Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemegahan Istiqlal dalam Pusaran Semrawutnya Pedagang Kaki Lima

22 November 2019   12:58 Diperbarui: 22 November 2019   18:41 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pintu masuk Masjid Istiqlal, saat hari Jumat | sumber: Dokumentasi pribadi

Seperti tidak terbendung. Pedagang kaki lima seakan terus merangsek, mengepung masjid kebanggaan umat Islam tersebut. Mereka menempati trotoar, jalanan, ruang publik, dan segala ruang kosong sekitaran masjid.

Masjid Istiqlal. Masjid negara ini berada tak jauh dari Istana Presiden dan pusat pemerintahan. Berdiri di atas lahan 9,3 hektar. Di tengah landscape melintas sungai ciliwung, meliuk dari selatan ke utara dan barat. Melengkapi keindahan tata ruangnya.

Tak jauh dari masjid, ada taman Lapangan Banteng, yang kini semakin molek, destinasi masyarakat berolahraga, pameran dan aktivitas lainnya. Seberangnya ada Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Keuangan serta lembaga pemerintahan lainnya.

Sementara, berhadapan dengan masjid adalah Gereja Katedral. Gereja terbesar umat katolik ini telah berdiri jauh sebelum Istiqlal. Dalam sejarahnya, Istiqlal bermakna merdeka ini bangun sejak era presiden Sukarno dan diresmikan era presiden Suharto pada 1978 silam.

Berpagar tembok dan besi kokoh setinggi dua setengah meter. Memiliki tujuh pintu masuk, tiga di sisi selatan, tiga di sisi utara, dan satu berhadapan dengan Gereja Katedral. Setiap Sabtu dan Minggu, jemaat misa Katedral manfaatkan lahan parkir masjid Istiqlal. Inilah contoh nyata toleransi umat di Indonesia.

Namun, melihat kondisi terkini sekitaran masjid Istiqlal, terasa miris. Terutama jumat, hari yang menurut pemahaman umat islam sebagai hari bersih-bersih. Di sini justru sebaliknya. Sesak bukan saja oleh jemaah yang hendak laksanakan shalat jumat, tapi penuh oleh pedagang kaki lima.

Setiap jumat, masjid ini berubah layaknya pasar. Segala macam jenis jualan tersedia. Harga pun relatif masuk kantong. Makanan, minuman, perkakas, mainan, sampai plastik bungkus sandal. Di sela itu, tidak sedikit pengemis pun ikut menadah rezeki.

Kondisi pintu masuk Masjid Istiqlal, saat hari Jumat | sumber: Dokumentasi pribadi
Kondisi pintu masuk Masjid Istiqlal, saat hari Jumat | sumber: Dokumentasi pribadi

Pintu masuk, tidak lagi nyaman untuk dilewati jemaah. Tenda lapak, gerobak dan kursi pedagang kaki lima berdiri sejak pagi. Tak teratur, semrawut, dan kumuh. Itulah kesan yang didapatkan hampir setiap jumat, ketika hendak jumatan. Untuk masuk masjid, harus lewati sela warung, meja dan kursi pedagang.

Trotoar yang mestinya untuk kenyamanan berjalan, atau halte dan ruang publik lainnya, sudah berubah fungsi. Berhiaskan gelaran lapak, beraneka rupa dagangan dijajakan.

Kehadiran pedagang ini tidak cukup di luar pagar, atau halaman masjid. Lebih dari itu, pelataran pun tak luput dari incaran lapak dagangan. Sepanjang jalan masuk pengemis bertebaran, menambah kesan kumuh, nan kurang elok dipandang mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun