Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemegahan Istiqlal dalam Pusaran Semrawutnya Pedagang Kaki Lima

22 November 2019   12:58 Diperbarui: 22 November 2019   18:41 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deretan pedagang kaki lima di trotoar pelataran masjid | sumber: Dokumentasi pribadi
Deretan pedagang kaki lima di trotoar pelataran masjid | sumber: Dokumentasi pribadi

Keadaan selain hari Jumat, sebenarnya tidak jauh berbeda. Pedagang di trotoar dan pintu masuk relatif longgar. Meski demikian masih tetap ganggu jemaah masuk ke masjid, terutama saat shalat lima waktu. Kondisi ini membuat petugas kebersihan harus kerja ekstra bersihkan semua sisa kotoran saat pagi.

Sejalan dengan itu, tengok sedikit ke sisi barat masjid Istiqlal. Tepatnya di bawah rel kereta. Di sini terdapat akses jalan satu arah dari jalan Juanda menuju jalan Perwira. Sepanjang jalan sempit ini, berjejal ratusan gerobag kaki lima. Rata-rata mereka jajakan makanan dan minuman.

Tiga tahun lalu, jalanan ini relatif tidak ada pedagang. Seiring waktu, mulai satu bertambah dua, seterusnya dan akhirnya kini, ratusan. Saat ramai jalan itu praktis tidak bisa digunakan melintas kendaraan.

Layaknya kampung, sejak pagi buta nampak geliat aktivitas. Sebagian masih terlelap tidur dengan alas ala kadarnya. Sementara lainnya mulai cuci beras, nyalakan kompor siapkan kuliner dagangan. Ada juga yang memanfaatkan aliran sungai ciliwung untuk keperluan hajat.

Permasalahan berikutnya ketersediaan air bersih, sampah, higienitas, dan kehidupan laik sehat di area tersebut. Setiap pagi, bertumpuk sampah di pojokan masjid dan saluran air. Air buangan pedagang kaki lima mencemari, timbulkan bau kurang sedap.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sebagai masjid negara, sudah semestinya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Selalu ramai oleh wisatawan domestik, dan luar negeri. Mereka datang untuk wisata religi, selain juga melihat kemegahan arsitektur karya Fredrerich Silaban.

Masjid ini juga menjadi pusat aktivitas keagamaan. Keberadaannya menjadi magnet umat Islam dalam menyelenggarakan kegiatan rutin dan besar. Berbagai peristiwa keagamaan besar di Jakarta, sedikit banyak masjid ini berikan andil.

Sejak bulan Juli 2019 kemarin, masjid ini berbenah, renovasi besar-besaran setelah 40 tahun sejak berdiri. Meski dibilang besar, renovasi ini tidak mengubah artisek utama. Perbaikan pengelolaan parkir, percantik marmer yang sudah mulai kusam dan penataan sanitasi itu fokusnya.

Masjid ini rumah Allah, siapapun masuk hanya satu tujuan, beribadah. Sudah sepantasnya kita jaga dan kita berikan kedudukan sebaik-baiknya tanpa mengotorinya. Semoga para pihak, pengelola masjid, Dinas tata kota, Dinas kebersihan, pengunjung, jemaah masjid, dan lainnya ikut menjaganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun