Di tengah kemelut hati dan kebingungan pikiran, datanglah Drupada dari kerajaan Panchala. Terbawa hawa permusuhan dan dendam saat muda, Drupada menawarkan diri kepada Kresna untuk menghadapi Durna. Kesempatan itu tentu tidak dia sia-siakan. Meski sebenarnya Kresna tahu kesaktian Drupada masih di bawah Durna.
Dengan sedikit wejangan membesarkan jiwa, Kresna persilahkan Drupada maju ke medan laga melawan Durna. Ini dia lakukan untuk mengulur waktu sambil mencari strategi kalahkan senapati Kurawa tersebut.
Alhasil, sesuai prediksi Kresna, Drupada mati di tangan Durna. Â Matinya Drupada membawa kesumat bagi anaknya bernama Drestadyumena untuk membunuh Durna kelak. Dendam turun menurun.
---
Kresna berpikir keras untuk menemukan celah kelemahan Durna. Dia kemudian ingat ucapan Durna sebelum perang. Dia berkata, "hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya".
Lantas, apa yang dimaksud 'kabar bencana' dan siapa pula yang dimaksud 'seseorang yang kuakui kejujurannya' oleh Durna. Dua teka-teki yang mesti dipecahkan dalam waktu singkat dan suasana genting di tengah kemelut perang.
Namun berkat kecerdasan yang dimiliki, Kresna mampu mengurai teka-teki itu menjadi sebuah strategi. Meski sebenarnya kubu Pandawa tidak yakin strategi yang digagas Kresna akan berhasil. Namun sekali lagi Kresna meyakinkan dan meneguhkan mental barisan pasukan Pandawa.
Dengan segera Kresna memerintahkan Bima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama. Nama yang sama dengan putra Panembahan Durna. Sejalan dengan matinya gajah Aswatama, Kresna meminta barisan pasukan Pandawa meneriakkan "Aswatama mati...". Itu disorakkan berulang-ulang sampai akhirnya ke telinga Durna.
Betapa kagetnya Durna mendengar nama anaknya disebut bersorak dan berulang oleh pasukan Pandawa, "Aswatama mati...". Â Dia langsung berhenti memimpin peperangan dan berjalan mencari kebenaran informasi tersebut ke sejumlah orang yang ditemui.
Sampai akhirnya Durna bertemu Puntadewa, raja Amarta sekaligus kakak tertua Pandawa. Dia meminta kepastian dari Puntadewa yang terkenal akan kejujurannya. Dalam kisahnya, Puntadewa mengiyakan dan berkata "Aswatama mati...". Durna pun langsung lemas tak bertenaga, tanpa sempat minta klarifikasi kejelasan siapa sebenarnya yang dimaksud Aswatama.
Terungkap sudah ternyata yang dimaksud  Durna dengan 'kabar bencana' adalah kabar kematian anak kesayangannya. Dan yang dimaksud 'seseorang yang kuakui kejujurannya' adalah Puntadewa.