Mohon tunggu...
ROSILA ROSYADA
ROSILA ROSYADA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru

Mahasiswi Berbasis Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Diary

Romansa Kehidupan

15 Januari 2024   15:33 Diperbarui: 15 Januari 2024   15:51 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rumah sakit adalah tempat seseorang membutuhkan pertolongan dan pengobatan. Menurut saya, rumah sakit adalah tempat yang cocok untuk kita semua mengingat akan kematian. Tentunya banyak sekali kasus yang dihadapi oleh tenaga medis di rumah sakit. Alhamdulillahnya, saya sering ke rumah sakit bukan untuk berobat tapi hanya untuk ingat mati saja :). Sudah beberapa kali dan bisa dikatakan sering pada setiap penugasan saya, baru pada kasus ini saya sampai menesteskan air mata atas apa yang terjadi di rumah sakit. Rasa iba terhadap setiap orang tentunya kami rasakan, dan hal ini menyangkut "kemanusiaan". 

Salah satu murid kami harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Setibanya kami di rumah sakit, terlihat ruangan IGD penuh, kami mencoba untuk memperhatikan setiap orang yang ada di sana. Gelisah, panik, khawatir, sedih, menangis itulah yang tergambar dalam wajah setiap orang yang ada di IGD tersebut. Kebetulan saya ditemani oleh seorang senior yang katanya "anak sultan"(aku anak bapak,ibuk. hehehe). 

Senior saya membeli cemilan dan minum di minimarket depan rumah sakit, dan beliau bercerita bahwa ia melihat seorang kakek tua yang duduk di pinggir jalan dengan sepeda dagangan di sampingnya. Bapak itu menjual berbagai macam mainan anak,ketika senior kami bertanya,

"Pak hari ini udah laku berapa?"

"Ha?! apa mbak?"

"Hari ini udah laku berapa pak?"

"Belum laku mbak, saya udah dagang dan jalan jauh tapi belum ada penghasilan"

"Yaudah pak, aku beli ini satu, berapa pak?"

"20 aja mbak"

"Ini pak"

"Mbak kenapa uangnya besar sekali, ini belum ada kembaliannya"

"Gapapa deh pak buat bapak aja"

"Ya Allah Alhamdulilla, makasi ya mbak"

Begitulah cerita dari senior saya dengan penjual mainan. Yah begitulah yang katanya anak sultan memang harus berbagi. Boro-Boro saya, megang uang 50 aja sudah alhamdulillah (doaku menyertaimu pak). Jika dipikir, ingin sekali membantu tapi apalah daya. setelah itu senior saya berbagi makanan dan minuman kepada saya. Tak lupa kami juga memberikan semangkuk bubur dan roti kepada salah satu murid kami yang sedang sakit. 

Bungkus makanan saya jadikan satu dan akan saya buang. Tong sampah yang berada di ujung ruangan IGD melewati beberapa pembatas ruangan di IGD. Di salah satu bilik ruangan IGD terlihat terlihat seorang nenek sendirian. Ketika saya hampir melewatinya setelah membuang sampah, terdengar suara nenek,

"Ngombe.."

"Ngombe.."

"Pripun  buk?"

"Mbak aku mau minum mbak"

"Bentar ya buk"

"Glek,glek,glek..yaAllah segere, segere mbak.Saya kehausan dari tadi"

"Ibuk kesini sama siapa?"

"Sendiri,anakku udah gak ada"

"Anaknya kemana buk?"

"Hilang gak tau kemana mbak, ini saya gak ditungguin anak saya"

Sekilas cerita nenek tersebut, dengan kondisi beliau yang sudah tidak mampu untuk melakukan apapun bahkan beliaupun sepertinya sudah BAK di tempat. Tak lama ternyata ada seorang kakek datang menghampiri nenek tersebut. Dan saya menceritakan kepada kakek tersebut bahwa tadi nenek kehausan. Beruntungnya saya ingat tadi senior saya memberikan saya sebotol air mineral ketika saya kehausan. Dan kini giliran saya memberikan semua yang saya punya walau hanya tenaga bahkan sisa air yang diberikan oleh senior saya. Nenek tersebut tentunya mengingatkan saya kepada nenek saya sendiri, dan saya menesteskan air mata atas indahnya berbagi di kehidupan ini.

Wassalam, RSI Amal Sehat Sragen 

Rosila Rosyada

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun