Pergi haji memang menjadi impian setiap muslim, termasuk di Indonesia. Lihat saja begitu panjang antrian untuk berangkat, bahkan di wilayah tertentu mencapai 40 tahun. Bukan saja yang belum pernah, bagi yang sudah sekalipun, pergi haji tetap menjadi impian.
Inti dari pergi haji adalah ibadah, puncak dari seluruh ibadah sekaligus penutup dari rukun Islam. Selain ibadah yang memiliki porsi terbanyak, kehidupan jemaah di Tanah Suci, hampir sama seperti saat di Tanah Air. Tak lepas dari kebutuhan sehari-hari.
Sebentar lagi akan musim haji. Sebagian jemaah tengah mempersiapkan diri berangkat ke Tanah Suci. Lalu apa saja kebutuhan jemaah di sana.
Secara sederhana, kebutuhan jemaah selama di Tanah Suci terbagi menjadi empat kelompok besar, yakni kebutuhan hidup, ibadah, wisata, dan buah tangan. Besarnya pemenuhan dari setiap komponen tersebut, kembali kepada perilaku jemaah. Begitu pula soal pengeluaran uang dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.Â
Pertama, kebutuhan hidup. Selama perjalanan ibadah haji, katering jemaah sudah ditanggung Pemerintah. Sejak masuk asrama, selama perjalanan, selama di Saudi, hingga kembali ke tanah air.
Selama tinggal di Mekah, jemaah haji akan diberikan layanan katering sebanyak 40 kali. Ini artinya selama 20 hari, katering jemaah dijamin Pemerintah. Jemaah tak perlu keluar uang untuk beli makan. Tapi tidak ada larangan juga, kalo jemaah bosan dengan menu katering dan mencari makan di luar.Â
Kecuali tiga hari menjelang masa wukuf di Arafah dan dua hari sepulang dari Mina. Itu pun, bukan lantaran Pemerintah tidak mau melayani jemaah. Tapi lebih disebabkan kondisi lalu lintas kota Mekah sudah sangat padat yang tidak lagi memungkinkan ada kendaraan mendekat ke hotel untuk mengantar katering.Â
Dalam kondisi seperti ini, jemaah harus memenuhi kebutuhan katering secara mandiri. Tapi tak perlu khawatir, sekitar hotel jemaah menginap banyak warung dadakan sediakan makanan. Harga pun variasi dari 5 sampai 15 Riyal per porsi.
Selain makan, ada kebutuhan minum dan cemilan. Minum yang disediakan bersama katering, biasanya air mineral botol. Tapi di hotel juga tak jarang tersedia kulkas berisi aneka rasa minum. Begitu pula soal cemilan. Banyak diantara hotel menyediakan kurma sebagai cemilan bagi jemaah.
Kedua, kebutuhan ibadah, dalam arti membayar dam dan kurban. Jemaah Indonesia akan dikenakan dam karena menjalankan haji tamatu. Denda ini berupa satu ekor kambing. Sementara kurban, seperti biasanya dapat berupa kambing atau unta. Di Saudi tidak biasa berkurban sapi.
Jemaah membayar dam atau berkurban bisa membeli kambing di pasar Kakiyah. Kemudian langsung disembelih di tempat. Namun saran penulis, tidak perlu sampai seperti itu. Kondisi di lapangan tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Pemerintah Saudi kini menyediakan otlet membayar dam atau kurban. Di sekitar masjid Nabawi, jemaah bisa dengan mudah temukan otlet dimaksud.
Dalam praktik di lapangan akan ditemui ada pihak atau kelompok yang mengajak pembayaran dam dan kurban dilakukan secara kolektif. Jika menghadapi kondisi demikian, pastikan jemaah peroleh bukti resmi dari otlet, bukan bukti abal-abal seakan resmi yang dibuat oknum.
Ketiga, kebutuhan wisata. Meskipun ini tidak termasuk dalam rangkaian haji, jemaah Indonesia tak jarang melewatkannya. Berbagai destinasi wisata sekitar Madinah dan Mekah ingin didatangi. Bahkan ke Jeddah, yang notabene bukan kota perhajian, tetap menarik untuk didatangi, setidaknya untuk belanja.
Di Madinah, selain Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan ibadah, Masjid Kiblataian menjadi tujuan jemaah asal Indonesia. Masjid ini pernah berakibat ke Masjid Aqsha sebelum Allah memerintahkan ke Rasulullah berpindah Kiblat ke Kabah. Destinasi lain ada Jabal Uhud, tempat saat Rasulullah perang menghadapi serbuan kaum Quraisy. Tempat lainnya ada Percetakan Al Quran.
Sementara di Mekah ada Jabal Noor. Puncaknya ada Gua Hira, tempat Rasulullah terima wahyu pertama. Selain itu ada Jabal Rahmah yang terletak di tengah Padang Arafah. Dipercaya tempat Adam dan Hawa bertemu setelah sekian tahun berpisah saat diturunkan ke bumi.Â
Jemaah perlu mengukur kemampuan diri terutama kondisi fisik. Cuaca sangat panas, beresiko bagi jemaah lansia.
Keempat, kebutuhan oleh-oleh. Orang pulang dari haji rasanya aneh jika tak bawa oleh-oleh. Sanak saudara, masyarakat akan berkunjung bersukaria mengharap berkah doa dari jemaah haji. Setidaknya ada buah tangan yang bisa diberikan kepada mereka.
Soal oleh-oleh, ada beraneka ragam jenis. Harga relatif murah. Mainan anak, baju, sajadah, suvenir, makanan, hingga perhiasan. Boleh saja membeli oleh-oleh langsung dari Tanah Suci. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana membawa pulang ke Tanah Air.Â
Koper yang boleh dibawa jemaah ke pesawat hanya tiga jenis, koper bagasi, koper kabin dan tas paspor. Selebihnya akan kena razia petugas saat masuk bandara. Solusinya dikirim lewat jasa pengiriman, sembilan atau sepuluh Riyal per kilogram.Â
Hampir di semua kota besar di Indonesia, ada toko menyediakan oleh-oleh khas haji. Tidak ada salahnya sementara keluarga di rumah menyiapkan oleh-oleh yang dibeli dari toko tersebut.Â
Salam~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H