Mohon tunggu...
Fransiska Rosilawati
Fransiska Rosilawati Mohon Tunggu... -

Pekerja Pranata Humas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berwisata di Yogyakarta dan Memetik Nilai-nilai Kearifan Lokal

18 Juni 2017   00:20 Diperbarui: 18 Juni 2017   00:29 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim liburan atau bertepatan dengan libur bersama pada hari-hari besar nasional di negeri ini masih sering ditemui. Biasanya si saat-saat lebaran (Hari Raya Idul Fitri), natal dan tahun baruan, atau hari besar lainnya yang sekaligus menjadikan sebagai pilihan long weekend.

Bagi mereka yang tidak mengadakan kegiatan atau kumpul bersama di rumah, pilihan untuk penyegaran otak (refreshing) bisa melakukan wisata ke lokasi-lokasi menarik sekaligus "mencari suasana baru" untuk melepas kepenatan/kejenuhan kerja rutin yang seringkali banyak menguras tenaga dan pikiran.

Perlu diketahui bahwa secara nasional, Provinsi DIY menduduki peringkat kedua sebagai destinasi wisata setelah Bali. Beberapa faktor yang menjadi kekuatan kepariwisataan di DIY berkait dengan keberagaman obyek wisata baik dilihat dari fisik maupun nonfisik, kesiapan sarana dan prasarana. Hal demikian juga ditunjang oleh sumberdaya manusia yang cukup proporsional untuk menangani atau menggarap pengembangannya.

Jika pembaca yang budiman berniat untuk mengunjungi Yogyakarta dan sekitarnya tentunya banyak pilihan yang bisa dijadikan sebagai tujuan wisata. Secara garis besarnya ada beberapa obyek wisata yang dapat dikategorikan sebagai berikut: Obyek Wisata Alam (obyek wisata pantai, pegunungan, dan goa). Obyek Wisata Sejarah (peninggalan sejarah kerajaan, petilasan, pemakaman, candi, dan lain sebagainya). Obyek Wisata Budaya (obyek budaya publik, baik yang berujud kesenian maupun adat istiadat, seperti Sendratari Ramayana, Wayang Kulit, Wayang Golek, Sekaten, Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, Grebeg Besar, dan Labuhan. Berbagai obyek wisata tersebut tersebar di wilayah DIY dan sekitarnya bahkan ada yang masih dalam rintisan dan pengembangannya.

Sekilas mengenai rincian obyek wisata yang bisa dikunjungi antara lain di Kabupaten Bantul ada Makam Raja-raja di Imogiri, Goa Selarong, Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Parang Wedang, Pantai Samas, Pantai Cemara, Pantai Kwaru, Pantai Pandansimo. Di Kabupaten Kulonprogo ada Goa Kiskendo, Pengunungan Menoreh/Samigaluh dilengkapi Kebun Teh, Gunung Gajah, Kalibiru, Pantai Glagah, Pantai Congot dan Hutan Mangrove.

Di kabupaten Gunungkidul ada Goa Girijati, Goa Langse, Goa Grengseng, Goa Ngluaran, Goa Parang Kencono, Goa Pindul, Srigethuk, Pemandangan Ereng-ereng, Gunung Batur, Gunung Gambar, Lokasi Olahraga Layang Gantung (bukit Kecamatan Pathuk dan Kecamatan Panggang); Hutan pendidikan Wabagama, Hutan Bunder, Pantai Langkap, Pantai Butuh, pantai Baron, Pantai Slili, Pantai Krakal, Pantai Sungap, Pantai Indrayanti, Pok Tunggal, Pantai Wediombo, Pantai Sadeng, Pantai Ngongap dan obyek wisata rintisan lainnya. Di Gunungkidul juga ada Situs Sokoliman, Situs Mangunan, Situs Beji, Situs Ngluweng, Candirejo, Candi Risan

Sedangkan di Kabupaten Sleman obyek wisata seputaran Lereng Merapi masih menjadi tujuan wisata seperti Kaliurang dan kawasan sekitar, obyek wisata Candi Prambanan serta candi-candi di sekitarnya terkait sejarah serta museum. Seperti Candi Gebang, Candi Sambisari, Candi Banyunibo, Petilasan Ratu Boko, Candisari Sokogedhug, Candi Ijo, Candi Prambanan, Candi Kalasan.

Untuk obyek wisata di Kota Yogyakarta ada Benteng Vrederburg, peninggalan-peninggalan kraton seperti Panggung Krapyak, Kraton Pakualaman, Makam Kotagede, berbagai musem serta banyak ditemui wisata kuliner dan kampung-kampung wisata yang menawarkan seni budaya sejalan dengan predikat keistimewaannya.

Adapun beberapa obyek wisata seni dan budaya secara umum di DIY ditemui kesenian wayang kulit, wayang golek, wayang klitik, wayang wong, kesenian tari, tari klasik, tari modern, seni tayub, kethoprak, serandul, upacara siraman pusaka kraton, upacara Sekaten, kuda lumping. Ditemui pula obyek wisata kesenian dan tradisi Jathilan, Gejok Lesung, Kethoprak, upacara Rebo Wekasan, kesenian Angguk (khas Kulonprogo), upacara Kupatan Jolosutro (Bantul), upacara labuhan, merti desa/dusun dan sejenisnya..

Memetik nilai berkearifan lokal

Secara umum, melakukan kunjungan atau berwisata ke tempat-tempat tertentu pastinya bagi siapa saja dan setiap orang/kelompok mempunyai tujuan masing-masing. Sekadar untuk melepas kepenatan setelah kegiatan rutin atau juga sekadar bersama-sama untuk menikmati udara segar, mencari hiburan, menikmati keindahan alam serta mengenal produk maupun kuliner khas setempat.

Mengunjungi obyek-obyek wisata dalam artian secara fisik memang cukup menarik dan mengasyikkan, apalagi belum pernah berkunjung ke lokasi-lokasi wisata yang sedang menjadi pembicaraan publik karena keunikan dan betapa eksotisnya lokasi wisata yang dikunjungi tersebut. Hal demikian wajar, karena "sesuatu yang baru" akan selalu menarik minat dan menambah referensi serta pengalaman kunjungan, syukur juga memberikan kenangan indah.

Namun demikian pada bagian lain tidak ada salahnya bilamana dalam setiap kunjungan wisata, terutama bagi mereka yang menginginkan untuk memperoleh nilai tambah -- maka disamping menikmati obyek wisata secara kasat mata (baca: melihat obyek wisata secara fisik) adakalanya mencoba untuk mencari informasi sebagai pelengkap. Misalnya berupaya menemui tokoh masyarakat setempat, baik formal maupun nonformal, orang-orang kunci atau tour guide, untuk menggali sejarah dan keberadaan obyek wisata yang dikunjungi.

Melalui langkah ini tentunya akan dapat dipetik tentang mengapa dan bagaimana obyek wisata yang dikunjungi tersebut ada, mengetahui keunikannya, bagaimana proses pembangunannya, siapa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan untuk siapa obyek wisata itu dibangun/didirikan sehingga banyak nilai yang bisa dipetik sebagai tambahan wawasan atau pengetahuan.

Membincangkan obyek wisata dalam tataran kebudayaan memang banyak hal yang bisa diungkap. Kebudayaan dalam artian kata benda yaitu dalam bentuk artefak, paling banyak dilakukan oleh setiap wisatawan. Akan tetapi jika mengacu pada konsep kebudayaan dalam artian kata kerja -- maka didalam obyek wisata itu sendiri tentunya ada makna, value (nilai) yang terkait didalamnya. Disinilah akan ditemukan nilai-nilai yang berkearifan lokal sebagai bagian dari sejarah yang ikut serta mewarnai hidup dan kehidupan masyarakat lokal atau masyarakat pendukungnya.

Nampaknya memang sedikit menyita waktu dan pemikiran bilamana kita inginkan untuk mengetahui lebih jauh tentang obyek wisata yang kita kunjungi tersebut. Di wilayah Provinsi DIY banyak obyek wisata yang menarik dikunjungi, termasuk obyek wisata unik, khas yang tidak ditemui di tempat lain. Namun ada sisi lain yang jika berminat bisa digali dan dipahami historisnya sebagai nilai tambah bahwa pulang dari berwisata tidak sekadar penyegaran suasana, membawa oleh-oleh berwujud kenang-kenangan, foto-foto berselfiria, numpang narsis, asesoris, dan sejenisnya.

Lebih dari itu sepulang dari kunjungan wisata setidaknya kita bertambah wawasan atau pengetahuan yang didalamnya penuh nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom). Syukur pula bisa menggugah inspirasi, motivasi dan sekaligus mengkomunikasikan pada rekan-rekan, saudara yang belum mengetahui maupun relasi yang mempunyai kepentingan yang sama. Semoga. (Fransiska Rosilawati).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun