Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tujuh Hal Menjengkelkan dari Transportasi "Online"

23 Maret 2018   09:59 Diperbarui: 23 Maret 2018   10:13 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekumpulan ojeg online tengah menunggu orderan di sekitaran Stasiun Juanda (dokumen pribadi)

Sepuluh bulan terakhir, penulis adalah pengguna aktif transportasi online. Berangkat maupun pulang kerja. Transportasi online kini jadi pilihan terbaik karena berbagai keunggulan. Keunggulan yang mestinya dan diharapkan lebih dari transportasi konvensional.

Namun, di lapangan banyak dijumpai kurangnya perhatian driver dalam menjaga kenyamanan tamu. Berikut diantaranya. 

1. Lama menjemput

Ada istilah waktu adalah uang. Maka hargailah waktu. Tamu tidak punya banyak waktu untuk menunggu. Itu perlu dipahami driver. Saat memesan, mobil khususnya, tamu sudah termasuk menghitung eskalasi waktu tunggu. Ya paling lama sepuluh menitan.

Namun yang penulis alami, tidak jarang lebih dari itu. Bahkan pernah tiga puluh menit belum juga datang. Padahal dalam peta tak jauh, prediksi kurang dari sepuluh menit, karena kondisi tidak macet. Saat berkomunikasi, driver bilang sedang isi bensin, sedang makan, isi pulsa, dan banyak alasan lain. Kan mestinya semua itu bisa dilakukan saat aplikasi ditutup, sehingga tidak ada orderan masuk. 

Pernah juga, saat menjemput nampak di peta driver justru ke suatu tempat dulu, berlawanan arah. Eh ternyata, saat bertemu dia ngaku habis ganti mobil dulu. Atau pengalaman lain, driver ambil order sementara dalam mobil masih ada tamu. Ya mau ga mau, menunggu sampai mengantar tamu dan turun. 

2. Tanya Tujuan

Tidak ada salahnya tanya tujuan, bahkan itu sangat perlu. Tapi kapan. Tentunya saat bertemu.

Beberapa kali, begitu terima order, driver langsung telpon dan pertanyaan yang diajukan pertama adalah tujuan. Ga masalah tanya tujuan. Yang jadi masalah, ternyata setelah tahu tujuan driver minta di cancel atau melakukan pembatalan sepihak. Dampaknya mesti reorder dan menyita waktu. 

3. Salah Jemput

Penah dua kali, driver yang sudah diorder, eh ternyata membawa tamu lain. Dalam komunikasi verbal, bilang sudah dekat. Tentu ditunggu. Kok terasa lama. Begitu lihat peta, loh kendaraan malah menjauh. Ternyata dia salah bawa tamu. Aduh. Ga habis pikir itu, mungkin drivernya melamun akibat putus cinta. 

4. Bau Rokok

Ini sangat menyebalkan. Terutama mobil. Begitu masuk langsung tercium aroma asap rokok, atau keringat dan makanan busuk. Tersiksa. Kadang terpaksa sepanjang jalan tutup hidung dengan masker seadanya. Mau pingsan rasanya. Penulis memang mantan perokok, tapi sekarang penciuman jadi sensitif dengan asap rokok, ga tahan. Mual.

Begitu pula dengan sepeda motor. Saat bertemu ternyata driver masih asyik dengan rokoknya. Iya sih dimatikan juga. Tapi terasa mengganggu. 

5. Helm Jorok

Ini sering dijumpai. Dari jauh penampilan driver gambarkan kepedulian akan kebersihan. Dan benar saja, begitu disodorkan helm. Alamak, jorok bener. Kepala siapa aja nih, helm ampe kusut gini. Dipakai, khawatir kena kurap. Ga dipakai kok melanggar aturan. Dilema. Untuk begini, biasanya penulis tanya tutup kepala ke driver, tapi sering tidak punya.

6. Kualitas Kendaraan

Salah satu modal utama dari driver online adalah kualitas kendaraan. Namun dari sisi ini banyak dilupakan. Kenyamanan dan keselamatan penumpang menjadi prioritas dalam layanan. Karena dari buruknya kualitas kendaraan, bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Untuk mobil misalnya kualitas udara AC, kebersihan interior, wewangian, dan kondisi sockbreker, rem serta ban. Sedangkan untuk motor seperti daya tarikan, suara mesin, sockbreker, tempat duduk, dan rem, serta kondisi ban.

Seperti yang penulis alami, terlempar dari motor oleng akibat kondisi ban tidak diperhatikan oleh driver.

7. Ugal ugalan

Meski sudah menjadi driver online, bukan jaminan tidak ugal-ugalan saat di jalan. Kondisi jalan, tingkat kemacetan, dan kondisi kendaraan, mestinya jadi pertimbangan driver saat membawa tamu. Jalan tidak rata dan rusak sangat ganggu keseimbangan dan berpotensi kecelakaan.

Tidak sedikit berita mengenai kecelakaan akibat driver teledor, berujung maut. Kejadian ini bukan saja merugikan driver, tapi juga pasti sang tamu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun