Karena lemas, pusaka pun jatuh dari tangan Durna. Kondisi itu dimanfaatkan oleh Drestadyumena, mencabut pedang dan memenggal kepala Durna. Durna seketika mati. Dan dikisahkan sesuai kutukan Kresna pada kisah lain, kepalanya itu ditendang ke sana kemari oleh barisan pasukan Pandawa layaknya sepak bola.
---
Strategi hoaks yang dibangun Kresna sangat ampuh. Informasi yang sengaja dipotong dan memberikan kesan kuat tampak benar tapi palsu.
Kisah ini memberikan beberapa pelajaran kepada kita. Pertama, bahwa hoaks dapat menghancurkan pikiran siapa pun. Hoaks dapat tidak mengenal ras, jenis kelamin, atau tingkat pendidikan. Siapa pun dapat terpapar. Menerima informasi tanpa klarifikasi secara utuh bisa berakibat fatal. Terbukti betapa tinggi ilmu Durna ternyata tidak mampu berpikir jernih tatkala terpapar hoaks yang dilancarkan Kresna.
Kedua, hoaks sengaja didengungkan oleh pihak tertentu agar didengar pihak lawan. Tujuannya jelas, untuk mengusik ketenangan dan mendapat respons dan kemudian jadi instrumen menyerang balik. Ini yang dilakukan barisan pasukan Pandawa bersorak "Aswatama mati...".
Ketiga, dalam berbagai persaingan, secuil informasi sekalipun bisa menjadi berharga dan ketika diolah secara cermat bisa menjadi strategi jitu mengalahkan musuh. Itu yang dilakukan Kresna saat mengolah perkataan Durna dan kemudian menterjemahkan dalam sebuah strategi.
Keempat, kesumat dan dendam selalu menelan korban. Juga dapat dimanfaatkan pihak lain untuk menghancurkan musuh-musuh mereka. Ibarat pepatah 'nabok nyilih tangan'. Seperti halnya Durna yang mati bukan oleh tangan pihak Pandawa.
Kelima, sudah menjadi cerita bahwa kebenaran memang akan menang di atas kemungkaran, dan muncul pahlawan.
TAMAT, ayo cintai wayang sebagai warisan budaya bangsa Indonesia dan ambil hikmah pelajaran di dalamnya.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H