Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik 2018 Lancar, Masih Kurang? [1]

21 Juni 2018   21:38 Diperbarui: 21 Juni 2018   22:08 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pintu tol Cikarang Utama (sumber: FASI)

Boleh tidak setuju, tapi yang penulis rasakan sejak 1998, mudik 2018 adalah paling lancar dalam sejarah

Sore itu usai shalat asyar, kami sekeluarga sudah di dalam mobil siap mudik. Tak lupa bersama melafazkan doa mohon keselamatan selama perjalanan. Kondisi keamanan rumah sudah tiga kali diperiksa, memastikan aliran listrik, gas, kunci pintu, dan barang tersimpan dalam keadaan aman.

Mobil mulai bergerak, menuju tujuan kampung halaman, Pekalongan. Saat di gerbang komplek tak lupa pamitan dengan satpam, nitip rumah yang akan ditinggal mudik. 

Belajar dari pengalaman mudik tahun-tahun sebelumnya, berangkat dari Cibubur ke tujuan bisa lebih dari lima belas jam. Bahkan pernah nyaris dua puluh empat jam tertahan di perjalanan, dengan kendaraan pribadi.

Kami memutuskan untuk berangkat minggu sore setelah dua hari memantau perkembangan arus mudik sambil juga menunggu pembantu pulang kampung. Maklumlah liburan lebaran ini cukup panjang di depan. Jadi kami punya cukup waktu mengatur perjalanan sebaik mungkin, senyaman mungkin bagi anggota keluarga, terutama buat dua balita kami.

Segala persiapan sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya, termasuk antisipasi tingkat kemacetan yang tiada terduga. Anakku yang beranjak remaja, diberi tugas menyiapkan baju, pastikan masuk dalam tas secara rapih, efisien dalam kemasan. Liburan panjang tentu bawa baju pun perlu ekstra.

Sementara istriku memastikan perbekalan makanan dan minuman siap, termasuk oleh-oleh untuk keluarga. Ini pun sudah dihitung beberapa hari sebelumnya. Maklum saja, kami bawa dua balita dalam perjalanan panjang, jadi harus memastikan kecukupan air, susu, perlengkapan balita termasuk obat-obatan.

Urusan kesiapan kendaraan, menjadi tanggung jawab penulis. Untuk yang satu ini, penulis tidak pernah main-main. Keamanan dan kemanyaman adalah utama. Keluar uang lebih banyak tidak masalah yang penting aman dan nyaman, mobil pun penulis bawa ke bengkel resmi.

Memastikan kondisi mesin, ban, rem, lampu, wiper, dan onderdil lainnya dalam kondisi baik. Jika ada onderdil yang memang harus diganti, tak segan untuk diganti. Bahkan urusan oli pun akan diganti meski secara kilometer belum mencukupi, jika ditakar nanti selama mudik capai batasnya.

Sejak siang, daftar sudah disiapkan, tinggal cek setiap barang, pastikan sudah masuk dalam mobil. Sudah siap semuanya.. Mari berangkat. 

Aplikasi Waze (ini tidak bermaksud iklan) dinyalakan, tetapkan tujuan. Perhitungan sementara dari aplikasi, tujuan akan sampai dalam waktu lima jam tiga puluh lima menit. Wah... Seakan tak percaya, dua kali penulis restart aplikasi berbasis peta digital itu. Ternyata hasilnya relatif sama. Meski demikian, antisipasi hadapi kemacetan harus dipersiapkan.

Antisipasi titik rawan kemacetan pertama ada di Cikunir. Ruas pertemuan dari tiga arah ini tidak jarang bikin pengemudi pupus semangat. Pertemuan arus dari tiga tol utama, Jagorawi, Lingkar Utara dan Dalam Kota. Titik ini kendaraan bisa antri lebih dari satu jam untuk masuk jalur arah Cikampek. 

Antisipasi kedua adalah gerbang Cikarang Utama. Disini pun pengemudi harus menahan sabar antri lewati palang pintu. Bayar pun harus antri. Antisipasi ketiga adalah daerah Subang, kalau mau lewat Pantura atau tol Cipali jika terus bablas. Semua harus dihitung cermat, setidaknya persiapan mental, juga kepada seluruh anggota keluarga. 

Jam di dashboard menunjuk pukul lima lewat tiga belas menit, saat kendaraan melaju melewati gerbang Cibubur. Jalanan memang nampak lengang sore itu, di Waze pun belum ada jalur berwarna merah, termasuk di Cikunir. Mobil terus terpacu, lewati gerbang Rambutan, hingga jelang Cikunir.

Disini ada sedikit pelambatan, tapi bukan kemacetan. Masih nampak sisa material pembangunan di sisi jalan yang belum dibersihkan. Mobil pun melaju dengan pasti. Titik rawan kemacetan terlewati, menuju gerbang Cikarang Utama.

Saat jelang pintu Cikarang Utama, yang biasanya harus antri berkilometer, malam itu tidak sampai sepuluh kendaraan di setiap gerbang. Titik rawan kemacetan kedua pun lewat. Begitu pula saat melewati rest area sepanjang tol Cikampek yang selalu padat dengan kendaraan, kali ini lancar jaya. Beberapa petugas nampak berjaga sepanjang pintu masuk.

Melihat kondisi jalanan cukup lancar, penulis putuskan untuk melewati jalur tol Cipali. Meski sadar betul bahwa sepanjang tol ini jumlah rest area belum sebanding dengan jumlah penumpang saat musim mudik. Mengingat bawa dua balita, tentu perlu tempat istirahat yang nyaman.

Mobil terus melaju tanpa mengalami hambatan berarti. Hingga pukul delapan malam, mobil penulis belokan ke rest area km 207. Di sini, tidak sulit mencari tempat parkir. Sembari istirahat, sholat dan makan (buka puasa), selonjorkan kaki. Lebih dari tiga jam berkendara, saatnya ngaso. Dua balita juga perlu ganti pampers. 

Satu jam ngaso sudah cukup, anak-anak sudah nampak seger, bersiap tidur. Sudah menempuh sejauh 217 km, artinya perjalanan masih 170 km lagi.

Mengambil jalur tol Palikanci, lebih lega karena biasanya jalur ini lebih lancar dibanding tol Cipali. Dan benar saja, jalur ini lancar hingga Pejagan. Beranikan diri masuk tol fungsional Pemalang. Meski sedikit dihantui honornya cerita Brexit dua tahun silam. Hingga di ujung gerbang, penjaga tol sarankan keluar Pemalang daripada Bojong atau Warungasem yang jalannya belum maksimal.

Keluar dari tol, sudah berada di timur Kota Pemalang. Kondisi lalu lintas pinggiran kota ini tidak lagi berasa suasana mudik. Kendaraan yang melintas sebagian besar penduduk setempat dan beberapa bus malam. Mudik tahun ini memang beda. Mudik tanpa rasa mudik, relatif lancar tanpa ada kemacetan.

Alhamdulillah tiga puluh menit jelang tengah malam, kendaraan sudah parkir tidak jauh dari rumah. Terima kepada semua petugas, kebahagian kami, semoga jadi amal baik kalian semuanya. 

Statistik perjalanan:

Jarak tempuh - 386 km

Waktu tempuh - 6 jam 5 menit (tidak termasuk istirahat) 

Bayar tol - Rp 189.000,-

Bensin Pertalite - Rp 271.000,-

Pekalongan, 11 Juni 2018 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun