Sosialisasi atau mengkomunikasikan Sapta Pesona secara berkelanjutan terutama yang dilakukan Dinas Pariwisata Yogyakarta beserta mitra kerjanya. Sosialisasi terhadap calon pengunjung obyek wisata bisa dilakukan melalui cara proaktif misalnya mendatangi tempat-tempat atau kota di luar Yogyakarta -- yang sebagaian besar masyarakatnya sering berwisata ke wilayah provinsi DIY. Forum-forum dialog layak diciptakan dengan sasaran kelompok sosial, lembaga, tokoh masyarakat formal/nonformal ataupun  lembaga pendidikan/sekolah yang setiap kali liburan melakukan kunjungan wisata ke Yogyakarta.
Menjelaskan tentang obyek-obyek wisata di Yogyakarta khususnya mengenai obyek wisata pantai selatan secara komprehensif dengan keunikannya masing-masing akan memberikan gambaran yang utuh dan lengkap tentang situasi maupun kondisi nyata sehingga bilamana nanti hendak melakukan kunjungan wisata ke Yogyakarta sudah dibekali informasi berupa wawasan yang cukup memadai.
Sosialisasi dalam konteks ini memang secara langsung atau tidak, terkesan sebagai langkah pengenalan atau pembekalan, bisa juga disebut sebagai promosi wisata dengan harapan dapat meningkatkan kunjungan wisatawa ke Yogyakarta. Akan tetapi bukan tidak mungkin bahwa pantai selatan di wilayah Yogyakarta juga mengandung ancaman bagi pengunjung. Ancaman ini pantas diutarakan pula dalam sosialisasi dengan harapan untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi hal yang sama di kemudian hari.
Di bulan Mei 2017 ini tercatat beberapa kecelakan laut (laka laut) yang membawa korban jiwa. Diantaranya terpetik berita bahwa: Â di wilayah Pantai Sedahan Jepitu Girisubo Gunungkidul Sabtu (13/5/2017), seorang bernama Irfan Aprilyansah (19 tahun) mahasiswa berasal dari Lubuk Linggau Sumatra Selatan berfoto-foto di pinggir pantai, nahas tergulung ombak, korban ditemukan sudah tidak bernyawa oleh petugas SAR.
Sabtu sore (13/5/2017) tiga pelajar berasal dari Bekasi Jawa Barat berkunjung di Pantai Parangtritis bermandi di laut dan terseret arus ombak, ketiga korban bernama Muh Reinaldi (15 tahun), Muh Maulana (15 tahun) dan Aldi Sadili (15 tahun). Beruntung Tim SAR Polair Parangtritis yang sedang berjaga berhasil mengevakuasi ketiga korban dan selanjutnya dirujuk ke RS Penambahan Senopati Bantul untuk mendapat perawatan.
Di hari yang sama terjadi kecelakaan laut di Pantai Drini Tanjungsari Gunungkidul, Korban Samsudin (16 tahun) dan Irfan Bumnastian (13 tahun). Kedua korban merupakan rombongan wisata dari Pondok Pesantren Tasikmalaya bermain air di alur kapal, disaat terjadi ombak besar dan kedua korban terseret. Samsudin belum ditemukan, namun Irfan Bumnastian selamat. Irfan yang sempat mengalami pingsan kemudian mendapat perawatan di RSUD Wonosari
Sepintas cuplikan berita tersebut menandakan bahwa di lokasi wisata pantai selatan Yogyakarta bukan hanya keindahan, keunikan dan eksotisme serta panorama alamnya  yang perlu diketahui dan dipahami pengunjung. Ancaman yang bisa merenggut nyawa manusia yaitu kecelakaan laut -- menjadi penting disertakan dalam sosialisasi. Ini mengingat karakteristik pantai laut selatan di Yogyakarta yang arus ombaknya cukup besar, adanya tebing-tebing pantai yang curam, setiap saat bisa menyebabkan korban jiwa. Antisipasi lebih jauh sangatlah diperlukan demi keamanan dan kenyamanan pengunjung wisata.
Mengenalkan dan mempromosikan obyek wisata kepada khalayak luas nampaknya tidak hanya mengemukakan hal-hal yang manis belaka. Justru yang pahitpun menjadi layak disertakan, seperti risiko dan ancaman yang bisa terjadi di lokasi wisata pantai selatan Yogyakarta. Langkah ini bukan sebagai upaya menakut-nakuti, namun lebih pada tujuan untuk mengurangi kecelakaan laut yang seringkali membawa korban nyawa sekaligus dapat meningkatkan citra kepariwisataan di Yogyakarta. (Fransiska Rosilawati).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H