Pemerintah dalam konteksnya setiap tahun menyelenggarakan sidang isbat sebagai bentuk perlindungan kepada umat Islam. Dengan adanya hasil sidang isbat, umat Islam merasa disatukan oleh pemerintah dalam suatu negara demokrasi. Sekaligus menambah keyakinan saat mulai beribadah.
Meski disatu sisi, jelang Ramadan sempat diwarnai suasana gaduh akibat ulah sekelompok orang mengganggu keamanan. Namun Pemerintah sigap menangani dan masyarakat merasa terayomi. Suara dari sejumlah elemen elemen pun sepakat, dan semakin meneguhkan bahwa rakyat Indonesia adalah umat beragama yang menolak segala bentuk kekerasan.
Ramadan adalah momen mengendalikan diri. Puasa sebagai ibadah dalam mengendalikan nafsu dan angkara murka memiliki peran penting sebagai media mengasah diri. Selama satu bulan kedepan, melatih psikis dan jiwa sosial sebagai pendukung mencapai takwa sebagai tujuan akhir dari puasa.
Saat ramadan, ghirah keagamaan seseorang meningkat pesat. Masjid dan mushala yang dulu "kosong" tiba-tiba penuh sesak terutama saat shalat tarawih. Ceramah keagamaan, bisa ditemui disetiap kesempatan. Alunan ilahi bergema setiap saat jelang waktu shalat. Media televisi pun tidak kalah ramai program-program keagamaan.Â
Penulis hanya rakyat biasa. Sebagai umat yang ingin menjalankan ibadah puasa dalam ketenteraman dan kedamaian. Tidak ingin mendengar lagi selisih paham beragama antar sesama. Menyudahi tindakan anarkis mengatasnamakan agama, keyakinan, atau penghormatan ibadah.
Menjaga dan menghormati sesama manusia, bahkan dengan yang berbeda agama dan keyakinan sekalipun. Berbagi kebahagian atas rezeki yang kita miliki kepada kaum dhuafa. Karena inilah kesempatan belajar mengendalikan nafsu.Â
Karenanya, mumpung di bulan Ramadan, penulis ingin banyak hal yang perlu dibenahi. Setidaknya mulai dari diri sendiri. Berharap latihan ini bisa berdampak sebelas bulan berikutnya.Â
Perdalam ilmu keagamaan melalui literasi berkualitas, dari buku-buku hasil karya ulama ternama. Tidak harus beli baru. Buku lama yang tersimpan di lemari, masih banyak yang belum tuntas dibaca. Diantaranya masih sangat relevan menjawab persoalan tantangan jaman sekarang.
Menghadiri pengajian keagamaan dari ulama moderat akan menjadi pilihan. Kajian yang disampaikan biasanya perihal yang relevan dengan kekinian. Selain lebih mudah meresap ilmu, juga menambah silaturahmi. Namun tetaplah menjaga agar ceramah tidak menjadi ajang kampanye politik praktis.
Dalam menyambut Ramadan, biasanya televisi sudah menyiapkan sejumlah program menarik. Namun patut disayangkan jika masih ada program hiburan yang tidak mendidik, yang justru kontra produktif dengan nuansa ramadan. Untuk hal ini jangan segan, pemirsa tidak tinggal diam untuk melaporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia.Â
Memberi sedekah di bulan Ramadan adalah ibadah yang sangat bagus dilakukan. Dipercaya pahala yang diterima berlipat kali dibanding hari biasa. Namun kondisi tidak jarang dimanfaatkan sekelompok yang sengaja berbondong mengais rezeki dengan mengadakan tangan. Pemerintah daerah pun kadang dibuat tak berdaya akan gelombang "gepenk" yang menyerbu sejumlah titik keramaian.
Ramadan juga akan dimanfaatkan sebagai ajang menambal ibadah dan amalan yang masih bolong sepanjang sebelas bulan lalu. Manusia memang tempat khilaf. Iman kadang naik lebih sering turun. Hati tidak selalu ajeg berpegang nurani dan syariat. Akal pikiran senang terganggu hingar bingar kehidupan dunia.
Tindakan anarkis jalanan yang dilakukan sekelompok orang, tetap menjadi perhatian dari aparat berwajib. Tindakan mereka justru akan memicu kerusuhan dan justru merusak citra Ramadan.
Menghadirkan suasana Ramadan damai bagi diri pribadi sebenarnya lebih mudah. Namun untuk menjaga kedamaian selama bulan Ramadan peran serta pemerintah, media, lembaga keagamaan, pengelola rumah ibadah, dan masyarakat.
Selamat menjalankan ibadah puasa ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H