal.
Kedua, perlunya pemerataan melek teknologi informasi bagi perempuan hingga pelosok pedesaan. Ini juga penting supaya pemanfaatan teknologi informasi yang sudah mulai mendominasi segala aktivitas di era sekarang akan banyak menunjang kegiatan perempuan di segala bidang.
Keikutsertaan perempuan bekerja dalam bidang memang harus diakui selama ini sudah mulai nampak, namun demikian dilihat dari posisinya masih terbatas dalam urusan administratif, misalnya dalam penanganan surat elektronik, entry data, atau operator komputer.
Sedangkan jumlah perempuan yang menduduki posisi tenaga ahli dan profesional seperti project coordinator, software architect, dan konsultan enterprise resourceplanning (ERP), termasuk dalam hal kedudukannya sebagai pengambilan keputusan dalam industri teknologi informasi masih perlu ditingkatkan.
Beberapa program yang sudah berjalan seperti: program Woman Techmaker (dari Google) yang bertujuan untuk menarik lebih banyak perempuan terjun di bidang industri teknologi informasi. Demikian halnya program TechFemme (dari Microsoft), dan dari Indonesia sendiri ada program FemaleDev yang diinisiasi oleh Kibar.